Si Teratai Emas Chapter 01

NIC

Ceng Ho Sian adalah sebuah kota yang cukup ramai dan memiliki pasar yang besar, letaknya tidak terlalu jauh dari Kotaraja sehingga kota itu banyak dikunjungi pedagang dari luar kota dan perdagangan berkembang dengan pesatnya. Pada waktu itu, yang menjadi Kaisar dari Kerajaan Sung adalah Kaisar Hui Tiong dan karena para pembesar di Kotaraja mencontoh kehidupan berfoya-foya, maka kota Ceng Ho Sian juga menerima kelimpahan rejeki dari keroyalan besar yang terjadi di Kotaraja. Nampaknya saja keadaan demikian makmur dan aman di kota Ceng Ho Sian karena kota ini jauh dari perbatasan utara di mana mulai terjadi pergolakan. Ceng Ho Sian berada di tapal batas Propinsi Shantung dan di kota ini hidup seorang laki-laki yang kaya raya. Namanya Shi Men. Usianya baru tiga puluh tahun dan kekayaannya membuat dia hidup makmur.

Ketika ayahnya meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, ayahnya meninggalkan sebuah toko obat yang besar, juga sebuah rumah gedung yang megah dan mewah, penuh dengan perabot rumah yang serba halus dan mahal harganya. Gedung tempat tinggal Shi Men itu mempunyai belasan buah kamar, di bagian belakang terdapat kandang kuda dan kamar-kamar pelayan. Pendeknya, Shi Men terkenal sebagai seorang di antara hartawan-hartawan yang tinggal di kota itu. Semenjak muda Shi Men hidup sebagai seorang laki-laki yang royal, berenang di lautan kesenangan, terutama sekali terkenal sebagai seorang Kongcu hidung belang dan mata keranjang yang tak pernah dapat melewatkan pipi halus dan konde licin. Juga dia suka. Berlatih silat, hanya untuk berlagak, berlatih main pedang, akan tetapi juga mahir sekali bermain judi, dadu, catur dan lain kesenangan lagi di ancara kawan-kawannya.

Sudah lajim di dunia ini, di mana ada gula tentu banyak semut datang merubung. Kalau seseorang memiliki banyak uang dan royal, tentu dia akan dikerumuni banyak kawan. Kawan-kawan macam ini biasanya bermulut manis, penjilat, dan menyeret orang ke arah perbuatan ugal-ugalan. Demikian pula dengan Shi Men. Banyak sekali kawan-kawannya yang seperti itu. Ada sembilan orang kawan yang paling akrab dengannya, dan dua di antaranya bahkan dianggap sebagai kaki tangannya. Seorang bernama Ying Po Kui, seorang bekas pedagang sutera yang telah bangkrut karena judi dan foya-foya dan kini hidupnya menggantungkan sumbangan dan keroyalan Shi Men yang dibalasnya dengan mencarikan wanita-wanita cantik. Bukan hanya Shi Men yang dilayani dalam hal itu, melainkan juga dia mencarikan calon- calon baru untuk pengisi harem (kumpulan selir) para pembesar dan hartawan.

Karena pekerjaannya ini, maka dia suka diejek dengan sebutan Ying-Kai (Pengemis Ying) atau juga Makelar Ying. Akan tetapi Ying Po Kui tidak menjadi marah, bahkan mengganggap nama poyokan itu sebagai suatu penghormatan baginya. Orang ke dua yang menjadi kaki tangan Shi Men bernama Cia Si Ta yang masih berdarah bangsawan. Dia, seperti juga Ying Po Kui sebaya dengan Shi Men, berusia kurang lebih tiga puluh tahun. Cia Si Ta ini masih cucu bekas gubernur kota itu. Akan tetapi, ketika masih berusia muda sekali, dia ditinggal mati kedua orang tuanya dan dengan peninggalan warisan orang tuanya, dia menghambur-hamburkan uang dan hidup secara ugal-ugalan, menyia-nyiakan kesempatan untuk memperdalam pendidikan agar dapat menduduki jabatan yang bukan tidak mungkin diraihnya.

Dia lebih senang berfoya-foya dengan Shi Men, dan karena dia pandai sekali bermain yang-kim (semacam kecapi) maka dia disuka oleh teman-temannya, apalagi karena dia juga royal. Sembilan orang kawan baik itulah yang setiap hari menemani Shi Men dan yang menyeretnya ke dalam kehidupan foya- foya yang tiada puasnya. Hampir setiap malam mereka itu melewatkan waktu untuk minum-minum, atau berjudi, atau juga melacur. Terutama sekali dalam urusan mengejar wanita, mereka merupakan sekelompok serigala yang haus daging dan darah, dan dengan mempergunakan pengaruh uang dan kedudukan, mereka terkenal sebagai orang-orang yang suka mengganggu gadis-gadis dan bahkan isteri- isteri orang.

Shi Men bukan hanya pandai berfoya-foya membuang-buang uang. Di samping itu, diapun pandai berdagang dan banyak dia mengeduk keuntungan dengan jalan menempel para pejabat. Dengan cara menyuap, dia memperoleh banyak bantuan dari para pejabat yang berwenang. Bahkan pengaruhnya menjalar sampai ke Kotaraja dan dia pernah pula berhubungan dan menyuap empat orang pejabat tinggi yang terkenal dengan poyokan Empat Koruptor Negara. Mereka adalah pejabat-pejabąt tinggi di Kotaraja, yaitu Menteri Cai Cing, Jenderal Besar Yang Kian, dan dua orang Thaikam (kebiri) Kao Sui dan Tung Ksan. Empat orang ini merupakan pejabat-pejabat yang besar kekuasaannya di Kotaraja karena menjadi tangan kanan Kaisar, dan mereka berempat merupakan pula koruptor-koruptor besar yang suka suapan.

Karena Shi Men mempunyai hubungan dengan mereka, tentu-saja para pejabat kecil dan rendahan tidak berani main-main dengannya dan hal ini membuat Shi Men disegani di kotanya. Bahkan dia seolah-olah telah menjadi penasihat tak resmi dari para pejabat daerah di mana dia tinggal. Banyak usul-usulhya diterima oleh para penerima sogokan dan pejabat. Shi Men menikah ketika masih muda sekali, dalam usia tujuh belas tahun. Dalam pernikahannya yang pertama, dia mempunya seorang anak perempuan. Akan tetapi, isteri pertamanya itu meninggal dunia dan diapun menikah lagi dengan seorang wanita yang setelah menjadi isterinya disebut Goat Toanio (Nyonya Bulan). Goat Toanio ini berusia dua puluh lima tahun, puteri dari Gubernur Bu yang sudah pensiun.

Goat Toanio memiliki watak yang halus dan bijaksana dan wajahnya cukup cantik untuk menyenangkan suaminya yang liar itu. Selain Goat Toanio sebogai istri Shi Men, Ia mempunyai dua Orang isteri muda. Yang pertama bernana Li Kian yang bertubuh montok, ke dua bernama Co Tiu. dua orang wanita ini adalah bekas kembang-kembang tempat pelacuran yang diangkat oleh Shi Mien menjadi isteri-isteri mudanya. Kemudian diantara pelayan pelayan wanita yang muda-muda itu, ada tiga empat Orang yang diam-diam juga menjadi kekasih Shi Men yag selalu haus akan wanita muda dan cantik itu. Nafsu berahi bagaikan api berkobar, makin diturut makin mengganas makin banyak diberi umpan dan makan, makin lapar saja dan tidak pernah mengenal kepuasan. Demikian pula dengan Shi Men, tersedia banyak wanita yang akan melayaninya dengan gembira, namun dia belum merasa puas.

Di waktu malam, bersama kawan-kawannya, dia masih berkeliaran ke rumah-rumah pelacuran dan bagaikan segerombolan burung elang mengintai anak ayam, mereka keluyuran mencari gadis-gadis cantik untuk menjadi korban kebuąsan mereka, kalau terbuka kesempatan. Tidak sedikit wanita, baik ia gadis ataupun isteri orang, menjadi korban dan jatuh ke tangan dan pelukan Shi Men. Bukan hanya karena Shi Men kaya dan royal, akan tetapi juga karena dia seorang laki-laki yang mudah memikat hati wanita. Tubuhnya tegap karena sering latihan silat, wajahnya tampan dan ditambah lagi pesolek dengan pakaian indah dan mahal, dia merupakan seorang Kongcu (tuan muda) yang mudah menjatuhkan hati wanita. Pada suatu hari Shi Men menjumpai isterinya dan berkata,

“Isteriku, nanti pada tanggal tiga bulan depan aku ingin berpesta dengan kawan-kawanku untuk merayakan pertemuan tahunan kami. Karena itu, kuharap engkau membuat persiapan agar pesta itu terlaksana dengan meriah, dan jangan lupa memanggil beberapa orang gadis penyanyi.” Goat Toanio mengerutkan alisnya. “Ah, suamiku. Kuharap engkau tidak minta kepadaku untuk menemui orang-orang macam mereka! Mereka itu seperti bukan manusia baik-baik, seperti iblis-lblis saja yang baru keluar dari neraka untuk mengacau dunia. Apakah engkau hendak mengundang mereka ke dalam rumah kita yang terhormat ini? Setidaknya engkau harus mengingat akan kesehatan isterimu yang ke tiga, yang akhir-akhir ini tidak sehat.”

“Isteriku yang baik, biasanya dalam segala hal aku setuju denganmu, akan tetapi sekali ini terpaksa aku membantah,” kata Shi Men mengambil hati.

“Mungkin di antara kawan-kawanku ada yang kasar, akan tetapi harus dikecualikan Ying-Toako. Mereka adalah sahabat-sahabat yang baik dan boleh dipercaya.”

“Hemm, kedengarannya meyakinkan. Akan tetapi andaikata keadaanmu berbalik akan terbuktilah bahwa mereka itupun tidak ada gunanya seperti dua buah boneka saja.” Shi Men tersenyum.

“Lebih baik lagi kalau aku tidak membutuhkan bantuan orang lain dan lebih baik kalau aku selalu berada dalam keadaan yang memungkinkan aku membantu mereka. Bukankah memberi lebih baik daripada meminta? Bagaimanapun juga, isteriku, kalau engkau berkeberatan, biarlah kami akan merayakannya di dalam Kuil saja. Hal ini akan. kurundingkan dengan sahabatku Ying-Toako.” Baru saja nama itu diucapkan oleh Shi Men, tiba-tiba muncul A Thai, kacung kesayangan mereka melaporkan bahwa di luar datang dua orang tamu yang bukan lain adalah Ying Po Kui dan Cia Si Ta.! Mendengar ini, Shi Men dengan gembira keluar dari kamar isterinya, sedangkan Goat Toanio tinggal di dalam kamar. la tidak merasa perlu menyambut tamu-tamu suaminya itu yang ia kenal hanya sebagai teman-teman keluyuran dan berfoya- foya saja.

Dengan gembira Shi Men menyambut dua orang kawannya itu. Ying adalah seorang berusia kurang lebih tiga puluh lima tahun, yang mencoba untuk bersolek dan bergaya dengan pakaiannya yang tidak baru lagi, lagaknya seperti seorang saudagar besar. Tubuhnya tinggi kurus dan mukanya yang kurus cekung karena banyak menghisap madat itu selalu nampak menyeringai, membayangkan watak yang palsu. Adapun Cia adalah seorang laki-laki yang usianya tiga puluh tahun, tubuhnya sedang akan tetapi perutnya gendut dan kepalanya botak, tanda bahwa dia kurang bergerak dan terlalu suka makan enak. Wajahnya dapat dibilang tampan, dengan kulit muka yang putih bersih dan dicukur kelimis, mata dan mulutnya ramah dan pembawaannya masih membayangkan bahwa dia keturunan bangsawan, agak tinggi hati.

“Ke mana saja kalian, beberapa hari ini tidak nampak?” tanya Shi Men setelah menyambut dua orang kawannya itu. Ying tertawa gembira.

Posting Komentar