"Nah, inilah bukti baru dari kekejamanmu, Nona. Aku yang tidak bersalah apa pun hendak kaubunuh. Bukankah itu kejam sekali namanya!"
"Tidak peduli! Engkau memanaskan perutku, engkau berani memaki aku kejam. Hayo kaupungut golok di sana itu dan membunuh diri di depanku."
"Aku mendengar bahwa bunuh diri adalah perbuatan seorang pengecut, dan aku bukan pengecut. Aku berani hidup dan tidak takut mati demi membela kebenaran."
"Aha!"
Wanita itu mencibir.
"kiranya engkau seorang pendekar pembela kebenaran?"
"Bukan hanya pendekar yang harus membela kebenaran. Biar orang awam seperti aku pun berkewajiban untuk membela kebenaran!" "Jadi engkau tidak mau membunuh diri mentaati perintahku?"
Tanya wanita itu, nadanya mengancam.
Keng Han menggeleng kepalanya.
"Tidak mau!"
Jawabnya tegas.
"Kalau begitu, engkau harus membela dirimu dari seranganku. Aku akan menyerangmu, kalau sampai sepuluh jurus aku tidak mampu membunuhmu, biarlah aku mengampuni nyawamu. Akan tetapi kalau sebelum sepuluh jurus kau mati, jangan arwahmu menyalahkan aku!"
"Engkau memang wanita kejam!"
Keng Han memaki marah dan memandang dengan mata melotot. Dia tidak menganggap wanita itu jahat, karena wanita itu telah. membantu para penduduk dusun dari gangguan gerombolan perampok, akan tetapi wanita itu terlalu kejam, terlalu mudah membunuh orang.
"Lihat serangan!"
Wanita itu berseru dan tiba-tiba tangan kirinya bergerak cepat sekali menampar ke arah pelipis kanan Keng Han. Namun dengan mudah saja Keng Han menarik kepalanya ke belakang sehingga tamparan tangan kiri itu lewat dii depan hidungnya dan dia mencium bau harum ke luar dari lengan baju itu. Agaknya wanita itu pun terkejut melihat betapa tamparannya dengan mudah dielakkan oleh pemuda itu, maka, ia pun menyusulkan serangan yang lebih hebat lagi, menotok ke arah dada Keng Han. Kembali pemuda ini bergerak, miringkan tubuhnya dari totokan itu pun luput! Ketika wanita itu mendesak terus dengan pukulan ketiga yang amat ganas, Keng Han menggerakkan tangan menangkis pukulan yang mengarah mukanya itu.
"Dukkk!"
Pertemuan dua tenaga sin"kang itu membuat wanita itu terdorong mundur dua langkah. Tentu saja ia terkejut bukan main dan merasa penasaran sekali. Pemuda itu ternyata bukan hanya mampu mengelak, bahkan tangkisannya demikian kuat membuat ia terdorong mundur!
Dengan kemarahan berkobar wanita itu menyerang terus secara bertubi-tubi, namun sampai jurus ke sembilan, serangannya selalu gagal. Keng Han juga harus mengeluarkan kepandaian"nya karena dia mendapat kenyataan betapa dahsyat dan hebatnya serangan-serangan itu. Hanya dengan ilmu silat sakti Hong-in Bun-hoat dia berhasil lolos dari serangkaian serangan itu. Tiba-tiba ada sinar hitam menyambar. Keng Han terkejut bukan main karena sinar hitam itu adalah rambut wanita itu yang bergerak secara luar biasa sekali dan tahu-tahu telah melibat muka dan lehernya! Bau harum menusuk hidungnya dan selagi dia tertegun, tidak tahu harus berbuat apa karena untuk merenggut rambut itu dia merasa tidak tega, sebuah totokan mengenai kedua pundak secara beruntun dan dia pun tidak mampu bergerak lagi!
"Hi-hi-hik!"
Wanita itu tertawa puas.
"Ternyata pada jurus ke sepuluh engkau tidak berdaya, orang muda keras kepala! Sekarang bersiaplah untuk mampus!"
"Hemmm, aku sudah dapat menduga bahwa engkau hanyalah seorang wanita yang suka menjilat ludah sendiri dan melanggar janji sendiri!"
Kata Keng Han yang maklum bahwa keselamatan nyawanya terancam.
"Keparat!"
Bentak wanita itu.
"Engkau masih berani memaki aku sebagai penjilat ludah sendiri? Kapan aku melakukan pelanggaran janji itu?"
"Memang belum akan tetapi hampir. Tadi engkau berjanji bahwa kalau sampai sepuluh jurus engkau tidak mampu membunuhku, engkau akan mengampuni nyawaku. Sekarang, sudah lewat sepuluh jurus engkau tidak mampu membunuhku, namun engkau akan membunuh aku juga! Bukankah itu berarti menjilat ludah sendiri? Cih, tak tahu malu!"
Keng Han sengaja mengejek karena dia sudah sedikit mengenal watak wanita ini, yaitu angkuh dan tidak mau dianggap rendah budi.
"Baik, aku tidak membunuhmu, akan tetapi aku tidak berjanji akan membebaskanmu. Engkau akan menjadi tawananku dan kalau kelakuanmu baik, kelak barangkali aku akan membebaskanmu!"
Setelah berkata demikian, ia menangkap lengan kanan Keng Han yang tidak dapat digerakkan itu dan menarik Keng Han pergi dari situ. Keng Han terseret akan, tetapi wanita itu tetap menariknya dan berlari dengan cepat sekali meninggalkan dusun itu. Para penduduk dusun hanya, menonton saja dan menganggap bahwa pemuda itu tentu mempunyai kesalahan maka pendekar wanita yang telah menolong mereka menjadi marah.
Wanita cantik itu kini mencengkeram baju di punggung Keng Han dan membawa lari Keng Han sampai mengangkatnya seperti menenteng seekor ayam saja. Keng Han membiarkan dirinya dibawa pergi. Dia sama sekali tidak merasa khawatir karena dia merasa yakin bahwa dengan hawa sakti yang terkandung di tubuhnya, dengan menyalurkan hawa itu dia akan mampu membebaskan dirinya sendiri dari pengaruh totokan. Ketika wanita itu sudah menuruni bukit dan masuk sebuah hutan, Keng Han mulai menyalurkan tenaga dari tan-tian untuk membebaskan dirinya dari pengaruh totokan. Akan tetapi, alangkah terkejutnya ketika dia mendapat kenyataan bahwa jalan darahnya yang pokok tetap saja tidak, dapat ditembus. Dia hanya mampu menggerakkan kedua kaki dan lengannya dengan perlahan saja dan belum dapat menggerakkan jari-jarinya!
Dia mencoba dan mencoba, akan tetapi hasilnya sama saja. Barulah dia merasa khawatir karena kini dia merasa bahwa dia benar-benar berada dalam cengkeraman wanita kejam ini. Tiba-tiba wanita itu berhenti. Di depannya sudah berdiri dua orang tosu. Mereka itu bukan lain adalah Thian-yang"cu yang tinggi kurus dan Bhok-im-cu yang tinggi besar. Bhok-im-cu ini biarpun sudah menjadi seorang tosu, akan tetapi dia masih, tidak dapat meninggalkan wataknya di waktu muda, yaitu mata keranjang. Kini pun dia memandang Wanita itu dengan mata liar seolah matanya menggerayangi seluruh bagian tubuh wanita cantik itu dan mulutnya berliur seperti seekor srigala kelaparan melihat seekor kelinci gemuk. Akan tetapi, suhengnya, sudah menegur wanita itu dengan suara yang lantang.
"Nona, siapakah Nona dan mengapa Nona menawan seorang muda ini?"
"Apa urusanmu, tanya-tanya? Pergilah, jangan menghadang di jalan atau aku akan marah!"
Kata gadis itu dengan suara ketus.
"Aih, Nona. Engkau begini cantik mengapa bersikap begini kasar? Sayang kecantikanmu kalau begitu!"
Kata Bhok"im-cu mencela. Gadis itu melotot.
"Apa engkau ingin mampus? Pergilah, atau aku terpaksa akan menghajar kalian!"
Gadis itu kini membentak marah. Ia mendorong Keng Han ke belakang dan pemuda itu terhuyung lalu roboh terguling karena tubuhnya masih terasa lemas walaupun sebetulnya dia sudah mampu menggerakkan kaki tangannya dengan kaku, belum sempurna benar.
"Siancai....!"
Thian-yang-cu berseru.
"Engkau tentu seorang wanita jahat, Nona. Dan kami dari Bu-tong-pai tidak mungkin tinggal diam saja melihat orang berbuat jahat. Bebaskan pemuda ini atau jelaskan mengapa engkau menawannya, kalau engkau tidak ingin kami terpaksa turun tangan mencampuri urusanmu!"
"Tosu bau! Kalian kira aku takut kepada kalian?"Gadis itu membentak marah dan ia pun sudah menggerakkan kaki tangannya, menyerang ke arah kedua orang tosu itu. Thian-yang-cu dan Bhok-im-cu adalah dua orang tosu murid utama, tentu saja sudah memiliki ilmu kepandaian tinggi. Mereka dapat menghindarkan diri dan Thian-yang-cu membalas dengan serangan tendangannya. Gadis itu mengelak cepat dan kembali tangannya meluncur untuk melakukan totokan ke arah dada lawan. Bhok-im-cu juga menyerang dan dia merangkul dari belakang untuk meringkus nona itu. Serangannya ini membuat gadis itu bertambah marah karena mengira bahwa tosu itu hendak berkurang ajar.