"Tetapi, dia berpesan jangan diganggu karena sedang istirahat” pengurus penginapan itu menerangkan.
"Diam !” damprat Kwi Ong dan memukul leber orang itu hingga jatuh.
Untungnya Kwi Ong menghantam hanya dengan tenaga biasa, jadi orang itu tidak mengalami patah leher. Walaupun begitu pengurus penginapan itu telah jatuh tersungkur di lantai.
Kwi Ong dan Liat Kiat Koan menuju ke kamar Tong Kiam Ciu. Suara ributribut itu terdengar juga oleh Tong Kiam Ciu. Sebenarnya dia akan bangun dan ketika dia mendengarkan namanya sedang disebut-sebut orang dia telah menduga bahwa yang sedang mencarinya itu pastilah Kwi Ong. Tahu-tahu telah berada didalam rumah penginapan itu, sebenarnya pengurus penginapan telah memberikan peringatan kepada Tong Kiam Ciu dengan bersuara keras menahan Kwi Ong agar dapat didengar oleh Kiam Ciu dan mengulur waktu agar pemuda itu dapat lari. Bukan Tong Kiam Ciu tidak mempunyai kerempatan untuk melarikan diri, tetapi jiwa kesatria pemuda itu yang membuat dia tetap tinggal didalam kamarnya. Dia merasa tidak berharga seandainya harus melarikan diri dari sergapan lawannya. Maka dia nantikan ke datangan Kwi Ong dan kawankawannya. Maksud Kiam Ciu juga akan keluar kamar dan langsung akan menghadapi Kwi Ong. Walaupun dia telah menyadari kalau dia tidak mungkin mampu berhadapan dengan Kwi Ong dalam keadaan terluka itu. Namun dia bertekad lebih baik binasa sebagai satria daripada mati meringkuk sebagai pengecut. Bertepatan dengan langkah Kiam Ciu menghampiri pintu. tiba-tiba daun pintu ditendang oleh Kwi Ong Terdengarlah suara derakan hebat hampir saja daun pintu itu merobohi Kiam Ciu. Untung pemuda itu lekas menghindar kesamping.
"Brakkk !” terdengar papan tebal itu jatuh berderak di lantai.
Didepan pintu tampak Kwi Ong yang telah mengepalkan tinjunya dengan mata membara. Sedangkan Kiam Ciu telah siap sedia menerima serangan Kwi Ong. Rupa-rupanya Kwi Ong sudah tidak sabar lagi.
Ketika Kwi Ong melihat Tong Kiam Ciu yang berdiri didepan pintu, maka dengan cepat dan tenaga penuh langsung mengirimkan sebuah pukulan kearah dada Kiam Ciu. Kiam Ciu tidak sempat berkelit karena serangan itu datangnya sangat cepat. Pemuda itu hanya dapat menangkisnya dengan mengangkat dan menyilangkan kedua belah lengannya melindungi dada. Tetapi pukulan itu begitu hebat, sedangkan Kiam Ciu dalam keadaan terluka parah, maka tidak dapat menahan serangan Kwi Ong lagi.
Kiam Ciu terlempar jatuh menubruk dinding kamar. Begitu pula Kwi Ong langsung meloncat menerkam Tong Kiam Ciu yang tidak berdaya itu. Dengan ilmu cengkeraman Garuda Sakti dia telah menerkam dada Kiam Ciu dan sekali menghantamkan tinjunya kewajah dan dada Kiam Ciu.
Kiam Ciu sama sekali tidak berdaya dan jatuh tersungkur ketika dilemparkan oleh Kwi Ong. Masih juga belum merasa puas, laki-laki berhati iblis itu telah menerkam lagi tubuh Tong Kiam Ciu dan dihantamnya dengan tinju berantai, tubuh Kiam Ciu lemah lunglai. Menurut dugaan Kwi Ong pemuda itu binasa.
Karena memang betul-beiul saat itu Kiam Ciu terlihat seperti telah mati, tubuhnya lemah dan tidak bernafas lagi.
Kwi Ong melemparkan tubuh Tong Kiam Ciu yang sudah lemah lunglai itu ke dingding. Begitu membentur dinding jatuh melumpruk ke lantai tanpa berkutik lagi. Liat Kiat Koan juga menyaksikan kejadian itu.
Dengan rasa bangga dan puas telah dapat membinasakan seorang pemuda yang telah berkali-kali membuat pusing kepalanya itu, maka Kwi Ong lalu keluar dari kamar yang lelah berantakan itu.
Sambil membersihkan tangannya dengan menepuk-nepuk tapak tangan dan menepiskan pakaian luar, Kwi Ong berseru kepada Liat Kiat Koan dengan suara lantang. "Hai Liat Kiat Koan, kita berpisah sampai disini! Tolong berilahukan kepada segenap jago silat di daerah pertengahan ini, suatu saat nanti aku akan kembali lagi kesini dan akan membasmi semua jago silat di daerah pertengahan ini!”
seru Kwi Ong dengan suara penuh kesombongan.
Liat Kiat Koan hanya mengangguk-nganggukan kepala, sambil menyaksikan kepergian Kwi Ong dari tempat itu.
Begitu pula setelah Kwi Ong lenyap dari tempat itu, barulah Kiat Koan pergi meninggalkan penginapan itu. Dia yakin pula bahwa Tong Kiam Ciu telah benarbenar binasa ditangan Kwi Ong. Kepergian Liat Kiat Koan diikuti oleh beberapa orang anak buahnya. Setelah orang-orang yang berhati kejam dan bersipat lelengas itu pergi semuanya dari penginapan itu. Maka pengurus penginapan itu baru berani mendekati kamar Tong Kiam Ciu. Kamar yang daun pintu telah hancur dan perabotan didalamnya telah berserakan. Kemudian mereka melihat tubuh Tong Kiam Ciu menggeletak tidak bergerak-gerak lagi.
Keadaan tubuh Tong Kiam Ciu saat itu tampak seolah-olah telah hancur dan darah berlepotan dimana-mana. Seolah-olah Kiam Ciu telah mati.
Pengurus penginapan itu memeriksa keadaan Kiam Ciu. Ternyata tubuh pemuda itu masih hangat. Pengurus itu yakin bahwa Kiam Ciu belum mati dan masih dapat ditolong asal dengan berhati-hati.
Maka tubuh pemuda yang dalam keadaan tidak sadarkan diri itu lalu diusungnya kekamar lain yang kosong. Kemudian dibaringkannya diatas tempat pembaringan. Pengurus penginapan itu telah berusaha untuk merawat dan menolong Tong Kiam Ciu. Setelah tiga hari berlalu, saat perpisahan Tong Kiam Ciu dengan Cit siocia dan Sio Cien untuk mengambil biji Cu-sik. Barulah tampak gadis jelita itu memasuki penginapan untuk mendapatkan Tong Kiam Ciu.
Cit siocia sama sekali tidak mengetahui kalau didalam penginapan itu telah terjadi sesuatu bencana yang hampir saja membinasakan Tong Kiam Ciu. Gadis jelita yang selalu diiringkan oleh Sio Cien itu dengan tenang dan tersenyum memasuki ruangan depan penginapan itu.
Kedatangannya disambut oleh pemilik penginapan itu. Kemudian pengurus penginapan itu telah mendatanginya pula.
"Apa siocia ini saudara siauwhiap?” tanya pengurus itu ketika diperhatikannya kedua gadis itu benar-benar.
"Ya” jawab Cit siocia.
"Marilah . . .” sambung pengurus penginapan itu selanjutnya sambil memberikan isyarat untuk mengikutinya.
Cit siocia memandang Sio Cien. Dayang setia itu menganggukkan kepala mengiayakan. Maka mereka berdua mengikuti pengurus penginapan itu setelah menghormat pemilik penginapan yang telah memandang kearah mereka dengan sinar mata yang aneh.
Hati Cit siocia berdebar ketika menyaksikan keanehan sikap pengurus penginapan serta pemilik rumah itu. Pasti ada apa-apa yang tidak beres telah terjadi di tempat itu. Begitu pengurus penginapan itu membukakan pintu kamar. Cit siocia melihat diatas tempat tidur dalam kamar itu seorang yang telah menggeletak tenang.
Cit siocia tanpa menun gu dipersilahkan lagi langsung masuk dan dalam hatinya penuh kekhawatiran. "Ai Tong siauwhap !” seru Cit siocia sambil setengah melompat kearah tempat tidur di mana Tong Kiam Ciu menggeletak.
"Sabat nona !” pengurus penginapan itu menghampiri.
Tetapi Cit siocia tidak mendengarkan teguran itu. Gadis jelita itu langsung melangkah mendekati pembaringan Tong Kiam Ciu. Disamping gadis iiu berdiri pula dayang setianya ialah Sio Cien.
"0h Tong siauwbiap kau mendapat luka. Seandainya aku tahu akan begini jadinya aku tidak akan meninggalkan kau seorang diri” bisik Cit siocia dengan nada rawan dan sedih sekali.
Kemudian gadis jelita itu memerintahkan Sio Cien untuk mengembalikan kotak obat-obatan. Sio Cien telah keluar dan Cit siocia seorang diri melap wajah Tong Kiam Ciu yang tampak dengan bintik-bintik keringat. Sedangkan pengurus penginapan juga telah keluar bersama dengan dayang setia Cit siocia tadi.
Ketika Sio Cien masuk lagi dengan membawa sebuah kotak yang berisi obatobatan, maka gadis itu lalu mengambil sebuah tabung yang didalamnya berisi Yok wan. Diambilnya dua butir lalu dimasukannya kedalam mulut Tong Kiam Ciu. Sio Cien keluar untuk mengambilkan air teh.
Tong Kiam Ciu telah dua hari dua malam tidak sadarkan diri. Tetapi pemuda itu tampak selalu mandi keringat. Mungkin akibat bergolaknya Cinkie didalam pembuluh darah pemuda itu pergolakan yang akibat racun dan benturan tenaga dalam Kwi Ong dan racun Tok Giam Lo. Hebat sekali akibatnya. Menurut perhitungan Cit siocia, jika dalam waktu tiga hari tiga malam tidak siuman, maka Kiam Ciu akan binasa. Setelah merundingkan segala sesuatunya tentang semua kerugian dan ongkos bermalam Tong Kiam Ciu, kemudian Cit siocia membawa Tong Kiam Ciu keluar dari penginapan itu.
Kepergiannya dilakukan pada menjelang senja. Semuanya berjalan dengan lancar tanpa ada yang melihat dan mencurigai. Hingga kemungkinan dibuntuti oleh kaki tangan Kwi Ong juga tidak ada.
Dengan kereta yang indah yang biasa dipakai untuk berkelana oleh Cit siocia, Tong Kiam Ciu dibawanya pulang kerumah gadis itu. Sama sekali pemuda itu tidak merasakan apa-apa selama dalam perjalanan. Karena dia selama beberapa hari sampai saat itu belum sadarkan diri.
Setelah tiba didalam rumah Cit siocia, segeralah Tong Kiam dibawa masuk seadiri oleh Cit siocia. Dengan sangat berhati-hati sekali gadis itu mengusung Tong Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu telah dirawat oleh Cit siocia. Dengan penuh rasa kasih sayang gadis jelita itu merawatnya. Cit siocia bukan saja lihay ilmu silatnya, tetapi juga mempunyai keahlian mengobati orang sakit yang kesemuanya itu dipelajarinya dari ibunya. Setelah beberapa saat kemudian Sio Cien sipelayan setia itu telah mengetuk pintu kamar kemudian memasuki kamar itu.
"Bagaimana keadaan Tong siauwhiap?” tanya Sio Cien.
"Dia terluka parah, aku khawatir sekali akan jiwanya. Jika dia tidak sadarkan diri dalam waktu tiga hari, aku khawatir dia akan mati. Jika dia sampai mati hidupku tak ada artinya” bisik Cit siocia dengan suara rawan.
"Semoga usaha siocia dapat berhasil. Kalau sampai Tong siauwhiap meninggal maka yang kehilangan bukan hanya siocia seorang tetapi dunia Kang-ouw akan merasa sangat menyesal” sambung Sio Cien menghibur.
Kamar dimana Tong Kiam Ciu dirawat itu sangat indah hiasannya, warnawarni yang dipilihnya adalah warna yang kontras dan dihiasi dengan ukiranukiran yang serba indah. Sepasang pedang berjajar disudut ruang kemudian sebuah lampion besar terletak ditengah ruangan itu. Semuanya sangat serasi dan menimbulkan rasa kerasan tinggal didalam kamar itu.
Tong Kiam Ciu masih belum sadarkan diri. Namun pemuda itu telah mendengarkan suara nafas dan matanya telah mulai bergerak-gerak. Cit siocia menyaksikan itu dengan hati berdebar. Dia mengucapkan rasa syukur dan sangat mengharapkan akan kesembuhan Tong Kiam Ciu.