ku diinjak- injak e mpat orang laki- laki iblis itu...! Seorang dari mereka adalah pa man mu sendiri! Aku tidak percaya!" Cui Hong melo mpat jauh dan melarikan diri.
"Aku tidak percaya...!" suaranya masih terdengar dari jauh. "Hong-mo i !"
Tan Siong mengejar, akan tetapi gadis itu sudah jauh dan
terdengar suara bergema. "Jangan kejar.....! Aku tidak sudi mendengar rayuanmu. !"
Tan Siong menahan kakinya. Dia menghe la napas panjang berulang kali, berdiri dengan muka pucat. Hatinya terasa pedih dan kosong. Dia harus menga ku dengan jujur kepada dirinya sendiri bahwa me mang ada perasaan hampa dan kecewa kalau dia men gingat betapa gadis yang dicintanya itu telah dirusak kehormatannya oleh e mpat orang laki- laki jahat, termasuk pa mannya sendiri. Apalagi kalau diingat bahwa Cui Hong telah berubah menjadi seorang gadis kejam yang dihantui denda m, bertindak kejam kepada orang-orang yang dulu me mperkosanya. Memang gadis itu t idak me mbunuh mereka, akan tetapi penyiksaan yang ia lakukan bahkan lebih menger ikan daripada kalau ia me mbunuh mereka sebagai balas dendam. Empat orang yang dulu me mper kosanya itu dihukumnya dengan amat mengerikan. Pui Ki Cong menjadi seorang laki- laki cacat dan buruk seperti setan, tidak akan berguna selama hidup-nya. Demikian pula Koo Cai Sun, menjad i cacat, tapadaksa yang sudah bukan seperti manusia norma l lagi. Lauw Ti menjad i cacat dan gila. Keadaan mereka bertiga lebih menyedihkan dan mengerikan daripada kalau mereka mati. Dan pa mannya sendiri, orang ke empat yang dulu me mperkosa Cui Hong, terpaksa me mbunuh diri dengan perasaan penuh penyesalan. Sungguh pembalasan dendam Cui Hong itu terlalu keja m.
Kembali Tan Siong menghela napas panjang ketika terbayang olehnya semua kekeja man yang dilakukan Cui Hong terhadap orang-orang yang dibencinya, termasuk pa mannya. Akibat kekeja mannya itu, bukan hanya empat orang yang pernah me mper kosanya itu yang mender ita, terutama yang tiga orang kecuali pamannya yang sudah tewas. Mereka itu mati tidak, hidup pun bukan. Apa artinya hidup dalam keadaan tapadaksa separah itu? Lengan dan kaki patah bahkan ada yang buntung sehingga tubuh amat sukar bergerak, muka cacat, ada yang matanya buta, ada yang hidungnya hancur, pendeknya badan lumpuh sukar bergerak, muka cacat menjijikkan, batin terguncang sehingga menjadi seperti gila! Bukan mere ka saja yang menderita hebat bukan kepalang, me lainkan juga keluarga mere ka, anakisteri mereka!
"Aahh, Hong-mo i.... betapa kejamnya engkau... dendam kebencian telah me mbuat engkau seperti iblis! Akan tetapi, ya Tuhan, aku cinta pada mu, Hong-mo i, aku tetap cinta padamu!" Tan Siong menge luh la lu pergi dari situ dengan perasaan hampa. Semangatnya seolah ikut terbang bersama Cui Hong.
0odwo0
Sudah banyak tercatat dalam sejarah betapa perkara- perkara besar yang menyangkut bangsa dan negara, dipengaruhi oleh a mbis i pribadi para pe mimpinya. Perasaan dendam, ir i, murka, dan keinginan pribadi untuk mereguk kesenangan me lalui kekuasaan dari seorang pe mimpin negara dan para pembantunya, terkadang menyeret bangsa ke dalam kehancuran.
Seperti tercatat dalam sejarah Negeri Cina, bangsa Cina tadinya hidup dalam keadaan yang lebih baik di bawah pemerintahan Kerajaan Beng (Terang) dibandingkan dengan keadaan rakyat di ja man penjajahan Mongol yang mendir ikan Dinasti Goan yang bertahan selama hampir satu abad (1280- 1368). Setelah rakyat Han dapat menggulingkan penjajah Mongol dan yang berkuasa adalah bangsa sendiri dengan berdirinya Kerajaan Beng, kehidupan rakyat mula i menjadi makmur. Akan tetapi, setelah berjaya selama hampir tiga abad (1368-1644), mulailah pe merintah Beng menjad i le mah sekali sehingga mengakibatkan rakyat kemba li hidup menderita, bahkan keadaan kehidupan rakyat jelata lebih parah dibandingkan keadaan ketika dijajah orang Mongol! Hal ini disebabkan karena Kaisar terakhir Kerajaan Beng yang bernama Kaisar Cung Ceng (1620-1644) merupakan seorang kaisar yang le mah dan yang hanya mengejar kesenangan diri sendiri. Kele mahan ini tentu saja memunculkan banyak pejabat penjilat, terutama para Thai-kam (orang kebiri, sida- sida) yang berkuasa di dalam istana yang sedianya menjadi pelayan-pelayan kaisar dan keluarganya. Pada mulanya, Kaisar me mperguna kan tenaga para pria yang dikebiri ini sebagai pelayan-pelayan dalam istana untuk mencegah terjadinya perjinaan antara banyak selir dan gadis-gadis dayang istana dengan para pelayan pria. Karena itu, semua pelayan pria dikebiri sehingga tidak me mungkinkan terjadinya penyelewengan. Karena para Thaikam ini tidak dapat lagi berhubungan dengan wanita, maka mereka me la mpiaskan semua nafsunya kepada kedudukan dan harta. Mulailah mereka menggunakan segala daya upaya untuk me mperoleh kekuasaan dan satu-satunya cara untuk mendapatkan kekuasaan itu adalah mendekati Kaisar dan menga mbil hati Kaisar.
Mungkin karena merasa senasib sependeritaan, para Thai- kam ini kompak sekali dan dapat bekerja sama dengan baik. Juga mereka biasanya merupakan orang-orang p ilihan. Kaisar tentu saja ingin me miliki pelayan-pelayan dalam istana yang berwajah tampan, bersih, pandai me mbawa diri, cerdas dan cekatan. Bahkan banyak di antara mereka yang pandai . ilmu silat untuk dijadikan pengawal pribadi, menjaga keselamatan Kaisar sekeluarga. Akan tetapi sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang terpelajar, ahli sastra. Maka, tidak mengheran kan kalau sekumpulan orang pandai ini mudah menggunakan kecerdikan mere ka, menguasai politik pemerintahan dan me mpengaruhi Kaisar.
Kaisar Cung Ceng yang me mang pada dasarnya lemah itu seolah men jadi boneka dan menurut saja kepada para Thai- kam pimpinan yang dia anggap sebagai ha mba-ha mba yang baik dan setia! Maka, biarpun kekuasaan masih berada di tangan Kaisar, namun sesungguhnya segala keputusan yang disahkan dan ditanda tangani Kaisar itu keluar dari pikiran para Thaika m.
Memang tepatlah pendapat dan ajaran para bijaksana jaman dahulu bahwa yang terpenting bagi manus ia adalah hidup dalam kebenaran dan kebaikan. Benar dan baik merupakan syarat bagi manus ia untuk dapat hidup berbahagia. Para bijaksana selalu menasihati keturunan dan muridnya begini
"Aku tidak ingin me lihat kamu menjad i orang kaya raya, atau menjadi orang pintar, atau menjadi orang berkuasa! Aku hanya ingin kamu menjadi orang yang baik dan benar! Hanya orang yang baik dan benarlah menjadi kekasih Thian (Tuhan) dan menerima kasih karunia dan kebahagiaan dunia dan akhirat!"
Baik dan benar merupakan dasar bagi ketenteraman dan kebahagiaan. Orang kaya belum tentu benar, orang pintar belum tentu benar, orang berkuasa belum tentu benar. Orang yang baik dan benar tentu merupakan penyalur berkat Tuhan bagi manusia lain, bagi dunia. Akan tetapi sesungguhnya, orang kaya, orang pintar, orang berkuasa tanpa didasari sifat baik dan benar, sering malah mendatangkan malapetaka bagi manus ia dan dunia karena keadaannya itu terkadang me mbuat dia sewenang-wenang, memikirkan kesenangan diri pribadi saja, bahkan menggunakan kekayaan, kepintaran atau kekuasaannya untuk men indas orang lain yang dianggap menjad i penghalang kesenangannya.
Demikianlah keadaan para Thaikam di dalam istana Kaisar Cung Ceng, pada masa terakhir pemerintah Kerajaan atau Dinasti Beng. Mereka berdiri dari orang-orang pintar, kaya raya, dan berkuasa, namun tidak me miliki watak dasar baik dan benar tadi. Maka sepak terjang dewikz mereka hanya men imbulkan kesengsaraan bagi negara dan bangsa. Pemerintahan Kaisar Ceng Cung menjad i le mah, banyak peraturan yang sewenang-wenang menindas rakyat. Para pejabat pemerintah yang baik, yang setia, yang ingin me mbawa roda pemer intahan me lalui jalan yang benar dan yang menyejahterakan rakyat, menjadi penghalang bagi para Thaikam dan mereka itu, satu de mi satu, disingkir kan dari jabatannya. Bahkan, yang dianggap berbahaya karena sikapnya menentang para Thaika m, banyak di antara mereka bukan hanya dipecat oleh Kaisar atas bujukan para Thaikam, me lainkan dihukum berat dengan tuduhan fitnah me mberontak.
Kalau pe merintah gagal menyejahterakan rakyat, bahkan menyengsarakan rakyat, maka akibatnya mudah diduga. Di mana- mana terjadilah pe mberontakan.
Muncul orang-orang gagah yang t idak suka dengan keadaan itu dan mereka ini me miliki banyak pengikut, me mbentu k laskar-laskar rakyat dan mulai mengadakan aksi menentang kerajaan!
Di antara para pemberontak itu, yang paling kuat memiliki banyak sekali pengikut sehingga na manya terkenal dan menjad i bagian sejarah, adalah Li Cu Seng. Sebetulnya, Li Cu Seng tadinya adalah seorang pendekar ahli silat dari dusun, bukan orang penting dan bukan orang ternama. Namun, sikapnya yang gagah dan wibawanya yang kuat menggerakkan ratusan ribu orang yang dengan suka rela menjad i pengikutnya. Terbentuklah barisan yang kokoh kuat dan mulailah pasukan Li Cu Seng bergerak. Pendekar yang berasal dari Propinsi Shensi ini, me mimpin laskarnya dan mulai penyerangannya dari utara dan barat. Pada waktu itu orang- orang Mancu sudah menge mbangkan kekuasaannya ke selatan, namun gerakan mereka itu terbentur dan terhenti oleh pertahanan pasukan pe mer intah Kerajaan Beng yang berjaga di Tembok Besar yang kokoh itu.
Dalam tahun 1640 Honan terjatuh ke tangan Li Cu Seng, dan dengan cepat pasukannya bergerak dan menduduki Propinsi Shensi dan Shansi. Di beberapa daerah ini, jumlah pengikutnya bertambah dan dia berhasil menghimpun pasukan yang besar dan kuat. Pemerintahan Kaisar Cung Ceng yang dipenuhi para Thai-kam dan pejabat tinggi yang korup, tidak mendapat dukungan rakyat. Bahkan banyak pula panglima perang yang besar kekuasaannya seolah kurang mengacuhkan adanya pemberontakan Li Cu Seng yang semakin mendekati kota raja Peking. Banyak panglima perang juga sudah muak dengan pe merintahan Kaisar Cung Ceng yang korup dan dikuasai Thaikam itu. Dia m-dia m mereka mengharapkan pergantian pimpinan pada pe merintah Dinasti Beng.
Di antara para panglima besar ini, yang terkenal adalah Panglima Bu Sam Kwi. Panglima Bu Sam Kwi me miliki pasukan yang besar dan kuat dan berkat pertahanannya di Tembok Besar Sa-hai-koan di ma na Tembok Besar sampai di tepi lautan, maka pasukan Mancu tidak ma mpu me ne mbus ke selatan. Panglima Bu Sam Kwi terkenal sebagai seorang panglima yang pandai me mimpin pasukan, dan dia m-dia m dia menaruh simpati kepada gerakan Li Cu Seng yang merupakan seorang Beng-cu (Pe mimpin Rakyat) yang berjuang me mbebaskan pe mer intah dari cengkera man para pejabat korup. Maka, Panglima Bu Sam dewi Kzwi seolah-olah menutup sebelah mata dan pura-pura t idak tahu bahwa gerakan pemberontakan Li Cu Seng sudah menguasai beberapa propinsi, bahkan mula i mende kati kota raja Peking!
Pada suatu pagi bulan kedua tahun 1644, tiga orang penunggang kuda menjalankan kudanya dengan santai di jalan umum di luar kota raja Peking sebelah barat. Yang berada di tengah adalah seorang laki-laki berusia sekitar empat puluh tahun, bertubuh sedang namun tegap dan gagah, duduk di atas punggung kuda dengan tegak lurus menunjukkan seorang ahli, wajahnya membayangkan kegagahan dan kekerasan, sepasang matanya tajam bagaikan mata burung rajawali, pakaiannya seperti seorang petani sederhana dan di punggungnya tergantung sebatang pedang. Dua orang yang menunggang kuda di kanan kir inya adalah pria-pria berusia sekitar lima puluh tahun, yang seorang bertubuh tinggi kurus wajahnya seperti tengkorak dan yang ke dua bertubuh tinggi besar seperti raksasa, wajahnya penuh brewok menyeramkan. Juga dua orang ini me mpunyai senjata golok yang terselip di punggung mere ka.
Pria yang berada di tengah dan dari sikap kedua orang pendampingnya mudah diduga bahwa dialah yang menjadi pemimpin, bukanlah orang biasa. Dialah pende kar Li Cu Seng yang amat terkenal dan dipuja ratusan ribu orang sebagai pejuang yang hendak menumbangkan kekuasaan yang dianggap lalim di Kerajaan Beng. Adapun dua orang pendampingnya itu adalah dua orang pe mbantunya yang setia. Yang seperti raksasa brewok bernama Gu Kam, sedangkan yang bertubuh tinggi kurus bermuka tengkorak adalah Giam Tit, sute (adik seperguruan) dari Gu Kam. Kedua orang ini adalah tokoh-tokoh Bu-tong-pai yang terkenal lihai ilmu goloknya.
Li Cu Seng adalah seorang pemimpin rakyat yang a mat terkenal dan dia me mpunyai pasukan yang amat besar jumlahnya. Sebagai seorang panglima besar, mengapa dia sekarang berkeliaran di luar kota raja, diteman i dua orang pembantunya, berpakaian seperti tiga orang desa biasa?
Li Cu Seng, selain lihai ilmu silatnya, juga merupakan seorang pemimpin barisan yang pandai. Setelah menguasai beberapa propinsi di barat dan daerah utara, dia me mimpin barisannya menuju kota raja Peking. Dan sebagai seorang ahli perang vang ulung, kini dia turun tangan sendiri melakukan penyelidikan di luar benteng kota raja sebelah barat, ditemani dua orang pembantunya. Dia me mang sudah menyebar para mata- mata dan penyelidik untuk me mpe lajari kekuatan musuh di kota raja, akan tetapi dia tidak merasa puas kalau tidak terjun sendiri melakukan penyelidikan. Di sinilah letak kekuatan dari Li Cu Seng. Dia teliti dan penuh perhitungan, me lengkapi kekuatan pasukannya dengan kecerdikannya. Dua kelebihan ini digabung dan mendatangkan keberhasilan kepadanya.
Karena kini pasukannya sudah siap untuk melakukan penyerbuan ke kota raja Peking, maka Li Cu Seng, dite mani dua orang pe mbantunya yang setia, melakukan penga matan sendiri untuk me lihat bagaimana kekuatan pasukan kerajaan yang melakukan penjagaan di kota raja.
Sementara itu, di kota raja sendiri, para panglima yang masih setia kepada Kaisar Cung Ceng, sibuk melakukan persiapan untuk me mpertahankan kota raja dari anca man laskar rakyat pimpinan Li Cu Seng yang sudah menguasai sebagian besar daerah barat dan utara. Akan tetapi mereka ini sebagian besar adalah para panglima yang berpihak pada para Thaika m, para panglima yang me mpero leh kedudukan tinggi karena jasa para Thaikam dan yang mendapatkan pe mbagian harta benda yang mereka korup. Karena mereka hanya setia kepada harta, kedudukan, dan kesenangan, maka tentu saja mereka juga tidak sepenuh hati membela Kerajaan Beng, walaupun jumlah pasukan mereka masih cukup banyak dan kuat. Kaisar Cung Ceng sendiri tidak menyadari bahwa kota raja sudah terancam oleh laskar rakyat pimpinan Li Cu Seng. Para Thaikam sengaja men imbuni Kaisar dengan segala maca m pesta dan kesenangan. Akan tetapi mereka juga berusaha untuk menyelamatkan diri. Mereka menghubungi dan meng irim sogokan kepada para panglima besar yang bertugas di perbatasan. Juga Panglima Bu Sam Kwi mener ima sogokan dan hadiah dengan per mintaan agar Panglima Bu Sam Kwi meng irim bala-tentaranya untuk melindungi kota raja dari ancaman musuh. Akan tetapi, Panglima Bu Sam Kwi yang me mang sudah t idak suka kepada Cung Ceng, tidak mengacuhkan per mintaan itu. Bahkan dia m-dia m Panglima Bu Sam Kwi condong me ndukung gerakan Li Cu Seng untuk menumbangkan Kaisar Cung Ceng yang menjadi kaisar boneka di bawah pengaruh para Thaikam.
Li Cu Seng dan dua orang pembantunya, Cu Kam dan Giam Tit, terlalu me man dang rendah kepada para pimpinan pasukan pertahanan kota raja. Karena memandang rendah, mereka menjad i lengah, tidak tahu bahwa rahasia kedatangan mereka mende kati kota raja telah diketahui mata- mata pasukan kerajaan! Bagaimanapun juga, di kota raja masih terdapat panglima tua yang a mat setia kepada Kerajaan Beng. Biarpun mereka juga t idak suka me lihat Kaisar dikuasai para Thaikam, namun mereka tetap setia kepada Dinasti Beng dan siap untuk me mbe la kerajaan itu mati- matian dengan taruhan nyawa. Dalam keadaan kota raja terancam bahaya, maka para panglima yang setia inilah yang mengundang para pendekar untuk me mbantu pasukan kerajaan me mpertahankan Peking dari serangan musuh.
Di antara panglima ini terdapat seorang panglima tua, yaitu Panglima Ciok Kak yang biasa disebut Ciong-goanswe (Jenderal Ciong). Usianya sudah enam puluh lima tahun, namun dia mas ih gagah perkasa, terkenal sebagai seorang ahli silat dan ahli perang yang berpengala man. Bahkan dia mengenal baik para pendekar di dunia kang-ouw karena dia sendiri adalah seorang murid Siauw-lim-pai yang pandai. Dialah yang mengepalai bagian para penyelidik yang merupakan bagian penting dari pasukan pertahanan kota raja. Dia mengundang para pendekar gagah untuk menjadi penyelidik.
Ciong Goanswe ini yang mengutus tujuh orang pendekar, dijadikan mata-mata yang melakukan penyelidikan dan pengawasan di luar kota raja, bersama belasan orang pendekar lain. Tujuh orang ini melakukan penga matan di sebelah barat, luar benteng kota raja. Mereka adalah Su Lok Bu, seorang murid Siauw-lim-pai yang pandai, juga seorang pen-siunan perwira kerajaan. Orangnya berusia sekitar lima puluh dua tahun, bertubuh tinggi besar berkulit hita m, mukanya penuh brewok dan matanya lebar seperti Panglima Thio Hwi dalam cerita Sam Kok, dan dia seorang ahli ber main siang-kiam (sepasang pedang) yang kosen.
Orang ke dua adalah seorang pensiunan perwira pula, sahabat dari Su Lok Bu sejak muda, berna ma Cia Kok Han, berusia sekitar lima puluh dua tahun pula. Cia Kok Han ini seorang murid Bu-tong-pai yang terkenal dengan senjata twa- to (golok besar). Tubuhnya pendek dengan perut gendut, kulitnya putih, matanya sipit sekali dan seluruh ra mbut dan jenggotnya sudah putih semua.