Sakit Hati Seorang Wanita Chapter 52

NIC

Tosu itu terbelalak, pandang matanya menatap wajah Tan Siong penuh selidik dan akhirnya dia teringat. Kurang lebih dua puluh tahun, seorang anak laki-laki yang bernama Tan Siong, keponakannya, putera encinya yang pada waktu itu baru berusia sepuluh tahun, telah pergi dibawa oleh seorang tosu! Dan teringatlah dia akan semua perbuatannya.

"Siancai.... siancai. siancai....!" Dia menengadah dan mengang kat kedua tangan ke atas. "Betapa cepatnya dan tidak terduganya datangnya hukuman bagi seseorang!" Lalu dia me mandang kepada Tan Siong. "Tan Siong, sekarang pinto teringat, engkau me mang keponakanku, putera dari mend iang Enciku. Ahh, engkau baru datang, Tan Siong? Nah, inilah pinto, orang yang penuh dosa. Kalau engkau datang untuk menghukumku, lakukanlah, pinto siap untuk menebus dosa-dosa pinto terhadap orang tuamu, Tan Siong!" Dan tosu itu la lu menjatuhkan diri berlutut, kedua lengan bersilang di depan dada, kepalanya menunduk dengan sikap pasrah!

Sejak tadi Tan Siong sudah me mbayangi tosu ini. Dia tadi ikut pula tertarik oleh keributan orang-orang yang mengabarkan bahwa di depan pintu gerbang keluarga Pui terdapat dua orang yang digantung dalam keadaan luka-luka parah. Ketika dia berdesakan dengan banyak orang untuk menonton, dia segera mengenal Cai Sun, dan orang ke dua yang digantung itu walaupun tidak dikenalnya, akan tetapi di antara orang banyak ada yang mengatakan bahwa dia adalah Pui Ki Cong, majikan gedung besar itu. Dan melihat tulisan di atas kain putih, tulisan dengan darah itu, jantung Tan Siong berdebar penuh ketegangan. Kim Cui Hong! Siapa lagi kalau bukan Kim Cui Hong yang dapat melakukan hal itu? Ah, kini baru dia sadar. Kiranya Cai Sun merupakan seorang di antara empat orang musuh besar Cui Hong, empat orang yang pernah merusak kehidupan Cui Hong dengan perbuatan mereka yang keji, yaitu me mperkosa dan menghinanya. Tahulah dia kini mengapa Cui Hong berada di kota raja dan menya mar sebagai Ok Cin Hwa. Kiranya sedang melakukan penyelidikan dan. sedang berusaha me mbalas dendam dan kini, melihat cara wanita itu memba las dendam, dia bergidik. Keterlaluan! Wanita itu harus dicegah me lanjutkan usahanya yang kejam. Tidak, dia tidak akan me mbiarkan wanita yang sampai kini masih dicintanya itu menjadi tersesat seperti itu. Dalam denda mnya berubah menjadi iblis yang luar biasa kejamnya. Bergidik dia melihat keadaan dua orang itu. Dia tahu bahwa biarpun mereka berdua itu dapat tertolong nyawanya karena tidak menderita luka yang parah, hanya luka-luka di kulit saja, namun mereka akan menjadi seorang penderita cacat yang mengerikan keadaannya. Dengan muka yang rusak dan menjadi buruk dan menakutkan sekali, tanpa telinga, tanpa hidung dan bibir, dan dengan kaki tangan tidak norma l. Betapa mengerikan!

O 00 0 -d-w-000 O

DAN pada saat itu Tan Siong me lihat sesuatu yang a mat menarik hatinya. Seorang tosu yang mengis me lihat keadaan dua orang itu, walaupun tangisnya itu ditahan dan hendak dise mbunyikan. Dan selain keadaan yang aneh ini, juga dia tertarik kepada tosu itu. Ada sesuatu yang menar ik hatinya. Dia seperti sudah mengenal wajah itu. Maka ketika tosu itu pergi, dari jauh Tan Siohg me mbayanginya dan setelah tosu itu keluar dari pintu gerbang kota, dia pun teringat. Wajah itu seperti wajah ibunya! Wajah itu adalah wajah pamannya yang sedang dicarinya selama ini!

Dan ternyata benar! Ketika dia meng intai tosu yang sedang menang is di dalam kuil, dia mendengar keluhan tosu itu yang menyebutkan na manya sendiri, yaitu Gan Tek Un. Maka dia pun la lu menjumpainya dan tak disangkanya bahwa pa mannya yang kini telah menjadi tosu itu telah berubah pula. Kini bukan seorang yang ganas, melainkan seorang tosu yang berbudi le mbut, yang siap menerima hukuman dan mengakui dosanya terhadap ayah dan ibunya.

Akan tetapi dia tidak mendenda m. Dia sudah mendengar dan tahu se muanya. Pamannya ini sejak dahulu me mang seorang yang tergolong jahat, suka me lakukan apa saja yang kurang patut dan mengandalkan kepandaiannya untuk me lakukan kejahatan dan penindasan. Dia tahu pula bahwa pamannya ini telah me nipu kedua orang tuanya sehingga harta kekayaan orang tuanya yang tidak seberapa, termasuk rumahnya, terjatuh ke tangan Gan Tek Un dan setelah harta bendanya habis, kedua orang tuanya terlunta-lunta men inggalkan dusun dan kabarnya telah men inggal dunia, entah di mana. Dia mencari pa mannya bukan untuk me mba las dendam, bukan men untut kemba linya harta kekayaan orang tuanya, melainkan untuk bertanya di mana adanya orang tuanya, dan kalau mereka sudah meningga l, di mana kuburnya.

Sejenak Tan Siong menunduk, me lihat kepala tosu itu yang berlutut didepannya. Dia lalu ikut berlutut meng hadapi tosu itu. "Paman, jangan begitu. Aku datang mencari Paman, sama sekali bukan untuk me mbalas dendam karena tidak ada dendam di dalam hatiku. "

"Karena engkau belum tahu apa yang telah kulakukan terhadap Ayah Ibumu."

"Sudah, Paman. Aku me ndengar bahwa Pa man telah men ipu mereka dan menguasai harta kekayaan mereka, me mbuat mereka menjad i orang mis kin yang hidup terlunta- lunta dan terlantar, sehingga mereka akhirnya men inggal dunia dalam keadaan miskin."

"Benar sekali! Akulah yang me mbuat mereka menjadi miskin, menjadi sengsara sampai mereka men inggal dunia dalam keadaan orang terlantar. Dan engkau mau bilang bahwa engkau tidak mendenda m kepada Pinto?"

"Tidak sa ma sekali, Pa man."

"Kalau begitu engkau tentu pengecut, penakut sekali! Engkau mengerti bahwa pinto lihai ma ka engkau tidak berani mendenda m! Jangan khawatir, kau pukulilah aku, kau bunuhlah aku, dan aku takkan melawan. Pinto siap menebus dosa, anakku!" kata pula tosu itu dengan suara sedih.

"Paman salah sangka. Biarpun belum tentu aku dapat menga lahkanmu, akan tetapi sedikitnya aku pernah me mpe lajari ilmu-il mu yang tinggi di Kun lun-san. Pa man lihat, apakah dengan tangan sekuat ini aku harus takut menghadapi Paman? Aku sa ma sekali tidak takut." Dan Tan Siong lalu menggunakan jari-jari tangannya menusuk lantai yang terbuat dari batu. Nampak jelas bekas jari-jari tangannya menusuk lantai itu! Dia m-dia m tosu itu terkejut bukan ma in.

"Engkau telah menjad i seorang yang lihai! Akan tetapi kenapa... kenapa engkau tidak mendenda m walaupun sudah tahu bahwa aku penyebab kesengsaraan, bahkan mungkin penyebab kematian orang tuamu?"

Tan Siong me megang kedua pundak orang tua itu. "Marilah bangun dan mari kita duduk dan bercakap-cakap dengan baik, Paman.”

"Siancai... siancai.... siancai....! Tak pinto sangka sama sekali bahwa sikap mu akan begini tehadap pinto. Aihhh....

keponakanku yang gagah dan bijaksana, tahukah engkau bahwa sikap mu ini bukan main menyiksa hatiku, lebih

menyakit kan daripada kalau engkau menyerang dan me mukuhku? Ah, penyesalan dalam hatiku se ma kin bertambah berat dengan sikap mu ini...." Dan tosu itu menggunakan ujung lengan bajunya menghapus air matanya. "Makin terasa kini oleh pinto betapa dahulu pinto menjadi seorang yang sejahat-jahatnya...., dan hati pinto takkan pernah tenteram sebelum datang huku man bagi pinto."

"Mari kita duduk, Paman," kata Tan Siong, me mbimbing tosu yang kelihatan le mas itu untuk sa ma-sama duduk berhadapan di atas bangku di dalam ruangan itu.

Setelah mereka duduk berhadapan dan saling berpandangan beberapa lamanya. tosu itu kembali bertanya dengan suara heran dan penasaran. "Tan Siong, pinto lihat bahwa engkau telah menjad i seorang laki- laki dewasa yang berilmu tinggi. Melihat cara mu menusuk lantai dengan jari tangan itu, pinto dapat menduga bahwa engkau telah me miliki sin-kang yang amat kuat dan agaknya tingkat kepandaianmu sudah melampaui tingkat pinto. Mengapa engkau tidak turun tangan me mbalas kejahatan yang telah pinto lakukan terhadap orang tuamu?" "Paman, segala peristiwa yang menimpa diri manus ia, walaupun diakibatkan oleh ulah manus ia sendiri, na mun segalanya telah ditentukan oleh Thian. Kematian orang tuaku tentu sudah menjadi kehendak Thian pula, dan perbuatan Paman yang Pa man lakukan dahulu itu hanya menjad i satu di antara sebab saja."

"Ya, Tuhan.... kenapa engkau yang masih begini muda dapat me miliki kebijaksanaan yang demikian tinggi, sedangkan pinto.... ah, pinto bergelimang dengan kejahatan." Tosu itu nampak sedih sekali.

"Sudahlah, Pa man. Betapapun juga, melihat betapa Paman kini telah menjadi seorang tosu yang penuh dengan penyesalan, melihat Paman telah bertobat, maka hal itu sudah merupakan satu kenyataan yang baik sekali. Lebih baik menjad i seorang yang sadar dan bertobat akan kejahatannya yang lalu, daripada seorang yang merasa dirinya paling bersih sehingga menjadi t inggi hati dan so mbong. Yang perta ma itu, bagaikan orang sakit telah se mbuh dari sakitnya, sedangkan yang ke dua adalah orang yang jumawa dan se mbrono sehingga mudah sekali dihinggapi penyakit. Aku mencari Paman bukan untuk men untut sesuatu, hanya ingin mohon pertolongan Paman agar suka me mberi tahu kepadaku, di mana adanya Ayah Ibuku, atau lebih tepat, di mana kuburan mereka karena aku ingin mengunjungi ma kam mere ka."

Posting Komentar