Pusaka Pulau Es Chapter 09

NIC

"Siapakah kalian berdua yang berani mencampuri urusan kami?"

Bentak seorang di antara mereka yang hidungnya pesek dan mulutnya besar.

"Kami adalah pembantu Juragan Lui. Kehidupan para nelayan ini sepenuhnya ditanggung oleh Juragan Lui dan hasil tangkapan ikan mereka harus diserahkan kepada Juragan Lui untuk membayar hutang mereka. Kalau kalian mengganggu mereka, bagaimana mereka dapat mencari ikan? Kalian tiga orang asing pergilah dari dusun ini dan jangan membuat ribut di sini atau kami akan menghajar kalian!"

"Ah, kalian ini jagoan-jagoan tukang pukul Juragan Lui agaknya! Hendak kami lihat sampai di mana kelihaian kalian maka berani membuka mulut besar kepada kami!"

Tiga orang itu lalu maju menyerang dua orang tukang pukul itu dan terjadilah perkelahian. Akan tetapi ternyata dua orang tukang pukul itu tidak mampu menandingi tiga orang itu sehingga mereka dipukul jatuh bangun dan melarikan diri, ditertawakan tiga orang pendatang itu. Para nelayan menjadi semakin ketakutan.

"Hayo cepat sediakan sebuah perahu yang baik dan layarkan ke pulau kosong itu!"

Kata si hidung pesek dengan nada sombong.

"Cepat kerjakan, atau kalian ingin kami menghajar kalian semua?"

"Perlahan dulu! Jangan ada yang mengerjakan perintah tiga orang liar ini!"

Tiba-tiba terdengar seruan dan muncullah seorang laki-laki berusia lima puluh tahun yang memegang sebatang huncwe yang masih mengepulkan uap dari tembakau yang membara. Disebut tiga orang liar, tiga orang pendatang itu tentu saja marah sekali dan mereka segera menghadapi orang setengah tua itu. Orang itu berpakaian bagus seperti seorang pedagang, tubuhnya tinggi kurus dan pandang matanya tajam.

"Juragan Lui, kami dipaksa untuk melayarkan mereka ke pulau kosong dan mereka memukul kami!"

Kata nelayan yang tadi dipukul.

"Juga dua orang pembantu Juragan Lui telah mereka hajar!"

Mendengar ini, si hidung pesek tertawa,

"Ha-ha-ha, kiranya engkau yang disebut Juragan Lui? Tentu engkau ini lintah darat yang menguras tenaga para nelayan untuk mengisi padat kantung uangmu, memberi pinjaman dengan bunga berlipat ganda. Kalian berani memaki kami orang liar? Engkau sudah bosan hidup rupanya!"

"Hemmm, kalian bertiga yang bosan hidup!"

Bentak Juragan Lui sambil menyedot huncwenya meniupkan asap tembakau yang berbau apak itu ke arah mereka.

"Keparat, berani kau!"

Si hidung pesek itu menerjang dengan pukulan tangan kanannya. Akan tetapi dengan mudahnya Juragan Lui mengelak, kemudian menangkap siku tangan yang memukul dan sekali puntir dan mendorong, orang itu sudah roboh menelungkup mencium tanah. Dua orang kawannya menjadi marah bukan main.

"Jahanam yang bosan hidup!"

Bentak mereka dan mereka meloloskan golok dari pinggang mereka. Juga si hidung pesek yang ketika jatuh menelungkup itu hidungnya menjadi tambah pesek karena membentur tanah, kini meloncat, membersihkan mukanya dari tanah dan mencabut goloknya. Tanpa banyak cakap lagi tiga orang itu lalu menyerang Juragan Lui dengan golok mereka. Biarpun pakaiannya seperti pedagang dan tubuhnya tinggi kurus nampak lemah, kiranya Juragan Lui bukan seorang yang lemah. Cepat sekali tubuhnya bergerak dan dia sudah dapat menghindarkan diri dari bacokan-bacokan golok dengan mengelak ke sana-sini. Kemudian dia mengambil huncwe yang panjangnya selengan tangan itu dari mulutnya dan mulailah dia membalas dengan mempergunakan huncwe itu sebagai senjata.

"Trang-tranggg....!"

Dua batang golok tertangkis huncwe dan dua orang pe"megang golok itu terhuyung ke belakang. Orang ke tiga yang membacokkan goloknya ke arah leher Juragan Lui terhuyung ke depan ketika goloknya mengenai tempat kosong dan tiba-tiba saja ujung hun"cwe telah menyodok dadanya.

"Dukkk....!"

Orang itu mengaduh, goloknya terlepas dan dia pun roboh bergulingan, nampak kesakitan. Dua orang kawannya menjadi marah dan kembali mereka menyerang dari kanan kiri. Namun gerakan juragan Lui terlalu gesit bagi mereka dan setelah mengelak, hun"cwe itu berkelebat dua kali dan dua orang pengeroyok itu pun roboh tertusuk huncwe bagian dada dan perut mereka. Tiga orang itu merangkak bangun dan melarikan diri. Tentu saja kemenangan Juragan Lul ini membuat para nelayan menjadi lega dan gembira. Mereka memuji-muji kegagahan Juragan Lui yang menjadi bangga dan sambil menyedot huncwenya lalu mengepulkan dari mulut dia berkata bangga.

"Hemmm, segala macam bangsat kecil berani mengganggu wilayahku. Baru mengenal kelihaian Juragan Lui sekarangi Hayo kalian berkemas dan bekerja!"

Para nelayan lalu sibuk mempersiapkan diri untuk mulai pergi mencari ikan. Akan tetapi Keng Han yang sejak tadi melihat semua peristiwa itu dengan hati tertarik, melihat datangnya beberapa orang berlarian menuju ke tempat itu dan hatinya merasa khawatir. Tak lama kemudian, lima orang telah tiba di situ, dipimpin seorang yang mukanya hitam seperti dilumuri arang dan tubuhnya tinggi besar. Orang ini membawa sebatang golok besar telanjang yang berkilauan saking tajamnya, dan empat orang kawannya juga membawa golok tergantung di pinggang masing-masing. si muka hitam berteriak dengan suara lantang.

"Siapa yang bernama Juragan Lui?"

Para nelayan yang tadinya sibuk bekerja itu menjadi panik melihat munculnya lima orang itu. Akan tetapi Juragan Lui dengan tenang menghampiri mereka dan dengan alis berkerut dia pun menegur.

"Siapakah kalian dan mau apa mencari Juragan Lui? Akulah orangnya!"

Dan dia mengepulkan asap huncwe dari mulutnya. Si muka hitam melangkah maju menghampiri dan mengelebatkan golok besarnya.

"Jadi engkau yang bernama Juragan Lui? Engkau telah berani memukul tiga orang anak buahku, maka aku sendiri, Hek Houw (Harimau Hitam) datang untuk menghukummu!"

"Hemmm, bagus! Anak buahmu yang berani melakukan pengacauan di wilayahku dan engkau hendak membela mereka? Huncweku tentu tidak akan mengampunimu. Ataukah engkau akan melakukan pengeroyokan dengan empat orang kawanmu? Aku pun dapat mengerahkan semua orangku untuk mengeroyok. Katakan, engkau menghendaki keroyokan banyak orang atau hendak bertanding satu lawan satu sebagaimana layaknya orang gagah?"

"Ha-ha-ha, si lintah darat Lui masih dapat bicara tentang orang gagah. Mari kita bertanding satu lawan satu, dan kalau aku menang, engkau harus menyediakan perahu-perahu untuk kami tiga puluh orang pergi ke pulau kosong!"

"Hemmm, kiranya kalian sebangsa perampok. Bagaimana kalau engkau yang kalah?"

"Aku Si Harimau Hitam, kalah olehmu. Ha-ha-ha, jangan mimpi! Kalau aku kalah, aku dan kawan-kawanku tidak akan mengganggu dusun ini lagi."

"Bagus! Mari kita mulai!"

Dua orang itu lalu memasang kuda"kuda. Si muka hitam, mengangkat goloknya tinggi di atas kepala sedangkan tangan kirinya ditekuk di depan dada. Juragan Lui dengan sikapnya yang tenang melentangkan huncwenya di depan dada.

"Lihat seranganku!"

Bentak si muka hitam yang menyerang lebih dulu dengan goloknya. Golok itu menyambar dahsyat ke arah kepala Juragan Lui. Yang diserang menggerakkan huncwenya menangkis.

"Tranggggg....!!"

Pertemuan antara kedua tenaga dahsyat itu hebat sekali dan nampak api berpercikan keluar dari tempat tembakau huncwe itu dan keduanya mundur dua langkah. Ini menunjukkan bahwa kedua orang itu memiliki tenaga yang berimbang. Agaknya Hek Houw menjadi penasaran sekali. Dia adalah seorang kepala perampok yang sudah terkenal di daerah itu dan baru sekali ini bertemu tanding yang seimbang dalam diri seorang juragan nelayan! Karena marah, dia lalu menyerang lagi dan menggerakkan goloknya dengan hebat, mengerahkan seluruh tenaga dan mengeluarkan seluruh ilmu goloknya. Akhirnya, Juragan Lui terdesak juga oleh permainan golok yang amat cepat dan kuat itu. Senjatanya berupa huncwe itu tidak menguntungkan, hanya dapat dipakil untuk menotok saja, se"dangkan golok lawan dapat dipergunakan untuk membacok dan menusuk.

"Sing-sing-singgg....!"

Golok, itu menyambar-nyambar sehingga Juragan Lui terpaksa harus berloncatan ke sana kemari untuk menghindarkan diri. Dia tidak mendapat kesempatan lagi untuk balas menyerang saking cepatnya serangan lawan yang bertubi-tubi.

"Trakkk....!"

Tiba-tiba golok itu tertahan di udara oleh sebatang kayu ranting. Si Harimau Hitam merasa betape tangannya kesemutan dan goloknya seolah tertahan dan melekat pada ranting kayu itu. Dia cepat menarik goloknya. Dan melangkah mundur. Ternyata yang memegang sebatang ranting dan yang menahan goloknya itu adalah seorang pemuda remaja yang tampan dan gagah. Seorang pemuda yang usianya paling banyak lima belas tahun, bermata lebar, hidungnya mancung dan mulutnya senyum-senyum. Pemuda itu adalah Tao Keng Han. Tadinya dia hanya nonton saja perkelahian yang terjadi itu, akan tetapi melihat betapa Juragan Lui terdesak dan terancam, dia tidak dapat tinggal diam saja lalu memungut sepotong ranting dan turun tangan menangkis go"lok yang menyambar-nyambar itu.

"Keparat! Engkau bocah tak tahu diri, siapakah engkau yang berani menangkis golokku?"

Keng Han tersenyum.

"Siapa aku tidaklah penting, akan tetapi engkau hendak memaksakan kehendak agar ditaati orang lain. Itu merupakan perbuatan jahat yang harus kutentang. Orang-orang ini adalah para nelayan yang harus bekerja mencari nafkah, mengapa engkau mengganggu mereka dan memaksa mereka untuk mengantarmu berlayar?"

"Anak kecil kau tahu apa! Hayo pergi dari sini atau akan kupenggal batang lehermu?"

"Hemmm, hendak kulihat bagaimana caranya engkau memenggal batang leherku, sebaliknya aku akan mematahkan batang hidungmu!"

Kata Keng Han. Dia tadi sudah menyaksikan pertandingan antara kepala perampok ini dengan Juragan Lui dan melihat betapa dakal penilainnya, gerakan kepala perampok itu hanya mengandalkan tenaga luar saja dan lamban baginya, maka dia merasa yakin akan mampu mengalahkannya. Mendengar ucapan pemuda remaja itu, Harimau Hitam menjadi marah sekali. Dia mengayun goloknya dengan penuh sambil membentak.

Posting Komentar