Mutiara Hitam Chapter 55

NIC

Lim Kiang adalah seorang anak murid Beng-kauw yang menjunjung tinggi kebenaran dan kegagahan. Untuk membela yang tertindas dan menghadapi yang jahat, ia tidak ragu-ragu bertindak dan tidak akan ragu-ragu mengorbankan nyawanya. Juga dua orang puteranya mewarisi watak gagah ini. Melihat Suling Emas dan mendengarkan ucapannya, tentu saja beranggapan bahwa pengemis ini adalah seorang tokoh Khong-sim Kai-pang yang membela perkumpulan itu, akan tetapi ia pun dapat menduga bahwa pengemis ini bukan orang sembarangan. Karena itulah, ia memberi tanda kepada dua orang puteranya untuk mundur, kemudian ia sendiri tersenyum dan berkata.

"Setiap orang manusia tentu mencari kebenarannya sendiri. Betapapun jahatnya Khong-sim Kai-pang, tentu seorang anggautanya akan melihatnya sebagai perkumpulan yang baik. Sahabat, kalau kau merasa penasaran karena dihajarnya dua orang temanmu, kau majulah"

Sambil berkata demikian Lim Kiang meraba gagang pedangnya.

"Aihh.."

Ia berseru kaget dan tangannya meraba-raba pinggang, kemudian ia menunduk untuk melihat ke arah pinggangnya. Namun tetap saja ia tak dapat menemukan gagang pedangnya karena pedang itu sudah lenyap, yang ada hanya sarung pedangnya saja. Dua orang piauwsu muda itu pun berteriak kaget. Muka mereka menjadi pucat dan mereka saling pandang dengan mata terbelalak.

"Pe.. pedangku.."

Mereka berkata lirih dan tahulah piauwsu setengah tua itu bahwa pedang kedua orang puteranya juga sudah lenyap.

"Adakalanya orang tidak dapat mengandalkan pedangnya."

Suling Emas berkata lagi.

"Tapi lebih tepat mempergunakan akal dan kewaspadaan. Alangkah bodohnya menganggap bahwa ketajaman pedang akan selalu membawa kemenangan. Sam-wi mencari inikah?"

Tiga orang piauwsu itu melongo ketika melihat pengemis yang mukanya ditutupi saputangan itu mengangsurkan tiga batang pedang mereka. Cepat mereka menyambut pedang mereka dan tidak berani sembarangan bergerak. Orang yang sudah dapat merampas pedang mereka bertiga tanpa mereka ketahui sama sekali, adalah orang yang memiliki ilmu kepandaian luar biasa sekali dan bukanlah lawan mereka. Betapapun juga, Lim Kiang adalah seorang gagah yang tidak mau menyerah kepada orang jahat sebelum ia dikalahkan.

"Boleh jadi engkau seorang yang memiliki kesaktian luar biasa, akan tetapi jangan kira bahwa kami takut untuk coba-coba memberantas kejahatanmu"

Setelah berkata demikian, Lim Kiang menggerakkan pedangnya hendak menyerang, demikian pula dua orang puteranya sudah bergerak hendak menerjang Suling Emas.

Pada saat itu berkelebat dua bayangan hitam. Gerakan mereka ini cepat bukan main, padahal keduanya hanya dua orang kakek pengemis yang sudah amat tua, bahkan yang seorang bertubuh bongkok kurus. Namun Si Bongkok ini sekali sambar sudah mencengkeram leher baju Lim Kiang yang dilemparkannya ke belakang sehingga piauwsu itu terhuyung-huyung. Sedangkan kakek pengemis ke dua sudah pula melemparkan dua orang piauwsu muda dengan sama mudahnya.

"Hemm, kalian ini piauwsu-piauwsu cilik berani bersikap kurang ajar terhadap Ketua Khong-sim Kai-pang kami, Yu Kang Tianglo yang mulia?"

Bentak Si Pengemis Bongkok yang bukan lain adalah Gak-lokai. Adapun pengemis ke dua adalah Ciam-lokai. Lim Kiang adalah seorang piauwsu yang sudah banyakpengalaman. Ia terkejut dan maklum bahwa dua orang pengemis tua itu pun lihai bukan main. Akan tetapi ia makin kaget ketika mendengar disebutnya nama Yu Kang Tianglo. Ia memandang terbelalak kepada Suling Emas lalu berkata.

"Locianpwe ini.. Yu Kang Tianglo..? Akan tetapi.. mereka itu.."

Ia menoleh kepada dua orang pengemis yang tadi dihajar dua orang puteranya dan masih rebah merintih-rintih di atas, tanah. Suling Emas

mengangkat kedua tangan ke depan dada sebagai penghormatan kepada Lim Kiang dan dua orang puteranya.

"Terima kasih kami ucapkan atas pengajaran Sam-wi piauwsu kepada dua orang penyeleweng itu. Memang di antara anggauta Khong-sim Kai-pang ada yang menyeleweng, namun itu bukan berarti bahwa Khong-sim Kai-pang telah menjadi sebuah perkumpukan penjahat, Harap Sam-wi menjadi puas dan sampaikanlah hormatnya Yu Kang Tianglo kepada para tokoh Beng-kauw di selatan yang amat kami hormati"

Diam-diam Lim Kiang terkejut dan heran. Ia memang lama mendengar nama besar Yu Kang Tianglo akan tetapi sama sekali tak pernah disangkanya bahwa tokoh pengemis itu pasti dapat mengenal gerakan pedang putera-puteranya sehingga tahu bahwa mereka bertiga memiliki ilmu pedang dari Beng-kauw. Cepat-cepat ia menjatuhkan diri berlutut, diturut kedua orang puteranya.

"Mohon maaf bahwa kami berani bersikap kurang hormat kepada Locianpwe."

Setelah berkata demikian, Lim Kiang cepat-cepat mengajak kedua orang puteranya pergi meninggalkan Kang-hu.

"Kalian sudah datang? Bagus. Bagaimana kalian dapat membiarkan dua orang jahat itu melakukan hal yang amat memalukan Khong-sim Kai-pang?"

Suling Emas menegur Gak-lokai dan Ciam-lokai.

"Maaf, Pangcu. Panjang ceritanya. Marilah kita keluar kota, di sana para anggauta yang setia sudah menanti. Akan saya ceritakan kepada Pangcu."

Kata Gak-lokai, sedangkan Ciam-lokai mengambilkan kuda Suling Emas. Ketiganya lalu pergi dari situ. Suling Emas menunggang kuda, Ciam-lokai menyeret dua orang pengemis yang terluka tadi sedangkan Gak-lokai sibuk menuturkan apa yang terjadi di Khong-sim Kai-pang selama ini.

Sementara itu, berita tentang munculnya Yu Kang Tianglo seperti tadi terdengar oleh beberapa orang penonton, telah tersiar luas dan orang-orang di Kang-hu menjadi girang sekali. Mereka menaruh kepercayaan bahwa setelah tokoh besar itu muncul, Khong-sim Kai-pang akan bersih dari oknum-oknum jahat dan tidak lagi ada penggangguan di kota Kang-hu dan sekitarnya. Mendengar penuturan Gak-lokai, Suling Emas menjadi marah. Ternyata bahwa kaum sesat yang menyelundup di Khong-sim Kai-pang telah berhasil memecah belah perkumpulan itu, bahkan sebagian besar anggautanya kena mereka bujuk dan menjadi anak buah mereka. Hal ini tidak mengherankan karena oknum-oknum jahat itu menjanjikan hal-hal yang menyenangkan seperti hidup mewah, makan enak dan lain kesenangan dunia.

Gak-lokai dan Ciam-lokai yang melihat gejala-gejala buruk ini, maklum bahwa kalau mereka berdua berkeras, tentu akan terjadi perang di antara para anggauta sendiri yang akan mengorbankan banyak nyawa. Padahal, mereka yang kini terbujuk bukanlah orang-orang yang pada dasarnya jahat, melainkan karena tergoda oleh bujukan-bujukan menyesatkan. Di samping itu, ada lima orang kaum sesat yang kini terpilih menjadi pemimpin mereka yang menyeleweng, dan lima orang itu memiliki ilmu kepandaian yang lihai sehingga dua orang kakek ini tidak berani turun tangan secara serampangan dan menanti datangnya Yu Kang Tianglo yang mereka andalkan.

"Mereka yang menyeleweng kini menduduki markas karena para anggauta yang setia rela mengikuti kami mengundurkan diri bersembunyi di tempat-tempat sunyi sambil menanti kedatangan Pangcu."

Gak-lokai menutup ceritanya.

"Mereka kini mengganti pakaian mereka dengan baju-baju bersih dan tongkat bambu mereka dengan tongkat besi. Hanya dengan menundukkan para pimpinan mereka yang jumlahnya dua puluh orang lebih maka anggauta-anggauta yang menyeleweng akan dapat disadarkan kembali."

Ketika mereka keluar dari Kang-hu melalui pintu gerbang sebelah timur, pandang mata Suling Emas yang tajam melihat bayangan-bayangan yang cepat berkelebat menyelinap di antara pohon-pohon mendahului mereka. Ia dapat menduga bahwa itu tentulah mata-mata golongan sesat yang kini menguasai markas Khong-sim Kai-pang. Ketika mereka bertiga sambil membawa dua orang pengemis terluka itu tiba di depan kuil besar yang semenjak dahulu menjadi markas besar partai pengemis Khong-sim Kai-pang, mereka melihat betapa dari belakang mereka datang berbondong-bondong puluhan orang pengemis yang berpakaian butut dan membawa tongkat bambu. Jumlah mereka ada empat puluh orang lebih dan begitu Suling Emas menghentikan kudanya untuk menengok, mereka serentak menjatuhkan diri berlutut dan seperti dikomando saja mereka berseru.

"Hidup Yu Kang Tianglo, Pangcu kita"

Posting Komentar