Kisah Si Bangau Merah Chapter 18

NIC

"Apa.... apa yang kau lakukan ini, Bibi?"

Bentaknya marah. Wanita itu memandang heran, hampir tidak percaya akan apa yang dilihat dan didengarnya. Menurut penglihatan dan pendengarannya, Yo Han sama sekali tidak berubah! Tidak hilang ingatannya, tidak terangsang sama sekali! Ini tidak mungkin! Biar seorang laki-laki dewasa yang kuat sekali pun, tentu akan terpengaruh oleh pel-pel itu! Apalagi Yo Han yang masih remaja, masih boleh dibilang kanak-kanak.

"Yo Han, kau... kau... ke sinilah, sayang."

Ia mencoba untuk meraih. Akan tetapi Yo Han menghindarkan diri dengan langkah ke belakang.

"Bibi, apakah engkau sudah menjadi gila?"

Suara Yo Han lantang dan penuh teguran.

"Ingatlah, perbuatanmu Ini amat kotor, hina dan jahat! Sadarlah, Bibi."

"Yo Han, ke sinilah, sayang. Engkau sayang kepadaku, bukan? Mari kita menikmati hidup ini...."

Kembali wanita itu meraih dan kini, biarpun Yo Han mengelak, tetap saja pergelangan tangannya tertangkap oleh wanita itu. Yo Han meronta, namun apa artinya tenaganya dibandingkan wanita yang sakti itu?

"Lepaskan aku! Engkau perempuan jahat, lepaskan aku! Aku tidak sudi menuruti kehendakmu yang keji dan hina! Biar kau siksa, kau bunuh sekali pun, aku tidak sudi! Lepaskan aku, perempuan tak tahu malu!"

"Plakk!"

Sebuah tamparan mengenai pipi Yo Han, membuat anak itu terpelanting dan di lain detik, dia telah tertotok dan tidak mampu bergerak lagi. Ang I Moli menyeringai. Gairah berahinya menghilang, terganti kemarahan karena ia dimaki-maki tadi.

"Anak tolol! Diberi kenikmatan tidak mau malah memilih siksaan! Kau kira kalau engkau sudah menolakku, engkau akan bebas dan aku takkan berhasil menghisap semua darah dan hawa murni dari tubuhmu? Hemmm, terpaksa aku akan menghisapmu sampai habis sehari ini juga. Darahmu akan kuminum sampai habis. Tulang-tulangmu akan kukeluarkan dan sumsumnya kuhisap sampai kering. Dan engkau akan lebih dulu mampus kehabisan darah!"

Wanita itu tertawa-tawa seperti orang gila dan bagaimanapun juga Yo Han merasa ngeri. Bukan takut akan ancaman itu, melainkan ngeri melihat wajah wanita itu dan mendengar suaranya. Dia merasa seperti berhadapan dengan iblis, bukan manusia lagi.

"Sratttt....!"

Tangan wanita itu menyambar dan kuku jarinya yang tajam dan keras seperti pisau itu telah menyayat leher dekat pundak. Kulit dan daging tersayat, dan darah mengucur. Wanita itu lalu menempelkan mulutnya pada luka itu dan menghisap darah yang keluar! Pada saat yang amat gawat bagi Yo Han itu, yang hanya terbelalak ngeri namun tidak mampu bergerak, terdengar suara lembut namun mengandung getaran kuat.

"Omitohud.... hentikan perbuatanmu yang amat keji dan jahat itu, perempuan sesat!"

Ada hawa pukulan mendorong dari samping dan dengan kaget Ang I Moli meloncat berdiri dan membalikkan tubuhnya. Bibirnya masih berlepotan darah sehingga nampak mengerikan sekali. Seperti seekor binatang buas, lidahnya menjilati darah yang berada di bibir, dan matanya liar memandang kepada wanita berkerudung yang berdiri di depannya dengan sikap anggun dan berwibawa.

"Keparat! Siapa engkau berani mencampuri urusan pribadiku?"

Ang I Moli membentak dengan marah sekali, matanya mencorong menatap wajah Gangga Dewi.

Ia sama sekali tidak mengenal wanita yang berpakaian longgar serba kuning, dengan kepala berkerudung sutera kuning pula itu, namun dari logat bicaranya, ia dapat menduga bahwa wanita ini datang dari barat dan bukan berbangsa Han. Gangga Dewi tidak menjawab. Sejak tadi ia memandang kepada anak laki-laki yang masih menggeletak di atas lantai. Tangan kirinya bergerak dan nampak sinar putih menyambar ke arah tubuh Yo Han. Kiranya itu adalah sehelai sabuk sutera putih yang meluncur seperti tombak dan begitu mengenai pundak dan pinggang Yo Han dua kali, anak itu dapat menggerakkan kembali tubuhnya. Yo Han seorang anak yang cerdik. Begitu tubuhnya dapat bergerak, dia segera menggelindingkan tubuh, bergulingan ke arah wanita berkerudung itu. lalu melompat bangun dan berdiri di belakangnya berlindung di belakang Gangga Dewi.

"Terima kasih, Locianpwe (Orang Tua Sakti),"

Katanya. Gangga Dewi melihat betapa darah masih mengucur dari luka di leher, anak ltu, luka yang tadi sempat dihisap oleh wanita berpakaian merah. Ia mengeluarkan sebuah bungkusan kertas dan memberikannya kepada Yo Han.

"Kau obati luka di lehermu dengan bubuk dalam bungkusan ini agar darahnya berhenti mengucur."

"Heiii, keparat busuk! Siapakah engkau? Katakan namamu sebelum aku mencabut nyawamu!"

Biarpun sikapnya masih lembut, namun pandang mata Gangga Dewi kini berubah keras. Dengan perlahan, kepalanya tegak ke belakang, dadanya membusung dan ia nampak lebih tinggi dari biasanya, anggun dan angkuh, juga mengandung kegagahan yang tersembunyi di balik kelembutannya.

"Perempuan sesat, tidak ada hubungan apa pun antara kita dan aku pun tidak ingin berkenalan denganmu. Akan tetapi, kekejaman dan kejahatan yang kau lakukan terhadap anak ini tidak mungkin kudiamkan saja. Masih baik bahwa aku belum terlambat dan anak ini masih hidup. Maka, pergilah dan bertaubatlah. Masih belum terlambat bagimu untuk menebus dosamu dengan perbuatan baik dan bertaubat!"

"Keparat sombong! Tidak tahukah engkau dengan siapa engkau berhadapan? Aku adalah Ang I Moli dan tidak ada orang dapat hidup terus kalau dia berani menentangku. Kembalikan anak itu kepadaku dan buntungi lengan kirimu, baru aku akan mengampunimu!"

Tiba-tiba Yo Han meloncat ke depan Gangga Dewi menghadapi Ang I Moli dan dia marah sekali. Telunjuk kanannya menuding ke arah wanita berpakaian merah itu dan suaranya lantang penuh teguran.

"Ang I Moli! Tidak boleh kau lakukan ini! Bibi ini tidak berdosa, kenapa engkau begitu kejam menyuruh ia membuntungi lengan sendiri? Engkau boleh menyiksaku, membunuhku, akan tetapi tidak boleh mencelakai orang lain hanya karena diriku."

Dia menoleh kepada Gangga Dewi dan berkata,

"Locianpwe, harap cepat pergi dan jangan mengorbankan diri hanya karena aku!"

Gangga Dewi terbelalak kagum memandang kepada Yo Han. Bukan main anak ini, pikirnya. Ingin sekali ia mengenal Yo Han lebih dekat dan mengetahui mengapa anak ini sampai terjatuh ke tangan wanita jahat itu.

"Anak baik, ke sinilah engkau!"

Tangannya bergerak ke depan dan Yo Han merasa dirinya tertarik kembali ke belakang wanita berkerudung itu. Gangga Dewi kini memandang kepada Ang I Moli lalu mengangguk-angguk..

"Kini aku tidak merasa heran. Kiranya engkau bukan manusia melainkan iblis betina (Moli). Pantas engkau melakukan, kekejaman seperti itu. Ang I Moli, engkau sepatutnya berguru kepada anak ini dan belajar tentang kebajikan dari dia."

"Engkau memang sudah bosan hidup!"

Ang I Moli membentak dan tiba-tiba saja bagaikan seekor harimau yang marah, ia sudah menerjang dengan tubrukan ke arah Gangga Dewi.

Dari mulutnya terdengar suara melengking nyaring, tubuhnya seperti terbang meluncur dan kedua lengannya dikembangkan, kedua tangan terbuka membentuk cakar hendak mencengkeram ke arah leher Gangga Dewi. Wanita Bhutan ini mengenal gerakan dahsyat dari serangan yang berbahaya itu, maka ia pun menggeser kaki ke kiri sambil tangannya menyambar lengan tangan kiri Yo Han yang berdiri di belakangnya dan tubuh anak itu terlempar sampai lima meter ke arah kiri. Yo Han terkejut dan dia pun terbanting jatuh, akan tetapi kini berada di tempat aman, di bawah pohon di luar kuil karena lemparan tadi membuat tubuhnya melayang keluar dari jendela ruangan belakang kuil itu. Gangga Dewi sendiri setelah mengelak, lalu meloncat keluar dari ruangan. Ia merasa tidak leluasa untuk menghadapi iblis betina yang ganas itu di dalam ruangan.

Posting Komentar