"Baiklah, engkau boleh pergi mencari air dan kayu bakar. Akan tetapi cepat kembali. Hari telah sore dan sebentar lagi akan gelap,"
Katanya halus dan ramah.
"Baik, Subo."
Yo Han berlari keluar dari kuil itu. Dia tidak tahu bahwa Ang I Moli membayanginya dari jauh. Wanita ini tidak ingin kehilangan Yo Han, maka begitu anak itu berlari keluar,
Ia pun mempergunakan ilmu kepandaiannya dan mengikutinya tanpa diketahui oleh Yo Han. Bagi seorang seperti Ang I Moli Tee Kui Cu, tidak mungkin ada orang di dunia ini yang benar-benar jujur dan setia dan dapat dipercaya sepenuhnya! Sejak kecil wanita ini hidup di dalam lingkungan dunia hitam, berkecimpung di dalam kesesatan, di dalam suatu masyarakat di mana kata jujur dan setia sudah tidak dikenal lagi, di mana segala cara dihalalkan demi keuntungan dan kepentingan diri sendiri. Oleh karena itu, ia pun tidak dapat percaya sepenuhnya kepada Yo Han. Ia tidak ingin kehilangan Yo Han yang baginya kini menjadi amat penting. Ia takut kehilangan pemuda itu, takut pemuda itu melarikan diri atau dilindungi orang lain. Juga ia ingin menguji sampai di mana pemuda itu dapat mempertahankan kejujuran dan kesetiaannya.
Ang I Moli tidak tahu bahwa sesungguhnya ia telah menemukan seorang pemuda yang luar biasa, yang berbeda dengan pemuda-pemuda lain. Di dalam batin Yo Han belum pernah terdapat pamrih yang bermacam-macam, bahkan dia tidak mengenal itu. Dia menghadapi segala sesuatu yang terjadi sebagai apa adanya, tidak pernah dia membuat gagasan atau rekaan macam-macam. Dia hanya melihat kenyataan yang ada untuk dihadapi secara spontan, tidak pernah membuat rencana dan akal demi kepentingan diri sendiri. Dia melihat kenyataan bahwa suhu dan subonya tidak menghendaki dia di rumah mereka, dengan alasan agar puteri mereka kelak tidak sampai meniru sikap dan pendiriannya. Dia tahu bahwa demi kebaikan keluarga suhunya, dia harus menyingkir, menjauhkan diri dari mereka. Karena itulah dia mengambil keputusan untuk pergi meninggalkan mereka yang sesungguhnya amat dia sayangi.
Kemudian, dia telah berjanji kepada Ang I Moli untuk mengikuti wanita itu sebagai muridnya, karena dia harus menyelamatkan Sian Li. Janjinya itu akan dipegangnya dengan teguh. Dia tidak akan melarikan diri karena dia pun sama sekali tidak pernah merasa takut kepada Ang I Moli. Dia belum mengenal benar orang macam apa adanya Ang I Moli, gurunya yang baru itu. Bukan main senang dan lega rasa hati Ang I Moli yang membayangi Yo Han, ketika melihat bahwa sedikit pun anak itu tidak memperlihatkan sikap ingin melarikan diri. Dia mengumpulkan kayu bakar, kemudian menemukan sumber air dan mengisi pancinya penuh air, setelah itu dia kembali ke kuil tanpa ragu-ragu. Ketika Yo Han memasuki kuil, Ang I Moli tentu saja sudah lebih dahulu berada di tempat semula, duduk bersila sambil tersenyum manis.
"Aih, cepat juga engkau mendapatkan air dan mengumpulkan kayu kering, Yo Han,"
Pujinya, kemudian ia membantu muridnya membuat api unggun dan memasak air di panci.
Setelah roti dan daging kering dipanasi dengan uap air, mereka lalu makan roti dan daging yang sudah menjadi lunak dan juga hangat itu yang memang terasa jauh lebih enak daripada kala"
Dimakan keras dan dingin. Dengan gembira sekali Ang I Moli makan roti dan daging kering minum arak, sedangkan Yo Han hanya minum air yang sudah dimatangkan. Setelah makan kenyang, mereka duduk di dekat api unggun. Sementara itu, malam telah tiba dan api unggun itu amat menolong mereka mengusir nyamuk dan hawa dingin. Setelah duduk termenung di dekat api unggun, Yo Han mengeluh dan sambil meng-angkat muka memandang wajah subonya yang sejak tadi memperhatikannya tanpa bicara, dia berkata,
"Subo, sekarang aku merasa betapa aku kehilangan kitab-kitab itu. Biasanya, di waktu malam begini aku tentu membaca kitab. Akan tetapi sekarang, kitab-kitab itu jauh di rumah Suhu dan Subo, dan di sini aku tidak dapat membaca apa-apa."
Wanita itu tersenyum.
"Jangan kau khawatir, Yo Han. Setelah tiba di rumah, aku akan mencarikan kitab bacaan untukmu."
"Subo mempunyai kitab-kitab bacaan?"
Yo Han memandang dengan sinar mata gembira
"Akan kucarikan untukmu. Apa sih sukarnya mencari kitab-kitab, itu? Akan kucarikan sebanyaknya untukmu. Aku sayang kepadamu Yo Han, dan kuharap engkau pun sayang kepadaku dan akan menuruti semua keinginanku."
"Subo baik kepadaku, mengapa aku tidak sayang? Dan tentu saja aku akan me-nuruti semua keinginan Subo. Subo, bolehkah aku tidur dulu? Perjalanan hari ini yang tidak melalui air lagi, berjalan kaki sehari penuh, amat melelahkan badan dan aku ingin tidur."
Yo Han lalu merebahkan dirinya miring di sudut ruangan itu, di seberang api unggun, terpisah dari subonya. Ang I Moli terse-nyum.
"Yo Han, jangan lupa lagi. Apa yang harus kau lakukan sebelum tidur?"
Yo Han juga tersenyum, lalu bangkit dan membawa air ke bagian belakang kuil untuk membersihkan mulutnya. Pada malam pertama mereka melakukan perjalanan, masih berperahu, subonya yang baru ini telah memberi sebuah pelajaran tentang kebersihan kepadanya, yaitu keharusan membersihkan mulut sewaktu akan tidur.
"Lihat gigiku ini,"
Demikian kata subonya sambil memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih dan rapi.
"Belum ada sebuah pun yang rusak atau tanggal, padahal banyak orang seusiaku sudah hampir kehabisan giginya. Inilah hasil menjaga kebersihan. Bukan saja hasilnya gigi menjadi bersih dan utuh, juga kesehatanku menjadi baik karena hampir semua penyakit datangnya lewat mulut. Dan cara membersihkan mulut dan gigi yang paling baik adalah membersihkannya setiap kali hendak tidur. Hal ini harus menjadi kebiasaanmu sejak malam ini, Yo Han!"
Demikianlah Ang I Moli memberi pelajaran tentang kesehatan dan kalau dia terlupa, seperti pada malam ini, Ang I Moli selalu memperingatkannya. Pelajaran kesehatan yang agaknya amat sederhana ini sesungguhnya menguntungkan sekali dan amat baiknya bagi Yo Han.
Biasanya orang meremehkannya. Padahal, kebiasaan membersihkan mulut di waktu hendak tidur merupakan satu di antara usaha penjagaan kesehatan yang paling baik dan paling mudah! Tak lama kemudian, Yo Han sudah tidur pulas di atas rumput kering. Dia tidak tahu bahwa sejak tadi Ang I Moli sudah berpindah tempat di dekatnya dan kini wanita itu duduk bersila di sebelahnya, tiada hentinya mengamati wajahnya yang tidur nyenyak, di bawah sinar api unggun yang membuat wajahnya menjadi kemerahan. Aku harus mulai sekarang juga, pikir wanita itu. Lebih cepat ia dapat menguasai Yo Han, lebih baik. Dengan lembut tangannya meraba wajah pemuda itu, membelai dagu dan leher, lalu membelai semua tubuh Yo Han. Pemuda remaja itu menggeliat dalam tidurnya dan Ang I Moli menarik tangannya.
Anak ini amat luar biasa, pikirnya sambil menahan gairah yang sudah mulai membakar dirinya. Mungkin saja dia akan meholak keras, bahkan melawan dan tidak mau menyerah biar diancam bagaimanapun juga. Keberaniannya memang luar biasa. Kalau terjadi hal seperti itu, tentu amat merugikan dirinya. Kalau ia menggunakan paksaan, anak ini akan dapat mati sebelum ia memperoleh hasil yang memuaskan. Ia harus dapat menghisap kemurnian anak ini sedikit demi sedikit, tidak terasa oleh Yo Han. Ia akan memberi makanan dan minuman yang mengandung obat penguat badan dan akhirnya, semua hawa murni dan darah murni itu akan berpindah ke tubuhnya tanpa diketahui oleh pemuda remaja itu, atau kelak diketahui kalau sudah terlambat dan pemuda yang kehabisan darah dan hawa murni itu akan tewas pula.
Dan ia akan mampu melatih diri dengan ilmu rahasia itu! Ia akan menjadi seorang yang sukar dicari tandingnya! Ia akan dapat merajai dunia persilatan dengan ilmunya itu. Kembali ia mengamati wajah Yo Han yang masih tidur nyenyak. Ah, mengapa ia begitu bodoh? Kalau membujuk anak ini, agaknya ia akan gagal total. Anak ini bukan seorang anak yang mudah dibodohi atau dibujuk halus, atau pun yang mudah ditundukkan dengan ancaman atau siksaan. Padahal, ia menghendaki agar dia menyerahkan diri dengan suka rela! Dengan demikian maka hasilnya akan lebih baik lagi bagi dirinya. Dan satu-satunya jalan adalah menggunakan kekuatan sihirnya! Mengapa ia lupa akan kepandaiannya itu? Ia pernah mempelajari ilmu sihir dari Pek-lian-kauw dan ilmu sihirnya sudah lebih dari kuat untuk mempengaruhi seorang bocah!
Orang dewasa pun kalau tidak memiliki sin-kang yang kuat akan mudah ia tundukkan dengan kekuatan sihirnya. Apalagi pemuda remaja yang lemah ini! Ang I Moli yang duduk bersila menghadapi Yo Han itu lalu membuat guratan-guratan dengan telunjuk kanannya, kemudian mulutnya berkemak-kemik, matanya terpejam. Ia membaca semacam mantra untuk mulai mempergu-nakan ilmu sihirnya untuk menyihir dan menguasai semangat Yo Han yang masih tidur nyenyak. Setelah membaca mantra, ia lalu membuka kedua matanya yang mengeluarkan sinar aneh menatap wajah Yo Han, juga kedua tangannya kini digerakkan dengan aneh, jari tangannya terbuka seperti cakar, dan jari-jari tangan itu bergerak-gerak, kedua tangan itu diputar-putar sekitar kepala dan tubuh Yo Han. Kembali mulutnya berkemak-kemik, kini mengeluarkan bisikan yang mendesis-desis.
"Yo Han, engkau sudah berada dalam kekuasaanku, seluruh semangat dan kemauanmu tunduk kepadaku. Kalau nanti engkau kusuruh bangun, engkau akan tunduk dan menyerah kepadaku penuh kepasrahan, engkau akan menganggap aku sebagai wanita paling cantik yang kau kasihi, engkau akan dibakar gairah berahi dan engkau akan menuruti segala kehendakku dengan gembira. Kemauanmu akan lemah dan lembut seperti domba, gairah berahimu akan bangkit setangkas harimau, engkau akan selalu berusaha untuk menyenangkan hatiku, dengan mentaati semua perintahku, hanya aku satu-satunya orang yang kau kasihi, kau taati...."
Ia lalu menutup bisikan mendesis itu dengan tiupan dari mulutnya ke arah muka Yo Han tiga kali.
"Yo Han.... Yo Han.... Yo Han.... bangunlah engkau, sayang!"
Ia mengguncang pundak pemuda itu, menggugahnya. Yo Han adalah seorang anak yang memiliki kepekaan luar biasa.
Sejak kecil, di waktu dia tidur, kalau ada sesuatu yang tidak wajar, sedikit suara saja sudah cukup meng-gugahnya dari tidur pulas. Begitu Ang I Moli menyentuh pundaknya dia pun terbangun, membuka kedua matanya, akan tetapi tidak seperti biasanya, dia tidak segera bangkit duduk, melainkan memandang ke depan kosong, seperti orang melamun seperti melihat sesuatu yang amat menarik hati. Dan memang dia merasa melihat sesuatu yang amat aneh. Dia merasa seolah kaki tangannya terbelenggu, suaranya lenyap menjadi gagu, dan dirinya hanyut oleh gelombang samudera, semakin ke tengah dalam keadaan tidak berdaya sama sekali. Kemudian, dia merasa ada kekuatan yang menariknya ke tepi, bahkan dia seperti menunggang gelombang, makin dekat ke tepi, lalu kaki tangannya yang seperti terbelenggu itu terlepas bebas, mulutnya dapat bersuara lagi. Dia berenang sekuat tenaga ke tepi, dan berhasil mendarat di pantai.
"Apa.... apa yang terjadi padaku? Ya Tuhan, apa yang terjadi....?"