Kisah Sepasang Rajawali Chapter 20

NIC

Dan dia berkali-kali berteriak "Pembunuh!"

Sampai para tetangga terkejut dan keluar. Setelah semua tetangga masuk dan melihat tubuh Liok Si dan si pemuda tinggi besar yang mereka kenal adalah pemuda tetangga terkapar di atas pembaringan dalam keadaan telanjang bulat dan mati dengan kepala berlubang, mereka terkejut sekali dan keadaan kembali menjadi geger. Tek Hoat lalu menceritakan betapa malam itu dia tidur nyenyak, dan bahwa dia tahu ibu mertuanya sedang kedatangan kekasihnya akan tetapi dia tidak berani mencampurinya. Kemudian dia terbangun oleh suara ribut, ketika dia meloncat dan naik ke atas genteng, dia melihat berkelebatnya bayangan yang gesit sekali. Dia berusaha mengejar akan tetapi bayangannya ditelan kegelapan malam.

"Dia lihai sekali!"

Demikian dia menyambung.

"Tentu dialah orangnya yang telah membunuh isteriku, dan yang sekarang kembali datang membunuh ibu mertua dan kekasihnya. Bedebah dia! Aku akan mencarinya sampai dapat! Aku tidak akan kembali ke sini sebelum aku dapat membunuh penjahat itu!"

Demikian Tek Hoat mengakhiri sandiwaranya, kemudian dia menyerahkan rumah yang harta bendanya telah dikuras itu kepada tetangga di sebelah.

Setelah itu, pergilah Tek Hoat membawa buntalan pakaian dan harta benda yang lumayan banyaknya. Semua orang merasa kasihan kepada pemuda perkasa ini, dan nama "Gak Bun Beng"

Menjadi kenangan mereka di kota itu. Akan tetapi, banyak di antara para tetangga yang mulai merasa curiga kepada pemuda itu. Mengapa pembunuhan selalu terjadi tanpa setahu pemuda itu? Dan mengapa pula para kawan Jit-hui-houw yang semua terbunuh oleh pemuda itu membalas sakit hatinya kepada keluarga Kam, bukan kepada si pemuda? Dan semua yang tewas itu berlubang kepalanya! Mereka teringat betapa mayat lima orang yang mengacau pesta pernikahan dahulu itu, si kakek jembel bersama empat orang Jit-hui-houw juga mati dengan kepala berlubang!

Dan si tetangga yang diserahi rumah makan, mendapatkan kenyataan bahwa rumah makan itu hanya tinggal perabotnya saja, semua harta benda yang berharga telah lenyap! Kembali gegerlah kota Shen-yang! Berita tentang kenyataan-kenyataan itu cepat tersebar luas dan timbullah dugaan bahwa si pembunuh keluarga Kam itu tentu bukan lain pemuda Gak Bun Beng itu sendiri! Apalagi setelah terdapat kenyataan bahwa pemuda itu tidak pernah kembali lagi ke Shen-yang, terkenallah nama Gak Bun Beng, kini bukan sebagai pemuda mantu Kam Siok yang gagah perkasa, melainkan sebagai seorang pemuda kejam dan jahat! Dan dugaan ini diperkuat dengan adanya berita yang memasuki kota Shen-yang melalui para pendatang bahwa di dunia kang-ouw kini muncul seorang penjahat muda yang terkenal dengan julukan Si Jari Maut!

Sementara itu, Tek Hoat yang dihebohkan di kota Shen-yang dan Shen-bun dengan nama Gak Bun Beng, telah meninggalkan kota itu dengan hati lega. Dia telah terbebas dari ikatan yang amat tidak menyenangkan dan amat membosankan hatinya. Tentu saja ketika dia menerima penawaran kakek Kam Siok untuk menikah dengan Siu Li, pada saat itu dia terpengaruh untuk menolong mereka, akan tetapi sama sekali dia tidak berniat untuk selamanya menjadi seorang suami yang terikat di rumah makan itu! Kebetulan dia mendapat jalan dengan bujuk rayu Liok Si. Akhirnya, setelah membunuh semua keluarga Kam, dia pergi sambil membawa harta benda mereka. Kini tidak khawatir lagi akan kehabisan bekal di jalan.

Akan tetapi, buntalannya yang berisi banyak emas dan perak itu menarik perhatian para penjahat yang bermata tajam. Namanya yang belum terkenal membuat para perampok makin berani dan banyaklah perampok yang mencoba untuk merampas buntalan pemuda remaja ini. Akan tetapi mereka kecele karena perampok yang bagaimana lihaipun, begitu bertemu dengan pemuda ini, tentu akan dihajar habis-habisan dan banyak pula yang tewas dengan kepala berlubang. Maka gegerlah dunia kang-ouw dengan munculnya seorang tokoh baru, seorang pemuda berjari maut dan segera terkenallah julukan Si Jari Maut. Akan tetapi Tek Hoat tidak pernah mau mem-perkenalkan namanya sendiri, dan kalau terpaksa dia harus mengaku, maka dia sengaja memakai nama Gak Bun Beng!

Hal ini adalah karena dia ingin orang membenci musuh besarnya yang telah meninggal dunia itu, pula, dia merasa bahwa belum waktunya dia memperkenalkan nama sebelum dia mencapai kedudukan sebagai seorang gagah nomor satu di dunia ini! Dan untuk membuktikan bahwa dia adalah orang terpandai, dia harus lebih dulu bisa mengalahkan pendekar yang diagung-agungkan ibunya, yaitu Pendekar Siluman Majikan Pulau Es! Kalau sudah begitu, barulah dia akan memperkenalkan namanya sendiri. Ketika Tek Hoat tiba di luar kota raja, di dalam sebuah hutan yang biasa didatangi oleh para bangsawan untuk berburu binatang, dia mengalami hal yang sekaligus membuka matanya dan menyatakan kepadanya bahwa sebetulnya ilmu kepandaiannya masih jauh untuk mencapai tingkat jagoan nomor satu di dunia,

Dan juga membuka matanya bahwa selama ini dia terlalu memandang tinggi tingkat kepandaiannya sendiri dan bahwa yang dikalahkannya semua itu hanyalah penjahat-penjahat kelas rendahan saja! Pengalaman yang mengejutkan hatinya ini terjadi ketika dia sedang berjalan seorang diri di dalam hutan itu, sebuah hutan yang penuh dengan pohon-pohon besar dan kaya dengan burung-burung dan binatang hutan. Selagi dia menikmati suara burung dan melihat kelinci dan kijang lari ketakutan melihat dia datang, tiba-tiba terdengar derap kaki kuda dan di belakangnya datang lima ekor kuda yang membalap. Jalan dalam hutan itu sempit, akan tetapi dia tidak mau minggir, hendak dilihatnya apa yang akan dilakukan lima orang penunggang kuda itu kalau dia tidak mau minggir!

"Haiii....! Minggir....!"

Penunggang kuda terdepan berseru. Akan tetapi Tek Hoat tidak mau minggir, bahkan membalikkan tubuhnya dan memandang dengan senyum sindir. Penunggang kuda terdepan sudah tiba dekat dan mendadak orang itu, seorang berpakaian perwira yang berwajah tampan bertubuh tegap, mengulurkan tubuhnya dari atas kuda ke arah Tek Hoat dan tahu-tahu tubuh Tek Hoat sudah ditangkap dan diangkatnya tinggi-tinggi tanpa pemuda ini dapat mengelak lagi!

"Bocah, apakah kau sudah bosan hidup maka tidak mau minggir?"

Bentak perwira itu sambil melemparkan tubuh Tek Hoat ke samping. Tubuh Tek Hoat meluncur dan anehnya, tanpa dia mengerahkan gin-kangnya,

Tubuhnya melayang perlahan dan tiba di atas tanah dalam keadaan berdiri! Dia cepat memandang dan mengikuti lima orang penunggang kuda itu dengan mata terbelalak. Tahulah dia bahwa perwira itu selain bertenaga besar juga memiliki kepandaian hebat! Dia menjadi penasaran sekali. Masa dia kalah oleh orang itu? Dengan hati penasaran dan ingin sekali mencoba kepandaiannya melawan orang tadi, Tek Hoat lalu berlari mengejar ke dalam hutan. Tak lama kemudian dia melihat lima orang penunggang kuda itu di tengah hutan. Mereka sudah turun dari kuda dan binatang tunggangan mereka sedang makan rumput, sedangkan mereka sendiri duduk di bawah pohon, menghapus keringat dan memandang kepada seorang wanita yang masih duduk di atas kudanya, seorang wanita yang amat cantik dan berpakaian amat indah.

Tek Hoat menyelinap dan bersembunyi, memandang dengan mata kagum. Wanita itu sebaya ibunya, akan tetapi bukan main cantiknya dan bukan main mewah dan indah pakaiannya. Kudanyapun merupakan kuda yang tinggi besar dan kuat, dan wanita itu tiada hentinya memandang ke depan. Ketika Tek Hoat memandang pula, dia hampir berteriak saking kagetnya. Di depan wanita itu kelihatan seekor harimau yang besar sedang bersiap-siap untuk menubruk! Kuda tunggangan wanita itu kelihatan gelisah sekali, dan lima ekor kuda lain yang tadinya makan rumput juga mulai gelisah ketika harimau besar itu muncul. Namun, lima orang laki-laki yang duduk di bawah pohon kelihatan tenang-tenang saja memandangi wanita itu, sedangkan wanita cantik itu sendiri juga duduk di atas punggung kudanya dengan tenang, tangannya memainkan sehelai sabuk sutera putih.

Melihat wanita itu bertangan kosong, tidak membawa panah atau pedang, timbul kekhawatiran di hati Tek Hoat. Dia sendiripun tidak bersenjata dan selamanya belum pernah melihat harimau, apalagi melawannya. Akan tetapi karena melihat binatang itu hanya seperti seekor kucing besar, dia tidak takut dan dia ingin sekali memamerkan ilmu kepandaiannya kepada lima orang laki-laki itu terutama sekali kepada perwira tampan gagah yang tadi melemparnya. Maka tanpa berpikir panjang lagi, dia sudah meloncat dengan tubuh ringan sekali, melayang ke depan wanita itu, menghadapi harimau yang kelihatannya terkejut melihat ada orang "terbang"

Turun di depannya! Harimau itu menggereng dan Tek Hoat sudah siap melawan mati-matian sungguhpun kini dia baru tahu bahwa harimau itu kelihatan berbahaya dengan mulut penuh taring.

"Bocah lancang! Mundurlah kau!"

Terdengar bentakan halus dan tiba-tiba Tek Hoat merasa pinggangnya seperti dirangkul orang dan tahu-tahu tubuhnya sudah melayang ke atas. Biarpun dia berusaha mengerahkan tenaga, namun sia-sia belaka dan alangkah heran dan kagetnya ketika dia mendapat menyataan bahwa pinggangnya terbelit ujung sabuk sutera putih.

Hampir dia tidak dapat percaya bahwa ada orang, apalagi hanya seorang wanita, dapat mengguna-kan sabuk sutera untuk memaksanya pergi, membuat tubuhnya melayang dan menurunkan tubuhnya ke atas tanah seolah-olah sabuk itu bernyawa dan amat kuatnya! Dengan penasaran dia ingin meloncat maju, akan tetapi tiba-tiba lengannya dipegang orang dari belakang, pegangan yang kuat bukan main sehingga usahanya untuk merenggutnya lepas sia-sia belaka. Ketika dia menoleh, orang itu adalah panglima yang tadi melemparnya. Kini tampak betapa pakaian orang ini juga mewah dan indah, pakaian seorang panglima atau perwira tinggi yang berwibawa dan bermata tajam.

"Sabarlah, orang muda, dan lihat betapa ganasnya harimau itu!"

Terdengar gerengan hebat sehingga bumi yang di bawah kakinya tergetar. Tek Hoat cepat memandang ke arah harimau dan melihat harimau itu meloncat tinggi sekali, menerkam ke arah wanita yang masih duduk tenang di atas punggung kudanya. Kudanya meronta dan meringkik, akan tetapi anehnya kuda itu tidak mampu bergerak karena sesungguhnya tubuhnya telah dijepit keras oleh kedua kaki wanita itu sehingga tak mampu berkutik. Ketika tubuh wanita itu melayang di udara, wanita tadi menggerakkan tangan dan sinar putih panjang menyambar ke depan. Itulah sabuk sutera putih yang telah menyambut datangnya terkaman harimau. Ujung sabuk itu seperti seekor ular hidup melibat perut harimau dan membanting ke bawah.

"Bressss!"

Tubuh harimau terguling-guling sampai mendekati seorang di antara pengawal yang duduk di bawah pohon. Pengawal itu bangkit berdiri dan menusukkan tombaknya. Harimau yang besar itu mengangkat kakinya menangkis atau mencengkeram ke arah tombak.

"Krekkkk!"

Tombak itu patah-patah.

"Hati-hati, mundur....!"

Wanita itu berseru lagi dan kembali sabuk suteranya melayang dan menangkap pinggang harimau yang kini hendak menyerang pengawal itu, mengangkat tubuh harimau ke atas dan membantingnya lagi. Akan tetapi bantingan-bantingan keras itu ternyata hanya membuat binatang itu marah, sama sekali tidak melumpuhkannya. Melihat ini, mengertilah Tek Hoat bahwa binatang itu memang hebat dan ganas sekali, kuat dan kebal. Setelah lima kali wanita itu mengenakan ujung sabuk suteranya membanting dan binatang itu masih tetap bangkit dan melawan lebih ganas, agaknya dia menjadi marah dan penasaran sekali.

Posting Komentar