Kisah Sepasang Naga Chapter 04

NIC

Merahlah wajah Sin Wan, ia angkat dadanya dan memandang marah.

"Kau kira aku tak dapat mengejarmu? Ke mana saja kau lari, aku pasti dapat mengejarmu!" "Betulkah? Kau lihat jurang ini, dapatkah kau meloncatinya?" Sin Wan memandang ke depan, ternyata disitu terdapat sebuah jurang yang selain curam juga lebar sekali, tidak kurang dari limabelas tombak.

Bagaimana ia bisa loncat sejauh itu? Engkongnya yang terkenal ahli dalam kepandaian loncat jauh, belum tentu dapat loncati jurang selebar ini.

Tapi dia tidak percaya bahwa gadis itu dapat meloncati jurang itu, maka iapun angkat dada dan menantang.

"Jurang sebegini saja apa susahnya untuk diloncati? Aku katakan tadi, kemanapun kau pergi, aku tentu dapat mengejarmu.

Biarpun kau akan loncat melalui jurang ini, aku pasti dapat mengejar".

Gadis itu memandangnya tak percaya.

"Benarkah? Coba kita buktikan!" Kemudian dengan lincah dan ringan sekali gadis itu loncat ke atas karang di belakang mereka.

Karang ini menjulang tinggi dan di dekat situ terdapat beberapa batang pohon semacam liu, tapi batangnya lebih kecil dan tinggi.

Gadis itu lalu menghampiri sebatang pohon itu, dengan kedua tangan, dengan kedua tangan pegang puncak pohon dan menariknya kebawah dengan tenaga yang mengagumkan.

Kemudian ia berseru kepada Sin Wan yang melihat semua itu dengan heran.

"Nah, kau lihatlah.

Aku hendak menyebrang!" Dengan kata-kata ini, gadis itu lalu lepaskan tenaganya hingga punak pohon terayun keras karena batang pohon itu memang kuat dan ulat serta mempunyai sifat keras seperti baja.

Karena ayunan batang pohon itu keras sekali, maka tubuh gadis itupun terayun dan dengan ambil waktu dan saat yang tepat sekali gadis itu lepaskan pegangannya hingga dilontarkan keudara oleh ayunan itu.

Ia atur gerakan dan tenaga ayunan itu dengan berjumpalitan hingga sebentar saja ia telah berada di seberang jurang, turun dengan gerakan alap-alap menyambar kelinci indah.

"Dapatkah kau loncat kesini?" tantangnya kepada Sin Wan sambil tersenyum.

Sin Wan kagum sekali melihat akal dan gerakan gadis yang cerdik itu hingga tanpa terasa ia berseru.

"Bagus!" Ketika mendengar tantangan itu, ia putar otak mencari akal.

Untuk meloncat begitu saja, pasti ia tidak akan berhasil dan tentu ia akan terjatuh ke dalam jurang dan tubuhnya kan hancur.

Untuk meniru akal dan gerakan itu ia masih sanggup, tapi ia tidak sudi lakukan karena ia tidak mau ditertawakan nanti oleh gadis itu.

Ia lalu teringat akan tambang dan besi pengaitnya.

Tapi tambang itu belum tentu ada sepuluh tombak panjangnya.

Tiba-tiba ketika memandang ke atas dan melihat batu karang yang tinggi menjulang di dekatnya itu, ia mendapat akal.

"Tunggulah, sebentar aku akan mengejarmu!" teriaknya.

Seperti gadis tadi, iapun loncat ke atas dengan dan cekatan sekali ia lempar besi kaitan itu ke atas hingga dengan tepat besi itu mengait pada pinggir karang yang kuat di puncak.

Setelah menarik-narik tambang dan mendapat kepastian bahwa tali dan besi pengait itu sudah kuatkuat mengait batu karang diatas, ia lalu bawa ujung tali ke puncak karang lain, kemudian sambil berseru.

"Awas, aku mengejarmu!" Ia loncat dari atas puncak karang itu dan tubuhnya terayun sambil pegang ujung tambang.

Betul saja, tambang itu tidak cukup panjang untuk mencapai seberang jurang.

Melihat hal ini gadis cilik itu terkejut dan berkhawatir sekali hingga ia menjerit.

Tapi Sin Wan yang sudah tahu bahwa tambangnya takkan dapat sampai ke seberang dan sudah siap sedia untuk menghadapi hal ini, gunakan saat tenaga ayunan tambang belum habis lalu loncat keras menuju ke seberang.

Dengan beberapa kali jungkir balik, ia berhasil juga turn di sebelah gadis itu yang memandangnya dengan mata terbelalak dan kagum.

"Kau hebat!" katanya memuji sambil tersenyum dan mendengar pujian serta melihat senyuman ini, kemarahan hati Sin Wan lenyap seketika.

Ia memang bukan orang pemarah, dan tadi ia juga tidak marah, hanya mendongkol dan penasaran.

"Kau juga lihai," ia balas memuji "Tapi kurasa kau tidak akan dapat menangkan ilmu silatku", gadis itu berkata lagi.

Timbul pulalah rasa penasaran Sin Wan yang tadinya sudah tenggelam dan lenyap.

Ia tadinya pandang tambang yang terayun-ayun karena dilepaskan tadi dengan agak kecewa dan sayang, tapi kini ia menengok dan pandang gadis itu dengan tajam.

Ia sudah lupa sama sekali akan kekecewaannya karena kehilangan tambang itu.

"Apa katamu? Kau dapat menangkap aku dalam ilmu silat? Hayo, kau cobalah!" tantangnya sambil gulung lengan bajunya.

Gadis itu tersenyum menggoda.

"Awas ya, kalau terpukul olehku jangan kau menangis!" Dan ia lalu maju menyerang dengan cepat ke arah dada Sin Wan.

Pemuda ini berkelit cepat dan hatinya terkesiap juga melihat betapa gadis cilik itu datang-datang menyerang dengan gerakan dari cabang Kun-lun yang berbahaya! Ia lalu balas menyerang danuntuk menebus kekalahannya dalam balap lari tadi.

Sin Wan keluarkan semua ilmu pukulan yang ia pelajari dari Kang-lam Ciuhiap! Biarpun gadis itu memiliki dasar-dasar ilmu sila Kunlun yang cukup lihai, namun ia tidak tahan juga menghadapi serbuan Sin Wan yang mempunyai pukulan aneh dan cepat juga.

Terhadap Sin Wan ia kalah tenaga hingga ke dua lengannya yang digunakan untuk menangkis sudah merasa sakit! Akhirnya gadis itu lalu balikkan tubuh dan lari! Entah bagaimana, tiba-tiba timbul nafsu dalam hati Sin Wan untuk menjatuhkan gadis itu dan memaksa gadis itu mengakui kekalahannya! Nafsu ini membuat ia loncat dan lari mengejar gadis itu dengan cepat.

Kedua anak itu tidak tahu bahwa pada saat itu, mendung yang tebal dan hitam mengancam tempat di mana mereka berada! Gadis itu lari makin cepat ke atas, dikejar oleh Sin Wan.

Karena gugup, maka gadis itu agaknya salah ambil jalan dan mereka tiba di sebuah jalan buntu dimana hanya tampak jurang-jurang dalam di depan dan sebelah kanannya, sedangkan sebelah kiri mereka terdapat dinding karang yang tebal dan tinggi.

Jalan maju tidak ada lagi, yang ada hanya jalan mundur lagi.

Gadis itu bingung dan dengan kertak gigi ia balikkan tubuh menghadapi Sin Wan yang mendatangi dengan cepat.

Sementara itu, cuaca yang tadinya terang telah berubah suram dan hampir gelap karena mendung tebal telah datang menyerbu.

Hawa lalu menjadi dingin luar biasa! Sin Wan melihat betapa gadis itu terhalang jalannya menjadi girang dan berseru, "Kau hendak lari kemana?" Sementara gadis itu, dengan nekad lalu menyerang lagi dan mereka segera bertempur lagi di tebing jurang yang berbahaya itu, sedangkan dari atas kepala mereka mendung hitam tebal menyelubungi tempat itu dan menghalang cahaya matahari hingga keadaan menjadi makin gelap.

Tiba-tiba mendung hitam dan gelap itu mengakibatkan munculnya kilat dan guntur yang menggelegar.

Kedua anak yang sedang bertempur itu menjadi kaget.

Mereka loncat mundur dan menengok ke atas.

Alangkah terkejut dan takut mereka ketika melihat betapa mendung hitam tebal telah menutup tempat itu dan membuat semua menjadi gelap dan betapa kilat dan guntur merupakan lidah lidah api yang menakutkan menyambar nyambar di atas mereka.

Gadis cilik itu merasa ngeri dan menjerit ketakutan, lalu menubruk Sin Wan, memeluknya dan menangis dengan wajah pucat! Sin Wan juga merasa betapa tubuhnya menjadi dingin sekali sampai hampir beku, kemudian ketika ia memandang lagi keatas, ia hampir saja memekik karena terkejut dan ngeri.

Ia melihat dengan samar-samar betapa di dalam kegelapan mendung itu ia melihat berkelebatnya dua ekor naga hitam dan putih! Ia melihat betapa dua pasang mata naga itu menyinarkan cahaya merah menyilaukan dan betapa lidah mereka menjulur keluar mengeluarkan api menakutkan sekali! Dengan tak terasa Sin Wan peluk tubuh gadis cilik itu dengan erat dan ia berdiri untuk melarikan diri.

Tapi tiba-tiba ia merasa betapa ekor kedua naga itu bergerak dan menyabet ke arah ia dan gadis itu.

Sabetan ekor itu mendatangkan angin dingin dan Sin Wan terlempar oleh angin itu hingga terhuyung huyung.

Hampir saja ia terlempar ke dalam jurang sebelah depan yang sangat curam dan banyak batu-batu karang tajam bagaikan ujung golok terpancang di bawah! Tapi dengan sekuat tenaga Sin Wan dan gadis itu saling berpegangan dan Sin Wan seret gadis menggelinding di atas tanah menuju ke dinding batu karang hingga mereka terbentur karang! Pada saat itu dari atas datang hujan yang menimpa badan dalam butir besar bagaikan peluru saja hingga menerbitkan rasa sakit.

Dan pada saat itu tampak cahaya kilat gemerlapan di di atas kepala mereka.

Dalam pandangan Sin Wan tampak kepala sepasang naga itu dan menambar dan hendak menggigit mereka, maka sambil memekik ngeri ia tarik tangan gadis itu loncat ke kanan.

Karena keadaan sudah menjadi gelap gulita, maka Sin Wan tidak melihat bahwa di sebelah kanan itu adalah jurang yang sangat gelap karena selalu tertutup awan hitam! Tak dapat tercegah lagi tubuh kedua anak itu terpelanting ke bawah dan meluncur bagaikan dua buah batu di lempar kedalam sumur! Sin Wan buka matanya dan ia dapatkan dirinya rebah terlentang di atas tumpukan pasir halus.

Mulutnya penuh pasir hingga ia segera bangun duduk dan menyemburkan pasir itu dari mulut.

Pada saat itu terlihatlah olehnya tubuh gadis itu berbaring miring.

Maka teringatlah ia akan peristiwa tadi.

Ia tidak tahu bahwa telah beberapa lama mereka pingsan.

Agaknya Thian masih melindungi jiwa mereka karena secara kebetulan sekali mereka jatuh menimpa tumpukan pasir lembut yang menahan tubuh mereka dan mencegahnya dari kehancuran.

Hanya bantingan yang keras dari kejatuhan itu membuat mereka pingsan untuk beberapa lam.

Sin Wan segera menghampiri gadis cilik yang masih pingsan itu.

Ia melihat betapa jidat gadis itu mengeluarkan sedikit darah dan terdapat sebuah luka kecil, Sin Wan segera lepaskan ikat pinggangnya dan cepat balut kepala gadis itu agar darah dari lukanya berhenti mengalir.

Posting Komentar