Sementara itu Kong soe Tek di lain bagian telah mencari goa kakek souw Kie Han juga menggunakan lemparan batu sebagai penanya jalan- Ia juga kena diserbu kawanan semut merah yang galak. hingga keadaannya repot sekali.
Sedang In Kie Seng dilain pihak bekerja cepat ia gunakan kakinya menendang batu-batu yang ada dimulut goa, sebagai alat untuk mencari tahu apa didalamnya goa goa itu ada penghuninya ?
Ia sudah lewati sepuluh goa, akan tetapi belum juga berhasil menemui goa yang diingininya.
Kakek souw Kie Han melihat tegas semua yang diperbuat oleh tiga anak muda itu. Ia kenali orang-orang itu tentu ada dari "Perserikatan Benteng Perkampungan," hanya ia tidak mengerti, dari sebab apa mereka menerjang bahaya datang kesitu?
Ia pikirkan, tindakan apa yang harus diambil terhadap tiga anak muda yang mengacau tempatnya itu? Tiba tiba ia melihat In Kie seng dengan menggunakan perisai dari gading telah menerjang masuk kedalam sebuah goa. Terdengar suara tertawa dingin kakek Souw Kie Han.
In Kie Seng dengan perisainya menggempur dinding disana sini, hingga banyak bagian yang semplak. Ia masuk terus kesebelah dalam. tampak keadaan disitu ada terang. Hatinya berdebaran. Pikirnya, inilah gua yang dicarinya tentu.
Sebelum ia dapat bertindak maju, tiba-tiba ada sebuah batu menghadang didepannya. Bukan main kagetnya. Dibelakang batu itu sudah tidak ada jalan lagi, hanya ia melihat ada sarang laba-laba dengan penghuninya seekor laba-laba hijau yang luar biasa besar, tampak matanya mencorong seperti yang sedang mengawasi pada In Kie Seng.
LABA-LABA besar itu tiba-tiba perdengarkan suara aneh, lalu bergerak menghampiri In Kie Seng, Kaki-kakinya yang runcing hendak mencengkeram tenggorokan orang,
In Kie Seng kaget dan lompat mundur, tangannya berbareng digerakan menyerang, hingga laba-laba itu nyeleweng cengkeramannya, Batu yang telah menjadi pengganti sasarannya kaki-kakinya yang runcing tampak berbekas.
orang she In itu ketakutan dan cepat-cepat lari, apa lacur dimulut goa sudah penuh dengan jaring laba-laba yang berkilat dan sangat lengket, kiranya laba-laba itu bukannya sendirian saja, ada kawan-kawannya lagi yang sama sekali berjumlah sepuluh, hingga membikin In Kie Seng matanya dibuka lebar dan ketakutan setengah mati.
Hampir rata-rata-laba-Iaba itu sebesar kerbau, yang paling kecil ada sebesar baskorn cuci muka.
Bukan main sikapnya menakutkan, mereka merayap dengan keluarkan sinar matanya ya bengis, hendak menerkam korbannya. Dalam gugup In Kie seng lompat keatas batu kemudian menendang batu-batu didekatnya ke arah laba-laba yang kecilan, jitu tendangannya, karena batu yang diiendangnya tadi mengenakan persis pada tubuhnya si laba-laba yang sial, hingga seketika ita juga setelah mengeluarkan suara "cet" telah melayanglah jiwanya. Laba-laba kawannya dalang memakan bangkainya laba laba apes tadi.
Lalu lainnya menyerbu lagi kepada In Kie Seng hingga anak muda itu terpaksa keluarkan kepandaian nya lompat sana dan lompat sini menghindarkan bahaya. Kadang kala ia menyerang dengan batu yang ditendang kakinya atau dengan angin pukulan telapakan tangannya.
Lantas itu, maka untuk sementara In Kie Seng masih dapat menyelamatkan dirinya dari terkamannya kawanan laba laba berbisa itu. Kita melihat Khoe cong yang dikerubuti ribuan belalang.
Meskipun ia berusaha keras menyapu mundur binatang-binatang yang mengerubuti dirinya, tidak juga kelihatan hasilnya, karena kawanan belalang itu makin lama jumlahnya telah makin banyak saja.. pikirnya ia akan mati konyol kalau tidak dapat lekas-lekas meloloskan diri.
Matanya celingukan, tidak jauh dari situ ia lihat ada goa lain, Tanpa memikirkan lagi apa isinya goa itu, ia sudah lantas lari masuk kedalam gua diuber oleh kawanan belalang, yang seolah-olah tidak mau kasih korbannya lolos.
Tapi heran, ketika Khoe cong sudah masuk kedalam goa lain ini, kawanan belalang itu tidak turut nyerbu kedalam. Tampak mereka bergulung-gulung saja diluar goa, tidak ada satupun yang berani menerjang masuk-
Khoe cong pikir, tentu dalam goa itu ada binatang musuhnya kawanan belalang itu yang ditakuti, maka nya kawanan belalang itu tidak berani menyerbu masuk.
orang dengki hati itu tampak lega hati-nya, ia melihat kesekitar tempat, disitu tanahnya demak. banyak rumput basah dan keadaannya kotor sekali. Ia menjadi bengong memikirkan nasibnya nanti bagaimana?
Keluar lagi takut diserbu belalang, tidak keluar lagi disitu keadaannya sangat tidak menyenangkan- Tengah ia berada dalam kebingungan tiba-tiba ia mendengar suara aneh. Ketika ia menoleh kebelakang nya, kiranya disitu sejarak dua tumbak daripada-nya ada seekor binatang tokek yang besar sekali dan bentuknya menakutkan. Binatang itu tengah merayap mendekati kepadanya, celaka ia menghela dalam hatinya.
Kita balik menengok Kong Soe Tek. Barisan semut merah tidak kurang-kurang menyeramkannya, karena bukan ribuan lagi tapi sudar tidak dapat dihitung banyaknya, Kemana Kong soe Tek lari telah dikejarnya hingga orang she Kong itu menjadi mengeluh, ia tidak menyangka, bahwa kepergiannya ke tempat itu akan mendapat banyak halangan yang menyeramkan.
Dengan susah payah ia bisa juga menyingkirkan diri ketempat yang ada lumpurnya. dimana kawannya semut merah itu tidak berani datang dekat, Ada beberapa puluh yang sudah nempel dibajunya dapat dibunuh mati oleh Kong soe Tek.
Matanya celingukan- Tiba-tiba ia dapat lihat tidak jauh dari padanya seperti ada jalanan untuk keluar, melalui jalan kebawah tanah. Hatinya girang karena pikirnya ia bisa meloloskan diri dari serbuannya semut merah yang galak-galak itu.
Ia beristirahat tidak lama, karena begitu ia dapat menenangkan pula pikirannya, lantas enjot tubuh menancap kakinya dimulut jalanan keluar tadi. Untuk sementara Kong soe Tek kelihatan terhindar dari serbuan semut merah yang tak kehitung jumlahnya itu. In Kie Seng dilain pihak terus dikeroyok oleh laba laba besar dan beracun.
Laba laba yang sebesar besar kerbau itu, sangat menakutkan Matanya memancarkan sinar buas, untung In Kie Seng dapat menabahkan hatinya, dengan kepandaian yang ia miliki ia sudah terputar-putar menghindarkan diri dari serangan kawanan laba laba yang sangat bernapsu menyengkeram dirinya.
Disamping senjata batu yang dihidangkan pada kawanan laba-laba itu, In Kie Seng tidak kasih perisainya tinggal nganggur. Dengan kegesitan dan kepandaiannya, beruntun ia sudah dapat membunuh enam sampai tujuh, laba-laba betina yang paling besar, menjadi marah.
Satu yang meluncur di tendang In Kie Seng kearahnya, dengan mata beringas ia sudah tangkis dengan kaki depannya. Batu itu mental balik dan hampir kena menghantam pada In Kie Seng, kalau ia tidak keburu berkelit kesamping menghindarkannya.
"Sungguh berbahaya" diam-diam In Kie Seng mengeluh, Tapi disamping itu, bagaimana juga ia sudah dapat membunuh banyak juga kawanan laba-laba itu, hingga mengurangi bahaya kena dicengkeram oleh kaki-kakinya yang runcing.
Untungnya laba-laba itu tidak mengejar terus-terusan, karena jika melihat ada kawannya mati, dengan sendirinya laba-laba itu berhenti mengejar In Kie Seng ditunda makan bangkai kawannya dahulu, Air hijau yang keluar dari mulutnya laba-laba yang mati menyiarkan hawa busuk. yang hampir hampir membuat In Kie Seng tidak tahan sampai muntah-muntah .
Akhirnya ketinggalan hanya dua laba-laba lagi, dengan begitu In Khie Seng setelah main petak beberapa lama lantas menyingkirkan dirinya kemulut goa dan lari keluar.
Laba-laba betina rupanya penasaran dan menguber tapi terlambat, karena In Kie Seng sudah nerobos masuk kedalam goa lain- Rupanya laba laba itu pikir, tidak ada gunanya ribut-ribut disarang orang lain, maka ia sudah kembali masuk dalam goanya sendirinya.
Dalam sarang laba-laba itu In Kie Seng kehilangan perisainya, yang nyangkut pada jaring laba-laba yang lengket, ia menduga tentu sudah beracun, maka ia sudah tak menghiraukan pula perisai gadingnya yang ia sangat andalkan dalam perjalanan mengambil batu kumala hangat itu.
Dalam goa yang ia masuki itu, ia merasa aman- Tapi perasaan aman itu hanya sebentara n saja, karena ketika ia mengingat kepada perisainya, lantas merasa dirinya tidak aman tanpa perisai ditangannya, perisai itu ada benda pusaka, benda turunan dari leluhurnya maka dengan hilangnya benda itu, apakah ia ada muka nanti ketemu kawan kawannya dalam dunia persilatan?
Memikir kesitu hatinya jadi nekad akan mengambil kembali perisainya yang nyangkut pada jaring laba laba didekat mulut goa. kalau perlu, pikirnya ia harus adu jiwa dengan laba-laba betina yang luar biasa besarnya itu.
Setelah mengambil putusan tetap. lantas ia keluar dari goa menghampiri lagi goa laba-laba tadi, sebelumnya masuk ia telah kumpulkan seikat rumput kering dan membikin api untuk menyalakannya. Dengan api ini, ia menerjang masuk dan membakar jaring laba-laba yang menahan perisainya.
Laba-laba betina menjadi kaget ia tidak berdaya melihat api berkobar, rupanya ia takut. Ia hanya tinggal mengawasi dengan mata bersinar buas kepada In Kie Seng yang sedang berusaha untuk mengambil pulang perisainya.
Setelah mendapat kembali perisainya. dengan segera In Kie Seng meninggalkan goa laba-laba itu dan masuk kedalam goa yang lainnya tadi.
Khoe cong dilain pihak. yang dihampiri binatang tokek yang luar biasa besarnya, lantas mencelat tinggi menyingkirkan diri, ia rapatkan tubuhnya pada dinding didekat mulut goa sebentar lagi ia dibikin kaget melihat sang tokek telah mengulurkan lidah nya yang panjang, ia mengira lidah itu akan ditujukan kearahnya, tapi ternyata diarahkan kelain jurusan ialah keluar apa dimana ada kawannya belalang yang sedang bergulung-gulung seolah-olah sedang menanti Khoe cong keluar lagi.
Kawanan belalang itu seolah-olah sayapnya pada patah sebelah, tidak bisa melarikan diri didekati oleh lidahnya sang tokek, sebentar saja ribuan belalang sudah kena dicaploki oleh binatang raksasa itu.
Seperti juga pada lidahnya itu ada getahnya, kawanan belalang ketika nempel pada lidah sang tokeh ia lantas saja tidak bisa terbang lagi.
Entah berapa ribu banyaknya belalang yang sudah jadi mangsanya sang tokek, hingga binatang itu tampak kekenyangan dan baringkan dirinya disatu sudut. Matanya merem melek, tidurlah ia dengan nyenyaknya.
Pantasan kawanan belalang tadi ketika lihat Khoe cong masuk kedalam goa itu tidak berani menerjang masuk kedalamnya kalau begitu didalam goa itu ada musuhnya yang sakti dan tak dapat dilawan-
Khoe cong untung besar, coba kalau tidak ada belalang yang menalangi menjadi korbannya binatang tokek itu, pasti ialah yang dijadikan mangsanya. Diam-diam Khoe cong telah menarik napas panjang, merasa lega oleh karenanya kemudian ia keluar dari goa itu.
Kong Soe Tek dan In Kie Seng pun sudah pada keluar dari dalam goa berbahaya mereka berkumpul lagi dan berdamai hendak kembali.saja dengan tangan kosong.
Mereka sekarang tidak berani menonjolkan kesombongannya, karena dengan mata kepala sendiri mereka menyaksikan bagaimana berbahayanya keadaan ditempat itu.
Dari pada jiwa melayang tanpa kepentingannya yang menguntungkan, mereka lebih baik kembali saja dengan tangan hampa, biarpun untuk itu mereka akan menjadi buah tertawaannya orang banyak.