Cinta Bernoda Darah Chapter 55

NIC

"Pertama, kau tidak boleh bercerita kepada siapapun juga di dunia ini, kepada isterimu pun tidak.."

"Aku tidak punya isteri"

"Masa..?"

Lin Lin duduk menunjang dagu dengan kedua tangan dan memandang tajam. Mereka sudah sejak tadi duduk berhadapan lagi, terhalang meja.

"Kenapa sih? Usiamu sudah lebih daripada cukup. Kurasa tiga puluh tahun sudah ada.."

Suling Emas menarik napas panjang, sejenak memandang wajah Lin Lin, kemudian menunduk dan menggerakkan kedua pundaknya yang bidang.

"Aku takkan punya isteri.. siapa akan sudi padaku..?"

Tiba-tiba pandang mata Suling Emas merenung dan tampak sedih sekali.

"Akan tetapi kelak kau tentu akan mengubah pendirian ini dan kelak kau tentu akan punya seorang isteri yang cantik jelita dan baik.."

Suling Emas menggebrak meja dan.. keempat kaki meja itu amblas sampai belasan sentimeter ke dalam lantai yang keras. Tiba-tiba meja menjadi pendek.

"Apa-apaan semua ini? Melantur-lantur urusan isteri dan pernikahan segala macam?"

Lin Lin sadar, menurunkan kedua tangannya, keningnya berkerut-kerut, mengingat-ingat,

"Ah, oh.. sampai di mana aku tadi? Oya, permintaan pertama, kepada siapapun juga di dunia ini, juga tidak kepada.. calon isterimu, kau tidak boleh bercerita tentang yang tadi itu. Sanggupkah?"

Lega bukan main hati Suling Emas. Kiranya hanya macam begini saja permintaan dara gila ini. Saking gembiranya dan lega hatinya mendengar bahwa permintaan yang belum apa-apa sudah ia janji menyanggupi itu ternyata bukan permintaan yang bukan-bukan, timbul kegembiraannya untuk menggoda. Ia pura-pura tidak mengerti dan bertanya,

"Tentu saja aku sanggup kalau hanya untuk tutup mulut, tapi harus dijelaskan, tidak boleh bercerita tentang apa?"

"Tentang tadi itu, lho."

"Tentang tadi? Ada apa sih tadi? Tentang kau datang ke istana dan bertempur melawan para penjaga?"

"Bukan.. bukan"

Kalau tentang itu saja boleh kau ceritakan kepada setiap orang yang kau jumpai. Bukan itu, tapi tentang.. eh, tentang antara kita tadi itu."

Suling Emas menarik muka bodoh, longang-longong seakan-akan ia benar-benar tidak mengerti.

"Eh, tentang pertandingan kita tadi? Baik, aku akan tutup mul.."

"Kau buka sehari semalam juga peduli amat kalau tentang itu. Wah, tidak nyana bahwa Suling Emas yang namanya lebih tinggi dari puncak Thai-san, kiranya hanya seorang laki-laki yang amat bodoh. Itu lho, tentang kekurangajaranmu tadi, kau peluk aku dan kau.. kau.."

Melihat betapa wajah itu di bawah sinar lampu yang terang menjadi amat merah, Suling Emas merasa kasihan juga. Ia mengangguk-angguk.

"Baik-baik, aku mengerti sudah. Aku sanggup untuk tutup mulut tentang hal itu."

Lin Lin menarik napas panjang. Ia merasa lega dan hal itu akan merupakan rahasia antara mereka berdua saja.

"Dan kau akan membantu usaha kami mencari Kakak Kam Bu Song dan pembunuh ayah bunda kami."

"Sanggup"

Tanpa banyak pikir lagi Suling Emas menjawab sambil mengangguk.

"Dan kau akan membawa aku bersamamu dalam usaha mencari Kakak Kam Bu Song dan musuh besarku. Sanggup?"

"Wah.. ini.. ini.."

Suling Emas meragu. Lin Lin tersenyum mengejek dan menudingkan telunjuk kanannya ke arah hidung Suling Emas.

"Nah-nah, janjinya menyanggupi segala macam permintaan, baru begitu saja sudah menolak.."

"Menolak sih tidak, tapi.. mencari orang yang tidak tentu tempatnya, membutuhkan waktu yang tidak dapat diduga berapa lamanya. Pula, besok aku akan pergi ke Nan-cao mengunjungi perayaan Agama Beng-kauw.."

Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu,

"Ah, di sana berkumpul semua tokoh kang-ouw, kurasa akan dapat bertemu dengan pembunuh ayah bundamu di sana."

"Nah, kalau begitu bawalah aku ke sana."

"Tapi.. pembunuh ayah bundamu tentulah seorang yang amat lihai lagi jahat"

"Takut apa? Kau kira aku takut? Lagi pula, aku tidak minta perlindunganmu. Aku hanya minta kau mengajak aku dalam usaha mencarinya. Nah, bagaimana jawabnya?"

Suling Emas mengerutkan kening, berpikir-pikir, lalu mengangguk-angguk.

"Perlu juga seorang bocah seperti kau ini menghadapi banyak pengalaman. Di Nan-cao kau akan melihat dan mendengar banyak. Baiklah, aku sanggup. Besok aku akan menjemputmu di kelenteng itu."

Bukan main girangnya hati Lin Lin. Ia dapat membayangkan sudah betapa encinya akan membuka matanya yang jeli itu lebar-lebar memandangnya kalau mendengar akan janji-janji Suling Emas kepadanya.

"Sebuah permintaan lagi, kau harus memperkenalkan nama aselimu kepadaku dan aku pasti akan merahasiakannya kalau memang kau kehendaki itu."

Suling Emas tampak terkejut sekali, akan tetapi ia segera mengangkat telunjuknya ke atas dan berkata ketus,

"Anak nakal, sekali ini aku takkan menyanggupi apa-apa lagi. Kau minta aku memegang teguh kata-kata yang sudah keluar, akan tetapi kau sendiri mengapa hendak melanggar omongan sendiri?"

"Aku? Melanggar omonganku sendiri? Mana bisa..?"

"Kau tadi bilang hendak mengajukan tiga macam permintaan. Pertama, aku tidak boleh bercerita kepada orang lain bahwa aku sudah memeluk dan menciummu. Ke dua, aku akan membantumu mencari kakakmu dan musuh besarmu. Ke tiga, aku akan membawamu serta ke Nan-cao. Nah, sudah cukup tiga, bukan? Tak boleh diberi embel-embel lagi"

Posting Komentar