Jelas terlihat kalau mereka berdua sedang menyaksikan semua yang dikerjakan oleh Tu Liong dan Wie Kie-hong.
"Nona" tampaknya Cu Siau-thian harus menunggu Tu Liong dan Wie Kie-hong ada dihadapannya barulah dia mau melanjutkan kata katanya, "Dugaan yang sudah kau buat tidak masuk akal.
Kalau ayahmu membawa berlian merah darah itu kemanapun dia pergi, saat ini kalau berlian itu tidak berada dalam tangan Oey Souw, pastilah ada di dalam tangan Leng Souw-hiang.
Bagaimanapun tidak mungkin berlian itu ada didalam tanganku.
Berkata seperti apapun aku tidak mungkin terlibat dalamnya.
Kalau ayahmu sudah menyembunyikan berlian merah darah itu disuatu tempat rahasia, maka dengan begitu aku lebih tidak ada hubungannya lagi.
kau sudah salah besar mencariku untuk mendapatkan berlian itu" "Adik Yan...." sekarang Tu Liong ikut campur mulut, "apakah kau berpikir kalau berlian merah darah milik ayahmu ada ditangan Cu Siau-thian?" "Betul" "Alasannya?" "Dari lima orang yang membantu mencelakai ayahku, empat orang sudah meninggal.
Yang tersisa tinggal dia seorang.
Karena itu kecurigaan pada dirinya adalah yang palingbesar" "Apa tujuan utamamu datang ke kota Pakhia ini?" "Tentu saja mencari berlian merah darah itu" "Jika demikian, bagimu berlian ini adalah kunci utama alasan kedatanganmu kemari" "Sebenarnya memang begitu" "Kalau begitu coba kau pikirkan dengan seksama.
Menurut pandanganku berlian merah darah itu tidak mungkin ada didalam tangan Cu Siau-thian" "Mengapa demikian?" "Kalau pada waktu itu dia sudah berhasil mendapatkan berlian merah darahnya, dia tidak perlu membunuh Hui Taiya dan Leng Taiya.
Hui Taiya tidak dapat melihat, Leng Taiya kehilangan tangannya, menghadapi Cu Taiya, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
untuk apa Cu Taiya membunuh mereka?" Thiat-yan terdiam tidak berkata apa-apa.
sepertinya dia mengerti apa yang ingin dikatakan Tu Liong.
Cu Taiya" Tu Liong berkata perlahan lahan, "pertama tama aku ingin mengaku salah.
Siasat permainan yang sudah kau mainkan sudah terlalu banyak.
Tidak aneh Thiat-yan merasa curiga....
bagaimana situasi kejadian yang sebenarnya hanya dirimulah yang paling mengerti.
Kalau kau tidak menjelaskan hal yang sebenarnya pada kami semua, mungkin kesalah pahaman ini akan semakin berlarut larut." "Tu Liong, penjelasan apa yang ingin kamu dengar dariku?" "Aku ingin menanyakan dua hal padamu" "Silahkan" "Siapa yang membunuh Hiong-ki?" "Tidak tahu" "Dimana ayah Kie-hong saat ini?" "Tidak tahu" Mendadak tampang Tu Liong menjadi sangat dingin., dia lalu berkata, "Cu Taiya, sebenarnya kedua pertanyaan ini bisa kau jawab, mengapa kau pura-pura tidak tahu?" Tiba-tiba saja Cu Siau-thian tertawa dingin.
Dia lalu berkata pada Tu Liong dengan sikap dingin: "Tu Liong! Aku sudah membawamu dari luar kota dan memeliharamu sampai menjadi orang.
Sekarang kau berani berkata seperti ini padaku.
Tidakkah kau merasa kalau kau sudah kelewatan?" "Cu Taiya ! aku pasti mengingat budi mu yang memelihara diriku sampai mati.
Tapi...." "Tapi apa" masalah ini tidak ada urusannya sama sekali dengan dirimu.
Tidak ada budi baik, tidak ada dendam.
Ketika orang lain sudah menodongkan senjata padaku, tidak menolongku tidak apa-apalah.
Mengapa kau malah berbalik membantu orang lain melawan diriku" Apakah perbuatanmu dapat dimaafkan?" "Cu Taiya! Seharusnya kau sudah tahu bagaimana akrabnya aku dengan Wie Kie-hong.
Urusan ini sangat besar kaitannya dengan dirinya" "Memang apa kaitannya dengan dirinya?" "Kaitannya adalah mengenai keberadaan ayahnya saat ini.
apakah dia masih hidup atau sudah mati....
Cu Taiya ! aku masih ingin menanyakan dua pertanyaan lagi" "Tanyakanlah" "Aku sungguh berharap kali ini kau bisa memberikan jawaban yang memuaskan" "Aku akan berusaha" "Dimana ayah Kie-hong sekarang?" "Tidak tahu" "Kalau begitu dimana adik angkatmu Boh Tan-ping sekarang?" "Tidak tahu" Tu Liong sudah menanyakan empat perta-nyaan.
Semuanya dijawab tidak tahu.
Thiat-yan berkata dingin: "Tu Siauya, kau sudah membuang-buang tenaga.
Walaupun kau menanyakan seratus pertanyaan lagi, semuanya akan sia-sia saja.
Cu Taiya si tua bangka ini, mulutnya sangat keras.
Sedikitpun tidak akan membocorkan rahasia apa-apa" "Tu Liong" Cu Siau-thian berkata sedikit tergesa-gesa, "aku ada sedikit salah paham dengan Thiat-yan.
Aku percaya aku bisa meluruskan kesalah-pahaman ini dengan cepat.
Bisakah kalian berdua meninggalkan kami berdua sebentar saja?" Selama ini Wie Kie-hong tidak berkata apa apa.
hanya karena dia sangat menghargai Tu Liong, dan juga mempercayainya, mendadak dia berkata: "Tu toako, sebaiknya kita pergi sekarang" Tu Liong sangat mengerti Wie Kie-hong.
Kalau dia sudah berkata pergi, pastilah ada alasan yang istimewa.
Karena itu dia tidak berkata apa-apa lagi.
dia mengikuti Wie Kie-hong pergi keluar ruangan.
Setelah melangkah keluar pintu masuk, dia baru bertanya pada Wie Kie-hong.
"Ada apa?" "Bukankah tadi kau mengatakan kalau gang San-poa ini sudah menjadi perangkap" Mengapa kita tidak membuktikannya sendiri?" "Perangkap ini bukan untuk menjebak kita" "Kalau begitu perangkap ini untuk siapa?" "Menjebak Thiat-yan" "Tu toako! aku rasa kau tidak perlu mengkhawatirkan dirinya.
Kalau dia tidak mempunyai rasa percaya diri yang penuh, dia mana mungkin berani masuk perangkap dengan gamblang seperti ini?" "Oh?" "Tu toako! kalau tidak percaya kita berdua berpencar untuk memeriksa keadaan disekitar rumah ini.
mungkin Cu Taiya menyembunyikan sesuatu.
Mungkin juga Thiat-yan tidak datang kemari sendirian." "Baiklah, aku akan pergi memeriksa kesana ...
kau pergi kesana...." Tu Liong menunjuk nunjuk.
"Nanti kita akan bertemu lagi didepan pintu kamar samping" "Baik" Gerakan Tu Liong sangat cepat.
Sebentar saja dia sudah masuk ke dalam bayang-bayang rumah.
Wie Kie-hong juga segera membalikkan tuLuh.
Didepannya sudah terbentang lorong yang gelap.
Dia baru akan memulai penjelajahan rumah ini ketika tiba-tiba saja dia menyadari kalau seseorang sudah berdiri dihadapannya.
dia berdiri ditengah keremangan ruangan.
Raut mukanya sama sekali tidak terlihat.
"Siapa kau?" Wie Kie-hong bertanya kaget, pada waktu yang bersamaan, dia sudah memasang pose siap untuk bertarung.
"Apakah kau Wie Kie-hong?" lawan bicaranya tidak menjawab pertanyaan.
Suaranya terdengar serak.
"Tidak salah.
Kau siapa" Apakah kau orang yang pada waktu itu memberitahuku untuk tidak menyerahkan payung pada nona Thiat-yan ?" "Jangan tanyakan siapa diriku....aku hanya ingin kau mendengarkan kata-kataku.
Cepatlah pergi dari sini.
Semakin jauh kau pergi semakin baik.
semakin cepat kau pergi juga semakin baik." "Kemana aku harus pergi?" "Terserah dirimu" "Apakah kau adalah kaki tangan Cu Siau-thian?" "Bukan" "Kalau begitu berapa banyak orang yang sudah disembunyikan Cu Siau-thian disini?" "Tidak sedikit" "Apakah kau takut aku disini mendapatkan bahaya?" "Betul" "Masih ada temanku disini.
Aku harus memberitahu dia dan pergi bersama-sama...." "Apakah temanmu itu bernama Tu Liong?" "Betul" "Tenanglah.
Cu Siau-thian sangat menyukai dirinya.
Dia tidak mungkin mendapat celaka" "Aku tidak dapat meninggalkan dirinya begitu saja disini" Orang itu segera berjalan mendekat.
Sekarang Wie Kiehong bisa melihat mukanya dengan lebih jelas.
Wie Kie-hong sempat tersentak kaget.
Orang ini tampak aneh.
Alisnya berwarna putih dan matanya berwarna merah.
Dengan suara rendah dia berkata: "Cepat pergi!! kalau lebih lama lagi kau pasti tidak akan bisa melarikan diri" "Maaf!" Wie Kie-hong berkata dingin: "Kau tidak menjelaskan asal-usulmu.
Bagai mana aku tahu apakah kau bermaksud baik atau jahat?" "Wie Siauya! kalau kau mau mendengarkan kata-kataku, kau bisa pergi dengan cepat dari tempat yang berbahaya ini.
aku bersedia menceritakan apa yang ingin kau ketahui." "Tentang apa?" "Contohnya siapa yang sekarang sedang memegang berlian berwarna merah darah itu.
siapa yang memiliki ide untuk mencelakai Tiat Liong-san pada waktu itu.
bagaimana Hui Taiya dan Leng Taiya mati.
Masih ada lagi....masih ada lagi tentang keberadaan ayahmu dan lain sebagainya" Tawaran ini terdengar sangat menjanjikan.
Wie Kie-hong merasa sedikit ragu-ragu.
"Apakah kau bisa menepati kata-katamu?" "Wie Siauya, seharusnya kau sudah bisa menebaknya dari kata-kataku.
Aku adalah orang yang jujur" "Baiklah..." "Kie-hong!" mendadak dari tengah kegelapan ruangan, Tu Liong berteriak padanya "jangan dengar kata-katanya.
Dia sedang berbohong!" Wie Kie-hong tertegun.
Tampaknya orang yang beralis putih pun sama-sama tertegun "Kie-hong! tadi kau sudah bertanya padanya apakah disini ada kaki tangan Cu Siau-thian.
Dia menjawab 'tidak sedikit'.
Aku sudah menggeledah seisi rumah.
Jangankan anak buah Cu Siau-thian.
Aku bahkan tidak menemui bayangan hantu apapun disini.
Asalkan dia sudah berkata satu kebohongan saja, semua yang dikatakannya tidak bisa diandalkan." Orang itu berkata perlahan-lahan: "Tuan pastilah Tu Siauya..." "Betul sekali" Tu Liong mulai berjalan mendekat.
Orang itu mundur dua langkah.
Seperitnya dia tidak ingin berada terlalu dekat dengannya.
Dia tampak seperti tidak ingin dilihat oleh Tu Liong.
"Biarkan aku melihat siapa dirimu" Tu Liong terus berjalan mendekat.
"Tu Siauya harap jangan berjalan lebih dekat.
Jangan memaksa seperti ini." "Kenapa" Apakah kau takut aku mengenali-mu?" "Tu Siauya, dengarkan peringatanku.
Anak muda seperti kau dan Wie Kie-hong tidak akan mampu melihat betapa liciknya Cu Taiya.