Kalau dia tahu pada akhirnya dia tetap akan sulit menghindari kematian, situasi pasti akan segera berubah." "Kau jangan membuang-buang waktu omong kosong padaku" "Apakah kau ingin bukti?" "Tidak salah" "Baiklah!" selanjutnya Thiat-yan mengatakan patah demi patah kata.
"Aku akan menunjukkan bukti kata-kata ku agar kalian semua bisa melihatnya sendiri! Tu Siauya, silahkan anda melihat pergelangan tangan Bu Tiat-cui." Tu Liong melakukan perintahnya dengan sangat patuh.
Dia menemukan tangan Bu Tiat-cui ada bekas ikatan tali.
"Cu Taiya! Apakah kedua pergelangan tangan Bu Tiat-cui pernah kau ikat?" "Betul" "Tolong balikkan mayat Bu Tiat-cui" Saat ini mayat Bu Tiat-cui sedang berbaring terlentang.
Pisau Cu Siau-thian masih menancap erat di jantungnya.
Dengan susah payah Tu Liong mencabut pisau dari jantung Bu Tiat-cui.
Segera darah segar muncrat keluar.
Setelah itu dia membalikkan mayat sehingga sekarang mukanya menghadap ke lantai.
"Tu Siauya! Coba kau perhatikan dengan teliti.
Apakah pada mayat itu tertancap sebuah jarum besi?" "Mendengar kata 'jarum perak' mendadak Tu Liong tersentak.
Beberapa tahun terakhir ini Cu Siau-thian ....
ternyata memang benar di punggung mayat ini tersembul sebatang jarum besi.
Jarum ini sudah bengkok karena tertimpa berat tubuhnya ketika jatuh terlentang tadi.
"Tu Siauya! Sekarang seharusnya kau sudah mengerti! Pertama-tama Cu Taiya sudah mengancam membunuh dengan cara menusukkan jarum besi pada titik darah penting Bu Tiat-cui.
Mana mungkin dia tidak menuruti apa yang diperintahkan olehnya?" Sekarang semuanya menjadi jelas, semua percakapan panjang yang didengarnya diluar adalah dialog palsu yang dilakukan hanya untuk merubah cara pandang Tu Liong dan Wie Kie-hong terhadap dirinya.
Cu Siau-thian tidak berbicara apa-apa.
Tu Liong dan Wie Kie-hong pun hanya menatap Cu Siau-thian tanpa kata-kata.
"Kie-hong, Tu Liong, apakah kalian percaya kata-katanya?" Cu Siau-thian bertanya masih terdengar sangat tenang.
"Kami sedang menunggu penjelasanmu" "Aku mengakui aku sudah mengancam Bu Tiat-cui dengan jarum besi, tapi semua kata-kata itu sudah diucapkan sendiri oleh Bu Tiat-cui.
Aku tidak mengarangnya, aku tidak memaksa untuk mengatakan semua itu.
jawabannya mengalir lancar bagaikan air.
Kalau memang aku yang sudah menyuruhnya bicara seperti itu, mana mungkin dia bisa selancar itu mengatakan semuanya?" "Cu Taiya!" Tu Liong berusaha mendamaikan semua pihak, "mungkin juga perbuatanmu sudah membuat kecurigaan Thiat-yan.
Mengapa kau tidak mencoba menjelaskan semua hal dengan lebih teliti lagi?" "Pada waktu itu, Leng Souw-hiang memiliki kekuasaan yang sangat besar di kota Pakhia ini.
siapapun pasti akan mendengarkan kata-katanya.
Tapi dia takut skandal yang tersebar luas akan membuat kesalahpahaman di dalam kalangan pemerintahan, karena itu dia menyuruhku keluar mewakilinya.
Tadi aku memang menjebak kalian dalam sebuah rumah.
Orang tua yang melepaskan kalian pun sebenarnya adalah orang suruhanku.
"rumput dewi tidur" pun aku yang sudah memberikannya.
Aku mengakui aku sudah membuat siasat ini, ini karena aku ingin kalian mendengarkan sendiri penjelasan yang sebenarnya dari mulut Bu Tiat-cui.
Karena kalau kalian mendengar penjelasan ini dari mulutku, kalian pasti tidak akan percaya." "Teruskan kata-katamu," Thiat-yan menyuruh.
"Pada waktu itu setelah Leng Souw-hiang berjanji jika berhasil mencelakai Tiat Liong-san, dia akan memberikan masing-masing orang sejumlah uang yang lumayan besar.
Tapi setelah itu dia malah mengatakan kalau permata merah darah itu sudah diberikan pada raja.
Dan dia tidak jadi membayarkan uang jumlah besar itu.
karena itu dalam hati kita semua ada sebuah dendam." "Ketika dynasti Ceng jatuh, pemerintahan baru berdiri.
Leng Souw-hiang pun kehilangan semua pengaruhnya.
Tapi kalian semua masih menjalin hubungan baik dengannya.
Mengapa kalian melakukan hal ini?" Thiat-yan terus mendesak "Karena dynasti Ceng dikatakan akan bangkit kembali.
Kalau memang dynasti sungguh kembali berjaya, Leng Souwhiang akan memiliki kekuasaan yang sangat besar, siapa yang berani melawannya" "Kalau begini berarti kau sama sekali tidak ikut ambil bagian dalam masalah ini?" "Tidak! Aku juga harus ikut bertanggung jawab" "Tanggung jawab apa?" Thiat-yan masih terus mendesaknya.
"Aku seharusnya menjelaskan semua kejadian itu pada kedua anak muda ini.
aku seharusnya membantu mereka membuat sebuah kesimpulan yang baik.
sehingga mereka bisa berjalan di jalan yang benar.
Tapi aku tidak berani mengatakan semua kejadian yang sebenarnya.
Karena pada waktu itu Leng Taiya belum mati, aku takut padanya" "Mungkin juga karena Leng Taiya sudah mati, maka kau melemparkan semua kesalahan pada dirinya" "Tidak! Bukan seperti ini" "Cu Taiya! Kau sudah membuat sebuah kesalahan besar" "Kesalahan besar?" "Bu Tiat-cui adalah tokoh yang memegang kunci pemecahan misteri ini.
seharusnya kau membiar-kannya hidup, seharusnya kau tidak membunuhnya" "Situasi SUCI c* h sangat mendesak.
Aku tidak bisa menimbang-nimbang terlalu banyak" "Apa maksudmu situasi sudah mendesak?" "Apakah kau tidak melihat pedang yang dipegang oleh Bu Tiat-cui?" "Aku melihatnya" "Dia tiba-tiba membalikkan badan dan berusaha membunuhku.
Apa yang harus aku lakukan?" "Cu Taiya! Apakah Bu Tiat-cui yang menyerangmu pertama kali?" "Betul" "Dia pertama ingin membunuhmu, setelah itu kau berusaha membela diri dan membunuhnya.
Ini membuktikan kalau ilmu silat dan ilmu pisaumu lebih hebat dibanding dirinya.
Kalau anda tidak bermaksud membunuhnya, anda tidak perlu menancapkan pisau itu di tubuhnya.
Lagipula jalan darah pentingnya sudah menempel sebatang jarum besi.
Cu Taiya! Bukankah ini adalah sebuah kesalahan besar?" "Aih...! ini hanyalah sebuah kebetulan...
Thiat- yan....ini sungguh sebuah kesalah pahaman..." "Cu Taiya, aku tidak ingin mendengarkan kata-kata bohongmu lagi.
aku sekarang ingin menanyakan tentang sebuah barang.
Tentang berlian merah darah itu..." "Ini....mana mungkin aku tahu dimana berlian itu berada?" Thiat-yan berkata dengan dingin: "Cu Taiya, kesabaran ku ada batasnya.
Aku harap kau bisa berpikir dengan baik baik..." Wie Kie-hong menarik tangan Tu Liong agar mereka berdua pergi ke ruang tengah.
Wie Kie-hong terlihat sangat emosi ketika mengatakan kata-kata ini.
"Tu toako! Lihatlah...
sebenarnya mengapa bisa terjadi seperti ini?" Tu Liong tampak larut dalam pemikiran.
Dia berkata: "Kie-hong, argumentasi Thiat-yan bukan tidak masuk akal.
Cu Taiya sudah menggunakan jarum besi menusuk jalan darahnya lalu memaksa dia mengatakan semua hal tersebut.
Setelah itu dia membunuh Bu Tiat-cui untuk menutup mulut.
Ini adalah sebuah kemungkinan yang masuk akal." "Tu toako! Tadi Cu Taiya sudah menanyakan begitu banyak pertanyaan, namun ada satu pertanyaan yang tidak ditanyakannya..." "Pertanyaan apa?" "Beberapa hari sebelumnya, didalam kamar Bu Tiat-cui ini juga terdapat mayat seorang pria.
Dia juga mati karena jarum besi yang sama.
Apakah Cu Taiya tahu tentang hal ini" mengapa dia tidak menanyakan tentang hal itu?" "Kie-hong, dari hal ini kau membuat kesimpulan kalau Cu Taiya sedang berbohong?" "MMmm.." "Wie Kie-hong! kalau seperti ini kau belum cukup mengerti Cu Taiya" "Apa maksud kata-katamu?" "Cu Taiya adalah seorang pendekar tua yang terkenal di kalangan dunia persilatan.
Terlebih lagi dia pintar membuat siasat.
Kalau dia memang ingin membuat sebuah alibi, dia tidak mungkin membuat kesalahan....
aku merasa kalau dia sengaja meninggalkan banyak kesalahan seperti ini" "Oh...?" "Ide untuk melukai Tiat Liong-san juga dia yang memikirkannya.
Ini aku sudah yakin.
Tapi dia masih belum mendapatkan hasil yang dia inginkan" "Oh...?" sekali lagi Wie Kie-hong merasa kaget "Juga bisa dikatakan, demi mendapatkan berlian merah darah itu dia sudah membunuh Tiat Liong-san.
Tapi sampai sekarang dia belum mendapat-kan berlian merah darahnya" "Tu toako! Apakah kau hanya menebak hal ini?" "Dengarkan dulu semua kata kataku....Tiat Liong-san juga seorang pendekar kalangan dunia persilatan.
Kali pertama datang ke kota untuk menilai berlian tidak berhasil dilakukannya.
Kali kedua datang ke kota, dia seharusnya waspada terhadap mata-mata yang mengintainya, berlian merah darah itu tidak mungkin disimpan didalam kopor kulit.
Apalagi disimpan dalam gudang sitaan.
Itu adalah tempat umum, semua orang bisa mengambilnya setiap saat." "Mm.." "Wie Kie-hong, apakah kau memperhatikan keadaan disekeliling kita?" Mendadak Wie Kie-hong tampak terkejut, tapi dia tidak melihat apa-apa.
karena itu dia bertanya: "Memangnya ada apa dengan tempat ini?" "Gang San-poa sudah menjadi kuburan massal" "Oh?" Wie Kie-hong merinding.
"Aku menduga, Cu Taiya sudah memper-siapkan sebuah jebakan untuk kita disini.
Membunuh Bu Tiat-cui hanyalah sebuah permulaan" "Menurut Tu Toako siapa yang sekarang memegang berlian merah darah itu?" "Sepertinya ini adalah masalah terakhir dari misteri yang sedang kita pecahkan" "Tu toako...
ini bukanlah tebak-tebakan biasa.
Ini adalah perkara hidup dan mati.
Menurutmu apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang?" "Mencari kesempatan bertindak" "Tu toako! Kalimat ini sangat tidak jelas" "Kau harus melatih kemampuanmu membuat tebakan.
Tiap orang pasti memiliki kesempatan untuk berhasil, dan bisa juga kalah ........baiklah sebaiknya sekarang kita berdua kembali masuk kedalam" Maka kedua orang ini kembali masuk ke dalam kamar samping.
Ternyata Cu Siau-thian dan Thiat-yan masih saling mempertahankan pembelaan masing masing.