Beliau pun merasa tidak nyaman kalau harus menemui tuan di kamar penginapan, karena itu dia meminjam tempat ini untuk bertemu dengan tuan" "Tuan Wie sudah mengundangku datang kemari.
Dia sudah bisa terhitung sebagai setengah tuan rumah.
Tuan rumah belum datang, tamunya sudah sampai duluan.
Ini....?" "Usia Tu Siauya masih sangat kecil.
Anda adalah generasi muda.
Apakah hal ini pun harus dipermasalahkan?" mulut pengawal ini lumayan tajam "Tentu saja aku memang generasi muda, karena itu harus datang lebih pagi.
Tapi aku masih punya urusan lain yang harus ku kerjakan...." Berkata sampai sini, Tu Liong bermaksud segera pergi.
"Aku akan pergi sebentar.
Nanti aku akan kembali lagi" "Tu Siauya jauh-jauh datang kemari, mengapa tidak sabar menunggu sebentar lagi?" "Tidak perlu menunggu lagi.
menunggu sampai besok pun tuan Wie tidak mungkin datang" "Apa arti kata-kata tuan?" "Tuan Wie tidak mungkin datang" Tu Liong berkata tegas.
Dia sungguh merasa dongkol, tanpa memperdulikan mereka berdua, dia terus melangkah keluar.
Kedua pengawal itu tidak tampak mengha-langi jalannya.
Namun setelah sampai keluar, ternyata sudah ada banyak orang yang menunggu.
Sekilas melihat, mereka tampak seperti dinding penghalang.
Tu Liong tidak tahu ada berapa banyak orang yang berbaris rapi dihadapannya.
Tu Liong memiliki tinju sekeras baja.
Dia dapat mengalahkan orang kuat manapun yang datang menantangnya, asalkan orang itu menantangnya satu lawan satu.
Kalau dia harus melawan tembok pengawal seperti ini, dia tidak yakin bisa menang.
Dia tertawa.
Sebuah tawa dingin "Saudara-saudara sekalian, sebenarnya apa yang terjadi" Sudikah kalian memberitahu aku" "Tu Siauya, kami tidak ada maksud lain.
Tuan Wie hanya berharap anda bisa tinggal disini selama beberapa hari" "Beberapa hari" Mengapa kau tidak sekalian mengatakan ingin menahanku disini?" "Ini hanya apa yang dirasakan oleh Tu Siauya, tapi bukan yang dimaksud oleh tuan Wie" "Baiklah.
Aku mungkin bersedia menjadi tamu dan menginap disini selama beberapa hari, tapi aku harus menjumpai dulu tuan Wie sebagai tuan rumah bukan" Tolong kalian panggil tuan Wie untuk bertemu denganku" "Tuan muda tidak perlu terburu-buru.
tuan muda akan menemui tuan Wei besok pagi." "Aku juga bisa menemui dewa kematian besok pagi" langsung muka Tu Liong menjadi muram "Tuan muda, kata-katamu ini sangat tidak enak didengar" Tu Liong tidak berkata apa-apa lagi.
dia kembali membuat sebuah dugaan........semua orang didalam rumah ini sudah meminjam nama besar tuan Wie untuk menjebaknya.
Sebenarnya mereka semua tidak ada hubungannya dengan Wie Ceng.
Sedangkan menghadapi para pengawal bertubuh besar ini, apakah dia memiliki kepercayaan untuk melawan mereka semua sekaligus" Tu Liong segera membuat kesimpulan kalau dia tidak mungkin bisa menang.
Karena itu dia terpaksa kembali masuk dalam ruang tunggu dan duduk bersila didepan meja.
sementara waktu dia hanya bisa cemberut menunggu.
Dinding pengawal bubar.
Dia kembali ditemani dua orang pengawal yang setia menemaninya, sekarang mereka berdua menunggu didalam pintu.
Dalam hatinya Tu Liong berpikir, kalau dia bisa menjatuhkan kedua orang pengawal ini diam diam tanpa mengeluarkan suara, mungkin juga dia bisa meloloskan diri.
Tapi sepertinya peluang melakukan hal ini juga sangat kecil.
Karena kedua orang pengawal ini berdiri saling bersebelahan.
Satu disebelah kiri satu di sebelah kanan.
Mereka tidak berdiri bersama-sama.
Kalau Tu Liong menyerang mendadak, pengawal yang satunya pasti akan segera menolong.
Lagipula saat ini mereka berdua memandangi Tu Liong dengan tajam.
Bagaimana mungkin dia bisa melancarkan serangan dadakan?" "Kapan tuan Wie datang?" Tu Liong mulai mencoba membuat percakapan "Tidak lama" Yang menjawab lagi-lagi pengawal yang sebelumnya sudah berkata padanya.
Sebenarnya jawaban yang diberikan sama sekali tidak menjawab.
Tu Liong merasa tidak bisa berbuat banyak, karena itu dia berusaha santai bercakap cakap.
"Dulu pernah beredar gosip kalau tuan Wie sudah meninggal diluar sana" "Itu hanya gosip tidak beralasan" "Oh..." Tapi ada satu hal yang membuat orang curiga.
Kalau tuan Wie memang masih hidup, mengapa dia tidak menunjukkan batang hidungnya untuk menemuiku?" Pengawal berbadan besar itu tidak menjawab.
Mungkin juga dia tidak menemukan jawaban yang cocok "Aku dan Wie Kie-hong bersahabat baik" "Karena hal itu, tuan Wie memperhatikan Tu Siauya dari jauh." "Oh..." Tuan Wei sudah memperhatikanku dari jauh?" "Mengundang tuan untuk tinggal disini beberapa hari adalah caranya memberikan perhatian pada anda" "Aku tidak mengerti" "Tu Siauya pasti akan mengerti suatu saat nanti" "Mendengar kata-katamu tadi, sepertinya aku akan menginap selama beberapa hari disini.
Apakah kalian sudah menyiapkan kamar tidur untukku?" "Sudah kami persiapkan.
Apakah Tu Siauya sudah merasa letih ?" Tu Liong kembali menggerakkan tubuhnya.
Kakinya sudah kesemutan lagi.
"Berbaring jauh lebih nyaman dibandingkan duduk disini" Pengawal berbadan besar itu berusaha mena-han senyum.
Dia lalu berjalan mendekat "Tu Siauya, silahkan" Tu Liong sudah menyadari kalau didalam ruang tunggu, dia tidak bisa berbuat banyak untuk melarikan diri.
mungkin dengan berganti tempat, dia bisa mendapatkan kesempatan yang lebih baik.
dia lalu pergi mengikuti pengawal berjalan keluar menuju ruang tidur Ketika berjalan diluar, dia menyadari kalaupun dia berhasil kabur dari ruang tunggu, dia tidak mungkin mempunyai kesempatan lari keluar tempat ini.
disekeliling taman di empat penjuru dipenuhi pengawal yang sedang berjaga.
Didepan pintu masuk utama juga ada pengawal yang berjaga.
Tu Liong masuk kedalam ruang tidur.
Ternyata jendela satu-satunya yang ada disana pun sudah dipalang sebuah kayu besar, jendela itu tidak dapat dibuka.
Satu-satunya jalan untuk keluar masuk adalah pintu kamar tidur.
Tu Liong tertawa dingin "Ini bukan kamar tidur tamu" "Siauya sekarang sedang bertamu.
Kamar ini dipersiapkan untuk menjamu Siauya.
Mungkin kurang pantas bagi tuan.
Mohon maaf" "Ini bukan kamar tidur, ini sebuah penjara!" "Harap Siauya jangan menyimpan pemikiran seperti ini.
kalau tuan menyimpan pemikiran seperti ini, tuan akan menyakiti perasaan tuan rumah" "Siapa tuan rumahnya?" "Tuan Wie" "Rasanya bukan Tuan Wie" "Kalau begitu siapa tuan rumah yang tuan muda pikirkan?" "Tidak masalah siapapun orangnya, dia tetap harus memperlihatkan diri.
kalau tidak aku tidak akan tinggal disini dengan tenang" Pengawal itu berkata dengan dingin: "Sebaiknya Tu Siauya mencobanya" Setelah berkata seperti itu, para pengawal meninggalkannya sendirian.
Tu Liong menyadari kalau dia sudah bertindak gegabah.
Pemikiran apapun untuk sementara waktu bisa disimpannya didalam hati.
mengapa dia harus mengatakannya" Dia berbaring diatas ranjang.
Dia berusaha menenangkan hatinya, hati yang tidak tenang tidak akan bisa membuat keimpulan yang baik dalam situasi apapun.
Pastilah akan membuat kesalahan.
Sekarang ini, Tu Liong tidak bisa mengambil resiko membuat kesalahan.
Pertama-tama dia bisa memastikan kalau orang yang ingin menemuinya bukanlah Wie Ceng.
Mengapa dia berani memastikan hal ini" ada dua alasan: kalau Wie Ceng adalah pembunuh yang dikekang oleh Leng Souw-hiang, sekarang ini dia bisa berkeliaran dengan bebas diluar.
Dia adalah ayah sahabatnya, tidak mungkin mencelakainya atau membuatnya susah seperti ini.
Kalau Wie Ceng sedang dibawah tekanan Cu Taiya, dia semakin tidak punya kekuasan apapun.
Walaupun memang Wie Ceng yang sudah mengundangnya kemari, itu juga pasti dibawah perintah Cu Taiya.
Ini pun tidak mungkin.
Karena itu dia berpikir kesana-kemari.
Orang yang paling mungkin menahannya di tempat seperti ini adalah Cu Siauthian.
Kalau memang begitu apa tujuan utama Cu Siau-thian menahannya ditempat seperti ini" Apakah dia sudah mempersulit gerak gerik Cu Siau-thian" Selama ini dia hanya melakukan satu hal.
Membantu Wie Kie-hong mencari Wie Ceng.
Hanya itu saja.
Kalau begitu apakah tujuan Cu Siau-thian menyekapnya disini karena takut dia berhasil membongkar identitas Wie Ceng" Semakin berpikir, Tu Liong merasa semakin yakin.
Menggunakan nama Wie Ceng untuk menjebaknya disini adalah taktik kuno yang disebut "disini tidak ada uang tiga ratus tail emas"' 1 Disini tidak ada uang tiga ratus tail emas: alkisah ada seseorang yang ingin menyembunyikan uang emas sebanyak tiga ratus tael miliknya.
Dia menggali sebuah lubang di tempat rahasia dan mengubur semua emasnya disana.
Setelah selesai ditimbun kembali, dia khawatir lupa tempat menguburnya, sehingga dia memasang tanda.
Karena takut dicurigai orang, pada tanda dia menulis kata kata : "Disini tidak ada uang sebanyak tiga ratus tael" Sekarang Tu Liong bisa memutuskan kalau sebenarnya kejadian yang sedang terjadi adalah seperti itu.
apakah dia masih perlu membuktikannya lebih lanjut lagi" Tu Liong segera terpikirkan bermacam-macam cara untuk membuk tikan perkiraannya.
Hanya saja dia juga sedikit ragu ragu.
Kalau dugaan dia tepat, rasa kesal Cu Siau-thian pasti akan berubah menjadi kemarahan.
Bukankah ini namanya mendapatkan masalah besar" Berpikir sampai disini, dia membuat sebuah keputusan.
Dia harus secepatnya pergi dari tempat ini.
Ini hanyalah sebuah pemikiran.
Pelaksana-annya pastilah sangat sulit.
Dia berbaring diatas ranjang.
Sambil berbaring dia dapat melihat atap kamar dengan jelas, sepertinya itu adalah jalan keluar satu-satunya.
Tapi kalau dia bisa berpikir seperti itu, orang lain pun pasti sudah berpikir kesana.
Penjagaan diatas genting pasti sama ketatnya dengan penjagaan dibawah.
Sepertinya Tu Liong sudah kehabisan akal.
Tiba-tiba dia merasa haus.
Sepertinya tadi dia sudah banyak bicara, dan selama ini hanya disuguhkan secangkir teh yang bahkan tidak diminumnya.
Dia segera turun ranjang dan berjalan keluar.
Setelah membuka pintu, dua orang pengawal segera menghampirinya.
Dia bertanya dengan sangat sopan "adda yang bisa kamibantu?" "Teh!" Tu Liong masih merasa dongkol.
Dia menjawab pertanyaannya dengan kasar.
Pengawal itu masih sopan padanya "Teh nya segera datang" Sepoci teh panas kembali disuguhkan dengan sangat cepat.
Orang yang membawa teh ini adalah pria tua berumur lima puluh tahun lebih yang tadi sudah menuangkan teh padanya.
"Teh apa ini?" Sebenarnya Tu Liong tidak ada tema khusus untuk dibicarakan, tapi dia mencoba membuka percakapan.
"TehKoan-in" "Aku hanya minum teh Liong-kim" "Kalau begitu aku akan segera mempersiapkan sepoci teh yang baru" Mendadak Tu Liong menurunkan nada suara-nya.
Setengah berbisik dia berkata, "Apakah kau ingin mendapatkan seratus uang orang asing?" Pria tua ini memandangnya dengan tatapan curiga.
"Kau tidak usah terburu-buru untuk menjawab.
Kau boleh berpikir dengan baik.
kau masih sempat menjawab ketika kau mengantarkan teh nanti" Pria tua ini lalu membawa poci tehnya pergi.
Tu Liong menaruh harapan besar padanya.
Para pengawal diluar sepertinya tidak mengetahui kalau dia sudah bekerja sama dengan pria penuang teh.