"Mengapa terjadi seperti ini?" kata kata Cu Siau-thian diucapkan seperti terhadap orang yang belum pernah dikenalnya.
"Kami sedang menyelesaikan urusan balas budi" Tu Liong menjawab dingin "Ini bukan cara yang benar untuk menyelesaikan sebuah masalah.
Di tengah siang bolong seperti ini, mana boleh kau menyiksa seseorang sampai mengaku?" tampaknya pendirian Cu Siau-thian sudah mulai kelihatan.
"Jangan mendekat" Tu Liong juga tidak berbasa-basi.
Bukan dia tidak menghargai balas budi, hanya saja dia sudah bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, baik dan buruk secara jelas.
"Apakah aku tidak berhak menjadi orang penengah kalian?" "Tidak boleh" Tu Liong langsung menjawab.
"Kalau tidak boleh, berarti aku sudah sia-sia berlari sampai ke Sie-san ini" Dari kata-kata Cu Siau-thian sudah jelas terlihat kalau dia datang kemari bukan hanya kebetulan saja.
Dia pasti sudah mendapat kabar bahwa Boh Tan-ping digiring kemari.
"Cu Taiya!" Wie Kie-hong tidak ingin Tu Liong merasa serba salah, karena itu dia maju untuk menyelesaikan masalah, "urusan ini tidak ada jalan keluarnya" "Di dunia ini tidak ada masalah yang tidak memiliki jalan keluar.
Asalkan kau bisa membedakan yang mana yang benar dan yang mana yang salah, yang mana yang baik dan yang mana yang buruk, ini sudah cukup" "Sayang sekali selain urusan baik dan buruk, benar dan salah, masih ada lagi urusan untung dan rugi.
Kalau memiliki pendirian untung dan rugi, keputusan yang dibuat seringkah tidak dapat diandalkan, tidak dapat dipercaya" Tu Liong tampak kaget mendengar pernyataan Wie Kiehong.
Dia tidak menyangka anak muda ini bisa mengatakan sesuatu yang sangat tegas seperti ini.
Raut wajah Cu Siau-thian sedikit berubah.
Dia berkata dengan nada rendah: "Apakah kau pikir aku memiliki hubungan untung dan rugi dengannya?" "Mungkin ada" "Kau menggunakan kata 'mungkin' menunjukkan kalau kau pun tidak yakin" "Aku menggunakan kata 'mungkin' agar Cu Taiya tinggal ditempat..
Harap Cu Taiya jangan mendekat!" "Baiklah! aku tidak lagi menjadi orang penengah masalah." Pada akhirnya Cu Siau-thian tampak mengalah, "kalau begitu aku jadi pihak ketiga yang menonton saja, boleh kan?" Wie Kie-hong memandang ke arah Tu Liong sepertinya dia ingin meminta persetujuan Tu Liong terhadap usulan ini, namun tampaknya Tu Liong tidak menunjukkan apa-apa.
Sepertinya dia menganggap Wie Kie-hong sudah bisa membuat keputusan menghadapi masalah apapun, terlebih lagi tadi dia sudah menyerahkan Boh Tan-ping ke dalam tangan Wie Kie-hong.
Cu Siau-thian berkata lagi: "Ini adalah tempat umum yang dapat dikunjungi siapapun, disisi kalian bisa melakukan apapun yang kalian inginkan, tidak ada larangan bagi siapapun untuk melakukan apa yang mereka inginkan, apakah aku juga tidak bisa melakukan keinginanku untuk menonton kalian?" Pada awalnya Wie Kie-hong kekurangan rasa keberanian, sekarang sebaliknya dia di selimuti semangat.
Dia tidak menghiraukan Cu Siau-thian, dia membalikkan tubuh menghadap Boh Tan-ping, dan berkata dengan dingin padanya, "Kau tadi sudah mendengar apa yang Tu toako katakan, karena itu aku tidak perlu mengulanginya lagi...
....jawablah, dimanakah ayahku?" Boh Tan-ping tidak menjawab.
Tapi tatapan matanya beralih pada Cu Siau-thian.
Sangat jelas terlihat kalau tatapan mata ini adalah tatapan minta tolong.
Cu Siau-thian ternyata memang merespon terhadap tatapan itu dan berkata: "Wie Kie-hong! kau sudah bertanya pada orang yang salah.
Kalau kau ingin bertanya tentang keberadaan ayahmu saat ini, kau seharusnya pergi bertanya pada ayah angkatmu Leng Souw-hiang barulah tepat." "Cu Taiya!" Wie Kie-hong berkata dengan dingin, "aku tadi sudah mengatakan padamu, kata katamu ini tidak akan mendapat kepercayaan dariku." "Bagaimana kalau aku sendiri yang pergi membawamu bertanya pada Leng Souw-hiang?" "Tidak perlu" "Kalau kau memang ingin membuang-buang waktu, silahkan terus bertanya" Ternyata sikap Cu Siau-thian terlihat sedikit melunak Secara tidak disadari, Cu Siau-thian sudah diam-diam memberikan petunjuk pada Boh Tan-ping.
"Kie-hong! kau sia-sia bertanya padaku.
Kalau kau membunuhku, kau pun membunuh tanpa mendapat hasil yang sepadan" Boh Tan-ping mengatakan hal yang sejalan dengan apa yang sudah Cu Siau-thian ucapkan.
"Aku sama sekali tidak tahu tentang keberadaan ayahmu sekarang.
Kalau kau ingin bertanya, sebaiknya kau bertanya pada Leng Taiya saja." Wie Kie-hong tidak banyak membuat pertim bangan lagi, dia segera mengangkat tangan untuk menghujamkan pisau ke arah dada Boh Tan-ping.
Gerakannya lumayan cepat, tapi gerakan Cu Siau-thian lebih cepat dari padanya.
Terdengar suara "PLAAAKKK" pergelangan tangan Wie Kie-hong sudah dipegangnya dengan erat "Hari ini masih terang, bagaimana mungkin kau berniat melakukan sesuatu yang biadab?" Cu Siau-thian memarahinya dengan suara yang keras Wie Kie-hong mencoba menarik tangannya dari cengkraman Cu Siau-thian, tapi setelah beberapa saat dia menyadari kalau dia tidak bisa melakukannya.
Tu Liong segera mendekat, dia berkata dengan sangat hormat: "Cu Taiya! aku sudah berhutang budi sangat banyak pada anda karena anda sudah memelihara sampai aku bisa mendapatkan hari ini." Setelah berkata seperti ini, dia mendadak berlutut dihadapan Cu Siau-thian, setelah itu dia menempelkan kepalanya ditanah sebanyak tiga kali.
Cu Siau-thian tertegun melihat kelakuannya.
Sepertinya dia tidak mengerti apa yang dilakukan Tu Liong.
Setelah selesai berterimakasih, Tu Liong berdiri.
Sepertinya hampir pada waktu yang bersamaan, kaki kanannya ditendangkan ke arah Cu Siau-thian.
Ternyata pertama-tama Tu Liong berterima kasih atas semua budi yang sudah Cu Siau-thian berikan untuknya, setelah itu dia bertindak.
Pertama-tama karena hal ini terjadi diluar dugaan, kedua karena tangan kanannya sedang memegang erat tangan Wie Kie-hong, gerak-gerik Cu Siau-thian jadi sangat terbatas.
Tendangan Tu Liong kali ini mengenai bahu kanannya dengan telak Dengan otomatis genggaman tangan kanan Cu Siau-thian menjadi longgar.
Wie Kie-hong segera mengambil kesempatan untuk melepaskan diri.
Cu Siau-thian tertawa dingin dan berkata: "Orang tidak mungkin melukai hati seekor macan, namun seekor macan selalu bermaksud melukai orang, aku sungguh tidak menyangka" Ternyata Tu Liong tetap menjawab Cu Siau-thian dengan penuh rasa hormat "Cu Taiya! aku tidak berani melawan dirimu.
Tapi kalau situasi sudah tidak mengijinkan, aku terpaksa melakukannya" "Apakah kalian pikir kalian berdua melawan aku sendiri kalian akan menang?" Wie Kie-hong berkata dengan tegas: "Kenyataan selalu lebih menang melawan peringatan yang keras.
Kebaikan selalu menang melawan kejahatan.
Ini adalah sebuah aturan yang selamanya pun tidak akan pernah berubah." Mendadak Cu Siau-thian tertawa keras.
Ditengah tengah tawanya, dia mendadak mencabut sebuah pedang, dan segera menyabetkannya ke arah tali yang mengikat tangan Boh Tanping.
Pedang yang digunakannya adalah pedang pendek yang sangat tajam.
Namun tebasan pedang ini sangat akurat.
Cu Siau-thian bahkan tidak memotong sehelai bulu pun dari tangan Boh Tan-ping.
kemahiran menggunakan pedang seperti ini sungguh membuat kagum siapapun yang melihat.
Sekarang situasi kembali berubah.
Sekarang mereka jadi satu lawan satu.
Kalau menimbang dari kemahiran ilmu silat yang dimiliki Cu Siau-thian dan Boh Tan-ping, jelas tampak kalau Tu Liong dan Wie Kie-hong pasti akan kalah.
Tapi setelah melepaskan Boh Tan-ping, Cu Siau-thian tampaknya menunjukkan sifat aslinya.
Kalau Tu Liong dan Wie Kie-hong tidak bisa pergi keluar dari hutan ini hidup-hidup, apa gunanya Cu Siau-thian berlaku seperti ini bagi mereka" "Tan-ping!" Dari panggilan Cu Siau-thian pada Boh Tan-ping sudah jelas hubungan diantara mereka berdua.
"Ya!" Boh Tan-ping menjawab dengan sangat hormat "Aku ingat saat itu di kalangan dunia persilatan, kemampuanmu menggunakan pedang pendek sangat mahir sampai tidak ada orang yang dapat menandingimu." Kata-kata Cu Siau-thian diucapkan dengan ringan.
Dia terdengar seperti sedang mengobrol santai dengannya.
"Memang benar" "Hari ini kita memiliki kesempatan untuk melihat kemampuanmu yang sebenarnya.
Perlihat-kanlah padaku" Cu Siau-thian lalu melemparkan pedang yang ada di tangannya pada Boh Tan-ping.
Cu Siau-thian lalu berjalan kepinggir.
Dia seperti merasa Boh Tan-ping sendiri saja sudah cukup untuk merobohkan kedua anak muda itu.
dia sendiri tidak perlu ikut campur turun tangan untuk bertarung.
Dia memiliki rasa percaya diri, dari cara Boh Tan-ping menerima pedang yang dilemparkan dapat dilihat dia juga memiliki rasa percaya diri yang sama.
Tu Liong dan Wie Kie-hong juga percaya kalau Cu Siauthian tidak melebih-lebihkan.
Karena ini, Wie Kie-hong menggunakan kesempatan ini untuk bertindak terlebih dahulu, sebelum Boh Tan-ping mulai melancarkan serangannya.
Wie Kie-hong melesat seperti panah yang terlepas dari busurnya.
Dia segera mengarahkan pisau kecil yang dipegangnya ke arah leher Cu Siau-thian.
Cu Siau-thian tidak menyangka, bahkan Tu Liong sendiri pun tidak menyangka.
Cu Siau-thian tidak memegang senjata.
Dia pun tidak sempat menggunakan pukulan tangan kosong-nya untuk membalas serangan.
Dia hanya bisa melangkah kepinggir untuk menghindar.
Gerakan Wie Kie-hong yang gesit dengan pisau yang tajam terus memburu Cu Siau-thian Boh Tan-ping terpaksa menolong Cu Siau-thian untuk melepaskan diri dari bahaya.
Namun baru saja dia hendak bergerak, Tu Liong sudah menghalangi jalannya.
Pada akhirnya tetap saja semua orang yang terlibat pertarungan satu lawan satu.
Yang berbeda adalah pada mulanya Tu Liong dan Wie Kiehong berada di bawah angin.
Namun karena Wie Kie-hong pertama turun tangan menyerang, sekarang keadaan berbalik.
Kedua pemuda ini sekarang mendapat kesempatan besar untuk menang.
Dalam situasi ini, taktik menyerang yang lebih kuat terbukti sangat efektif.
Pada kondisi normal, Cu Siau-thian mampu menghindar serangan dengan gesit.
Gerakannya secepat kilat yang menyambar.
Hanya saja karena sekarang dia sedang berada ditengah hutan yang lebat, ketika sedang mundur menghindar serangan, dia kesulitan melihat apakah ada batang pohon yang menghalangi jalannya.
Setiap saat pisau yang tajam bisa saja menembus lehernya.
Wie Kie-hong terus memburu Cu Siau-thian.
Tu Liong dan Boh Tan-ping kembali berdiri berhadaphadapan.
Kejadian pertarungan besar yang dialaminya didalam gang sempit kembali diputar ulang dalam benaknya.
"Kita bertarung lagi" kata Tu Liong perlahan-lahan.
"MMmm...." Boh Tan-ping terus menatap tajam ke arah Tu Liong.
Kedua orang ini berdiri saling berhadapan.
Senjata mereka berdua sudah terhunus keluar di sisi tubuh masing-masing.
Angin hutan semilir berhembus menerbangkan daundaunan.
Tu Liong mengangkat tangan kanannya bermaksud untuk menantang Boh Tan-ping untuk menyerangnya terlebih dahulu.
Boh Tan-ping tampak sedikit emosi.
"HIAAAATT!!" Teriakan Boh Tan-ping telah membuka pertarungan kali ini.
Dia segera berlari mendekat Tu Liong.
Kedua tangannya memegang pedang dengan erat Setelah cukup dekat, Boh Tan-ping segera menebaskan pedangnya ke arah kepala Tu Liong.
Tu Liong segera membungkuk menghindari serangan.
Berbarengan dengan itu dia meluncur kedepan ke arah Boh Tan-ping dan menyabetkan pedangnya secara vertikal dari bawah ke atas.
Boh Tan-ping segera memutar tubuhnya, nyaris tidak berhasil berkelit dari sabetan pedang Tu Liong.
Tu Liong yang berada sangat dekat dengan Boh Tan-ping.
dia bahkan bisa merasakan hangat nafas yang menghembus pipinya.
Namun yang dia rasakan tidak hanya nafasnya.
Boh Tan-ping sudah mengulurkan tangannya dan segera menggenggam erat baju yang dikenakannya.
Tu Liong kembali mengunjukan kemampu-annya menggunakan pukulannya.
Dia segera menghentakkan kaki kanannya dengan keras, dan telapak tangan kanannya segera menghantam dada Boh Tan-ping sama kerasnya.
Boh Tan-ping terhuyung huyung kebelakang.
Tu Liong segera mengejarnya kembali.
Dia segera menyabetkan pedangnya ke arah kepala Boh Tan-ping.
Boh Tan-ping segera menunduk menghindari serangan Tu Liong hanya berhasil menyabet batang pohon, bukan batang leher Boh Tan-ping.