Walet Besi Chapter 44

NIC

Cu Taiya tidak mungkin takut pada ayahmu" "Padahal kau belum tahu seperti apa ilmu silat yang dimiliki ayahku" "Sekarang ini memang aku tidak tahu.

Tapi Cu Taiya pernah berbicara dengan ku sebelumnya, bahwa sebenarnya dia tidak takut pada siapapun" "Kalau memang dia tidak takut pada siapapun, dia tidak perlu menutup-nutupi kebenaran seperti ini.

ketika tadi Thiatyan datang padanya untuk bertanya, melihat gelagatnya sepertinya dia tampak sangat gugup" "Itu mungkin ekspresi yang sudah dibuat-buat.

Lagipula isi kopor kulit itu tidak mungkin hanya mutiara berharga saja.

Rahasia ini tidak mungkin sesederhana itu" "Tu toako, kau berkata seperti ini, apakah kau mempunyai bukti?" "Menilai dari kedudukan Leng Taiya, jabatan dan harta kekayaannya sangat berlimpah limpah.

Apalagi pada waktu itu dia masih berjaya.

Dia tidak mungkin menganggap mutiara yang hanya bernilai sepuluh ribu mata uang orang luar negeri itu sebagai sesuatu yang sungguh berharga.

Kalau dibandingkan dengan resiko bekerja sama dengan seorang pengem-bara dari dunia persilatan seperti Cu Siau-thian, apakah tindakannya sepadan?" "Benar juga! ini masuk akal !" Wie Kie-hong menyetujui argumentasinya.

"Masalah ini sebaiknya kita lihat dari sudut pandang yang lain" "Katakanlah" "Seharusnya kita menanyakan semua hal ini dari sisi Boh Tan-ping" "Maksudmu adalah..." "Kita harus mencari cara untuk memaksanya mengatakan hal yang sebenarnya" Wie Kie-hong tentu mengerti arti yang terkandung didalam kata 'memaksa' ini.

Dia terdiam sangat lama, setelah itu dia bertanya, "Apakah kita memiliki kemampuan untuk melakukannya?" "Kalau satu lawan satu, kita berdua pasti tidak mungkin bisa menang.

Tapi kalau satu lawan dua, kita berdua masih mungkin lebih unggul melawannya" "Kalau begitu apa kita ada kesempatan?" "Seharusnya ada.

Ayo kita pergi....kita coba buktikan sendiri" "Tu toako !" Wie Kie-hong berkata dengan sangat serius, "sebelumnya kau harus mempertim-bangkan, apakah Boh Tan-ping tahu kejadian yang sesungguhnya?" "Seharusnya dia tahu" "Ayo kita pergi.

Setidaknya kita sudah mencoba" Tu Liong segera menyuruh kusir kereta agar mengarahkan laju kereta ke gang San-poa.

Ditengah perjalanan, kedua orang ini kembali merundingkan dengan lebih teliti tentang apa yang akan mereka lakukan nanti.

Kereta kuda berhenti tepat didepan gang San-poa.

Kedua orang ini turun dari kereta, dan segera berjalan masuk kedalam gang.

Sepertinya karena mereka terlalu memikirkan tentang Boh Tan-ping, mereka segera melupakan tentang Bu Tiat-cui.

Seharusnya dia juga orang yang memegang peranan penting.

Tapi dibalik pintu rumahnya yang tertutup rapat, Bu Tiatcui diam-diam memperhatikan gerak-gerik kedua orang ini.

Tu Liong berjalan didepan, Wie Kie-hong membuntutinya dari belakang.mereka berjalan sampai didepan kediaman Thiat-yan.

Tu Liong mengetuk-ngetuk pintu.

"Siapa?" Orang yang menjawab ketukan pintu adalah seorang pelayan yang sudah tua.

"Kami datang kemari untuk menjumpai Thiat-yan" jawab Tu Liong.

"Nona Thiat-yan tidak ditempat" "kalau begitu apakah kami berdua bisa menemui Boh Taiya?"" Memanggil Boh Tan-ping sebagai Boh Taiya, sebenarnya rasanya sangat kelewatan.

Hanya saja Tu Liong tidak tahu bagaimana cara memanggilnya dengan hormat "Kalian ingin menemui Boh Taiya" Kalau begitu tolong tunggu disini" Setelah beberapa lama, Boh Tan-ping keluar.

Dengan dingin dia berkata: "Untuk apa kalian datang menemuiku" Apakah kalian ingin mencari gara-gara?" Tu Liong menunjukkan sikap bermusuhan.

Setelah Boh Tan-ping keluar pintu, Tu Liong langsung mengulurkan tangannya untuk menyerang.

Sekali menyerang dia sudah melancarkan jurus mematikan, kalau jurus ini mengena, kalau tidak mati pasti cacat Boh Tan-ping sama sekali tidak menduga sekali bertemu dia harus langsung melawan mereka berdua.

Ketika dia menyadari gelagat ini, selain menghindari serangan, sepertinya tidak ada cara lain untuk menyelamatkan diri.

Dia menghindari serangan dengan sangat anggun, bagaikan kupu-kupu yang meloncat dari bunga ke bunga.

Namun sekali lagi dia tidak menyangka kalau Wie Kie-hong sudah bersiap-siap untuk mencegatnya.

Sebentar saja sebuah pisau kecil yang tajam sudah menempel di punggungnya.

Raut wajah Boh Tan-ping langsung berubah.

"Boh Tan-ping !" Wie Kie-hong berkata dengan dingin, "Harap kau jawab dengan jujur" "Aku sudah cukup jujur dengan kalian!" "Kalau kau memang orang jujur, kau seharusnya berkata jujur." Tu Liong berdiri dihadapan Boh Tan-ping.

Mukanya tampak sangat garang.

"Apa yang kalian ingin aku katakan?" "Pada waktu itu Tiat Liong-san mendapat celaka, dia membawa sebuah kopor kulit berwarna kuning.

Barang apa yang ada didalam kopor itu?" "Aku tidak tahu" Boh Tan-ping berkata dengan cepat.

"Apakah kau sungguh tidak tahu?" Tu Liong tertawa dingin.

Luka sayat pedang gigi gergaji belum sembuh benar, namun api balas dendam sudah berkobar dengan hebat didalam hatinya: "Ataukah kau tahu tapi tidak mau mengatakannya?" "Aku tidak tahu" Boh Tan-ping tetap mengatakan hal yang sama.

"Seharusnya kau tahu.

Kau adalah adik dari Tiat Liong-san.

Dia sudah mati, kau pun merawat putrinya sendirian.

Semua hal yang berhubungan dengan Tiat Liong-san, kau pasti mengetahui semuanya dengan jelas" "Walaupun aku tahu, aku tidak akan memberitahukannya?" "Ternyata seperti ini...." Tu Liong mendadak berteriak dengan suara keras: "Wie Kie-hong! dengarlah dengan jelas! aku sekarang ingin bertanya tiga buah pertanyaan pada Boh Taiya.

Aku berharap dia bisa menjawab denganbaik.

kalau dia tidak menjawab pertanyaan yang kuajukan, kau tusukkan pisau kecilmu itu sepuluh sentimeter kedalam.

Kalau pisau itu menancap sampai tiga puluh sentimeter, seharusnya pisau itu sudah bisa mencapai jantungnya." "Tu toako! Akut pasti akan melakukan sesuai dengan apa yang kau suruh" Kedua orang ini sudah berimprovisasi dengan baik.

sepertinya kompromi yang sudah dibahas di dalam kereta berjalan dengan mulus.

Sekarang raut muka Boh Tan-ping berubah lagi.

kekerasan hatinya pun berubah.

"Kalian berdua tidak perlu berlaku seperti ini.

kalau ada masalah apakah tidak bisa dibicarakan secara baik-baik?" "Dari awal aku sudah berharap membicarakan tentang hal ini secara baik-baik denganmu.

Selama ini kaulah yang tidak pernah bekerja sama! sekarang aku akan mulai mengajukan pertanyaan pertama....ada seseorang yang bernama Wie Ceng.

Sejauh pengetahuanmu, dimana dia berada sekarang?" "Dia berada didalam kota" Boh Tan-ping menjawab dengan sangat cepat.

"Aku ingin mendengar jawaban yang lebih mendetail mengenai tempatnya" "Kalau tentang itu aku juga tidak tahu secara pasti" "Baiklah, pertanyaan pertama sudah kau jawab dengan baik....sekarang pertanyaan nomor dua....

ketika kita bertemu di gang sempit, kau sudah mengeluarkan pedang dan bertarung denganku.

Siapa yang sudah menyuruhmu?" Boh Tan-ping tampak menimbang-nimbang sebelum menjawab pertanyaan.

Tu Liong berteriak keras: "Tusuk dia!" "Tunggu Y' Boh Tan-ping juga segera berteriak keras "Kenapa" Apakah kau masih berpikir membelokan jawabanmu?" "Apakah kalian akan mempercayai kata kataku?" "Benar tidaknya aku akan mempertimbangkannya" "Baiklah" Sepertinya Boh Tan-ping sudah mengum-pulkan semua keberaniannya.

"Kau dengarlah dengan baik.

orang yang sudah menyuruhku untuk menyerangmu adalah Cu Siau-thian" Tu Liong merasa seperti seseorang sudah memukul kepalanya dengan benda yang sangat keras.

Dia mundur beberapa langkah kebelakang.

Dia terus memandang Boh Tan-ping.

Wie Kie-hong juga merasa sangat terkejut.

Saat ini, dia pun tidak berani bernafas terlalu keras.

Boh Tan-ping melihat raut muka Tu Liong seperti ini, dia segera bertanya, "Tu Liong, kau tidak percaya padaku kan?" "Tuan Boh, sebenarnya aku masih memiliki pertanyaan berkenaan dengan kopor kulit yang kita bahas tadi" Raut wajah Tu Liong sangat tidak enak dilihat.

Namun katakatanya masih terdengar sangat tenang.

"Sekarang aku ingin tahu tentang sebuah hal yang lain.

Karena itu aku terpaksa mengesampingkan pertanyaan yang berkaitan dengan kopor kulit....Cu Taiya sudah menyuruhmu untuk turun tangan menyerangku, apakah dia menyuruhmu untuk langsung membunuhku, ataukah dia hanya ingin memberiku sebuah pelajaran yang tidak terlupakan?" "Dia berharap untuk membuatmu berbaring diranjang dan merawat luka setidaknya selama satu dua bulan, dan tidak bisa turun ranjang pergi kemana-mana." "Baiklah, tuan Boh, ketiga pertanyaan ini sudah kau jawab dengan baik.

hanya saja masalah yang berkaitan dengan Cu Taiya, kau harus mengatakan semuanya sekali lagi dihadapannya.

Ayo kita pergi ........kita selidiki kebenarannya" "Tu toako, apakah kita akan pergi seperti ini?" Pertanyaan ini membuat Tu Liong menge-rutkan keningnya sampai kedua alisnya menempel.

Boh Tan-ping adalah seorang manusia yang masih hidup.

Walaupun sudah diikat dan ditarik pergi, ini hanya bisa dilakukan kalau dia bersedia untuk ikut pergi.

Selain itu dia pasti akan mencari cara untuk memberontak dan melarikan diri.

Orang seperti ini tidak bisa dianggap remeh.

"Tuan Boh" Tu Liong bertanya dengan dingin "Apakah kau bersedia untuk membuktikan kata-katamu?" "Bagaimana kalau kita pergi kesana?" ternyata Boh Tanping pun menanyakan hal yang sama "Apakah kau ingin pergi?" "Turunkan pisaumu, aku akan bersedia pergi dengan kalian" "Kau sendiri yang mengatakannya." "Iya" "Baiklah.

Wie Kie-hong, turunkan pisaumu" "Tu toako" Kata-kata Tu Liong tadi tidak hanya sebuah perintah, tapi adalah sebuah perintah yang harus dilaksanakan.

Wie Kiehong segera menyimpan pisaunya.

Boh Tan-ping menghirup nafas dalam dalam.

Sekarang dia pasti sedang memikirkan sebuah masalah....Tu Liong jelas sekali tahu kalau dia adalah orang yang sangat berbahaya, mengapa dia mengambil resiko" Tu Liong membalikkan tubuh dan mulai berjalan pergi.

Pada waktu yang sama dia berkata: "Harap tuan Boh ikut dengan kami" Boh Tan-ping tampak menimbang-nimbang sesaat, setelah itu dia ikut pergi.

Tu Liong berjalan paling depan, Boh Tan-ping berada ditengah.

Wie Kie-hong mengekor dipaling belakang.

Kalau Boh Tan-ping bermaksud macam-macam, ini adalah kesempatan yang paling bagus.

Sekarang masalahnya adalah apakah dia berani melakukannya.

Pada saat ini dia tampak menaruh hormat pada Tu Liong.

Mereka berjalan sampai ke mulut gang, lalu menghentikan sebuah kereta kuda, ketiga orang ini segera masuk kedalamnya dan segera duduk.

Posting Komentar