Dibelakang dirinya sudah berdiri empat orang pengawal.
Semua berbadan besar dan tinggi tegap.
Sepertinya mereka semua bisu, dan juga tuli.
Namun mereka semua menatap majikannya, sepertinya sedang menunggu perintah.
"Wie Kie-hong !" Cu Siau-thian berdiri.
Dia berkata dengan dingin, "kau terlalu muda, kau sangat mudah diperdaya oleh orang lain.
Cepat katakan padaku, siapa yang sudah memberitahumu semua itu.
cepat katakan" "Tidak perlu dikatakan.
Orangnya sudah mati" "Sudah mati?" "Untuk apa membesar-besarkan masalah " orang ini sudah dibunuh olehmu.
Mana mungkin kau tidak mengetahuinya?" "Kie-hong ! aku sudah sangat berbaik hati padamu.
Kalau kau terus berlaku tidak sopan pada generasi tua, aku harus mendidikmu" "Tidak perlu berkata seperti ini.
aku datang seperti ini, dan lalu berkata dengan sikap yang seperti ini padamu, sudah tidak ada lagi hubungannya dan rasa hormat pada generasi leluhur ataupun generasi muda.
Cu Taiya! tolong beri tahu padaku.
Dimana ayahku berada" "Aku tidak tahu" "Kata-katamu tidak akan bisa mengusirku dengan mudah." "Sebenarnya apa yang kau inginkan?" "Aku ingin mencari ayahku" "Ayahmu sedang berada di Pakhia.
Ayahmu masih hidup.
Ini aku tahu, tapi aku sama sekali tidak tahu dia ada dimana, dia tidak pernah meng-hubungiku" "Mengenai masalah ayahku, apakah kau tidak pernah mendengar kabarnya sama sekali?" "Aku sudah mendengar sangat banyak" "Boleh aku tahu" "Aku belum bisa memberitahu" Cu Taiya menggelenggelengkan kepala, "karena kau sudah menilai diriku dengan sebuah pandangan buruk.
Kalau kau mempunyai pandangan buruk, walaupun aku sudah mengatakan yang sebenarnya, kau belum tentu percaya padaku." "Cu Taiya, aku bisa membedakan mana yang benar mana yang salah.
Mana omongan yang jujur mana yang bohong.
Aku pasti akan mendengarkan semuanya" "Ayahmu adalah seorang pembunuh yang sangat terkenal di Pakhia" "Pembunuh?" Wie Kie-hong sangat terkejut.
"Kalau tidak percaya kau boleh bertanya- tanya.
Lagipula semua orang di Pakhia sudah mengetahui masalah ini" "Jangan-jangan ayahku sudah mengandalkan hidupnya dengan membunuh orang lain." "Dia tidak menggantungkan hidupnya dengan membunuh orang lain, tapi membunuh demi membalas budi.
Dia tidak membunuh demi uang, tapi membunuh demi Leng Souwhiang" Semua cerita yang disampaikan oleh Cu Siau-thian memang sejalan dengan apa yang sudah didengar nya selama ini.
hanya saja ada kemungkinan berita yang didengarnya selama ini juga disebarkan oleh Cu Siau-thian.
Sekarang dia mengatakan hal ini, tentu saja membuat dia bertambah ragu.
"Aku tahu kamu tidak mungkin percaya" "Cu Taiya, kamu mengatakan semua ini, apakah semuanya hanya omong kosong saja" Ataukah kamu punya bukti?" "Tentu saja aku punya bukti" "Kalau begitu coba ceritakan" "Hui Ci-hong adalah salah satu korban yang sudah dibunuh ayahmu" "Bohong!" "Aku sama sekali tidak bohong.
Baru saja dia membunuh satu orang lagi" "Siapa" "Hiong-ki" Wie Kie-hong pertama-tama termenung.
Setelah ihi dia tertawa keras.
"Apa yang kau tertawakan?" "Aku sedang menertawakan dirimu.
Kau sungguh sangat licik.
Jelas sekali Hiong-ki sudah dibunuh olehmu, lalu kau mengatakan kalau ayahku yang membunuhnya.
Apakah kau pikir aku akan langsung mempercayainya?" "Suatu hari nanti kau pasti akan percaya" "Kau mengatakan kalau aku melihatnya sendiri, aku pasti akan percaya, betul?" "Bukan....kau akan percaya setelah aku mati" Wie Kie-hong tertegun sangat lama.
Dia dapat melihat gelagat yang ditunjukkan Cu Siau-thian.
Dia tampak sangat serius dan sangat murung.
Dia tidak tampak seperti sedang bercanda, juga tidak sedang berbohong.
"Orang selanjutnya yang akan dibunuh ayahmu adalah diriku" Cu Siau-thian berkata patah demi patah kata dengan keras "waktunya adalah nanti malam" Mengatakan perihal kematian adalah urusan yang menakutkan yang lazim ditutup tutupi.
Setiap kali seseorang mengatakan tentang hal ini orang itu selalu merasa hatinya seperti diselubungi bayangan gelap.
Karena itu Wie Kie-hong merasa bahwa Cu Siau-thian sedang merasa sangat berat hati.
Kalau Cu Siau-thian adalah target ayahnya selanjutnya, semua keadaan sekarang berbalik.
Hanya dalam seketika ini saja, Wie Kie-hong merasa terenyuh.
"Kie-hong! kau seharusnya mengerti, orang yang paling aku percayai adalah Tu Liong.
Tapi Tu Liong sudah memutuskan hubungan denganku.
Apakah kau tahu mengapa ini terjadi?" Cu Siau-thian berhenti berbicara untuk beristirahat sejenak.
Setelah itu dia melanjutkan kata-katanya, "Ini karena aku sengaja membiarkan dirinya memutuskan hubungan denganku." "Mengapa kau melakukan hal itu?" "Ayahmu mau membunuhku.
Tu Liong pasti akan sekuat tenaga berusaha melindungiku.
Pada dasarnya Tu Liong bukan tandingan yang seimbang kalau harus melawan ayahmu.
Kalau begitu caranya, bukankah aku sama seperti menyuruhnya mati" Karena itu aku membiarkan dia memutuskan hubung-an agar dia tidak terlibat masalah ini, untuk meng-hindari dirinya dari masalah." Saat ini, perasaan dan pikiran Wie Kie-hong menjadi sangat rumit.
Rumitnya sampai mencapai batas.
Orang yang selama ini dikiranya sebagai seorang pembunuh yang kejam, ternyata adalah seorang pahlawan dunia persilatan.
Setelah semakin jauh mencari tahu, ternyata malah ayahnya sendiri pembunuh yang sedang dicarinya.
Kenyataan yang sungguh mengerikan Tapi apakah kata-kata Cu Siau-thian dapat diandalkan" Kalau begitu saja mempercayainya sepertinya tidak mungkin.
Tapi kalau harus sama sekali tidak mempercayainya, Wie Kie-hong pun tidak mampu melakukannya.
Dia tidak pernah tahu bagaimana tabiat dan karakter ayah aslinya, apa saja yang sudah dikerjakannya.
Terhadap kejadian yang sebenarnya pun dia sama sekali tidak tahu.
Karena itu dia tidak mampu membuat sebuah dugaan yang setidaknya mendekati apa yang sedang terjadi.
"Cu Taiya, kalau semua yang sudah kau ucapkan tadi adalah kenyataan, aku akan menghargai informasimu.
Tapi kalau ternyata kata katamu tadi tidak benar, pada akhirnya aku pasti akan mengetahuinya.
Pada waktu itu aku pasti akan datang kemari mencarimu.
Aku tidak mungkin memaafkan orang yang sudah menjelek-jelekkan nama ayahku." Setelah Wie Kie-hong mengucapkan semua yang ingin dikatakannya, dia lalu bertanya lagi, "Cu Taiya, apakah kau bisa membuktikan semua kata-katamu tadi?" "Kau hanya perlu menunggu.
Nanti kau akan melihat sendiri buktinya" "Menunggu dan melihat sendiri?" "Betul.
Setelah kau melihat mayatku, kau akan tahu kalau semua yang sudah kukatakan tadi adalah kenyataan.
Tidak akan ada orang yang mau menggunakan nyawa sendiri sebagai pembuktian ucapannya sendiri" Wie Kie-hong berkata dengan emosi: "Kalau ayahku memang seperti apa yang sudah kau ceritakan, aku pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk menghentikannya.
Cepat katakan padaku, dimana aku bisa menemuinya" "Di kota Pakhia ini hanya ada satu orang yang tahu persis dimana dia berada" "Siapa?" "Leng Souw-hiang" Wajah Cu Siau-thian tampak serius namun murung.
Katakatanya pun diucapkan dengan penekanan yang kuat.
Kalau semua yang sudah diucapkannya tidak benar, maka dia pastilah seorang pembohong yang sangat berbakat "Aku ingin menanyakan satu hal lagi padamu.
Pada waktu itu kalian mencelakai Tiat Liong-san, apa sebenarnya motivasi kalian?" "Apakah kau ingin mendengar jawaban yang sebenarnya ataukah jawaban yang enak didengar?" "Tentu saja jawaban yang sebenarnya" "Semua orang sudah tahu kalau aku punya dendam dengan Tiat Liong-san.
Karena itu aku berurusan dengan pejabat pemerintahan, dan lalu bekerja sama mencelakai dia.
Sebenarnya akulah yang dirugikan....
Wie Kie-hong tidak melanjutkan pertanyaan.
Dia hanya diam menunggu lanjutan kalimatnya.
"Sebenarnya orang yang ingin mencelakai Tiat Liong-san adalah Leng Souw-hiang.
Dia ingin mendapatkan barang berharga miliknya.
Pada saat itu Leng Souw-hiang adalah tangan kanan raja Su-cen.
Siapa yang tidak menghormatinya" Aku dulu juga bukan siapa-siapa." Kalimat ini bisa dipercaya.
Walaupun di kalangan dunia persilatan, Cu Siau-thian adalah seorang pendekar yang sangat terkenal, namun di dalam kota, ditengah tengah kalangan pejabat pemerintahan, dia tidak lebih dari seorang pengembara.
"Pada akhirnya, apakah Leng Taiya men-dapatkan barang yang diinginkannya?" "Yang pasti pada saat itu Tiat Liong-san terlihat membawa sebuah kopor kulit" "Apa isi kopor kulitnya?" "Aku tidak tahu" "Lalu apa maksudmu mengirim tiga pucuk surat rahasia pada mereka semua?" "Semua itu adalah akal yang dibuat oleh Leng Souw-hiang.
Aku hanyalah kambing hitam" "Cu Taiya ! sekarang pemerintahan baru sudah berdiri.
Leng Taiya dan dirimu sudah memiliki status sosial yang sama.
Mengapa kau harus takut padanya?" "Karena dia menguasai seorang pembunuh hebat yang bernama Wie Ceng." "Walaupun kau takut, belum tentu kau bisa menghindar dari kematian.
Mengapa kau tidak bangkit dan melawannya?" "Ai...