"Siluman jahat! Jangan ganggu kami!" Karena merasa yakin bahwa dia berhadapan dengan siluman, dia mengancam dengan goloknya agar siluman itu menjadi takut dan meninggalkan mereka. Akan tetapi wanita itu sama sekali tidak kelihatan takut bahkan tersenyum manis sekali. Karena menganggap bahwa wanita itu tentu siluman, senyum yang amat manis ini bagi laki-laki tinggi besar itu bahkan tampak menyeramkan sekali, Akan tetapi si keponakan yang muda, yang namanya disebut A cin tadi, memandang dengan kagum dan terpesona. Belum pernah dia melihat seorang gadis secantik itu!
"Hi-hik," Gadis itu terkekeh sehingga mulutnya agak terbuka, memperlihatkan rongga mulut dan ujung lidah yang kemerahan dan deretan gigi putih berkilauan. "Kalau aku siluman dan mengganggumu, engkau mau apa?"
Merasa ditantang, laki-laki tinggi besar itu menjadi marah. "Aku akan mengirim kau ke neraka!" bentaknya da dia sudah menyerang dengan goloknya Serangannya cukup dahsyat karena dia adalah seorang pemburu yang terbiasa hidup keras menghadapi banyak tantangan. Tenaganya besar dan gerakannya tangkas ditambah nyali yang besar. Ketika dia menyerang, gerakan goloknya yang menyambar kuat menimbulkan suara bersiutan.
Akan tetapi gadis cantik itu dengan tenang menghadapi serangan pemburu itu. Hanya dengan sedikit gerakan ringan saja ia sudah dapat mengelak dari serangkaian serangan terdiri dari tiga kali bacokan dan dua kali tendangan.
"Cukup! Berhentilah menyerang atau engkau akan mati!" wanita itu berseru sambil menyentuh satu di antara tiga tangkai bunga penghias rambutnya.
Akan tetapi pemburu yang merasa sasaran dan mengira bahwa dengan jurus mengelak berarti "siluman" itu takut kepadanya, menyerang lagi dengan lebih ganas. "Mampuslah!" bentak wanita itu dan Ungan kirinya yang mencabut setangkai bunga merah dari rambutnya bergerak. Nampak sinar merah menyambar dan pemburu itu menjerit, goloknya terlepas ban tubuhnya roboh terjengkang dan tewas seketika.
Keponakannya memandang dan melihat betapa di dahi pamannya, tepat di antara sepasang alisnya, menancap bunga merah yang agaknya disambikan wanita itu.
Acin, pemburu muda itu, memandang kepada Si Wanita dengan mata terbelalak dan muka pucat. Dia tahu bahwa tidak ada gunanya sama sekali untuk melawan. Dia sendiri belajar silat dari pamannya. Pamannya yang jauh lebih tangguh darinya dia saja begitu muda roboh dan tewas di tangan siluman ini, apa lagi dia!
"Jangan............. jangan bunuh aku !" katanya sambil melangkah mundur.
Wanita itu melangkah maju mengha pirinya. "Jangan takut, pemuda tampan Siapa yang akan membunuhmu? Saya kalau engkau dibunuh.Kalau engkau memenuhi keinginanku dan mencintaku, engkau akan kubebaskan dan kuberi hadiah emas.
Akan tetapi kalau engkau menolak berarti engkau menghinaku dan engkau akan mati seperti Pamanmu itu Sudah ada dua orang pemuda yang terpaksa kubunuh karena menolak dan menghinaku, jangan engkau menjadi yang tiga. Mari kita pergi bersenang-senang.. Wanita itu lalu menggandeng tangan Acin yang tidak berani menolak. Dia merasakan telapak tangan yang hangat halus, mencium bau harum yang keluar dari tubuh wanita itu dan membiarkan dirinya dirangkul dan diajak pergi meninggalkan tempat itu.
"Tapi......... tapi ........ jenazah Pamanku “ Acin menoleh, memandang mayat
pamannya dengan gelisah.
"Mayat itu? Biar saja, nanti tentu ada binatang yang memakannya. Atau engkau lebih senang mati disini?”
"Tidak, tidak! Aku "
"Hayolah dan jangan banyak menolak membuat aku marah." Wanita itu merangkul pinggang pemuda itu dengan mesra dan menariknya pergi dari situ. Sambil merangkul ketat dengan mesra wanita itu menggandeng Acin keluar dari hutan.
Setelah keluar dari hutan dan tiba jalan umum yang sepi, di sana terdapat sebuah kereta kecil dengan dua berkuda. Dua ekor kuda itu dilepas ditambatkan pada batang pohon dimana mereka sedang makan rumput.
"Mari, Sayang. Bantu aku memasang kuda-kuda itu." kata wanita cantik sambil melepaskan rangkulannya setelah untuk kesekian kalinya ia mencium pemuda itu. Acin adalah seorang pria yang normal dan sehat, akan tetapi dirangkul, dicium dengan sikap mesra oleh seorang wanita muda yang demikian cantik, dia sama sekali tidak merasa terangsang. Bagaimana mungkin kalau ia mengingat betapa wanita itu telah membunuh pamannya? Sampai sekarang ia masih menganggap bahwa wanita itu adalah siluman dan menurut dongeng yang sering Dia dengar, siluman yang berujud wanitu cantik suka mempermainkan pria muda dan menghisap darah mereka sampai kering. Dia akan mati kehabisan darah! Tentu saja dia sama sekali tidak terangsang, betapapun hangat, lembut dan harum tubuh wanita itu. Dengan jantung berdebar dan tangan gemetar, terpaksa Acin membantu wanita Itu memasang kuda di depan kereta. Kemudian wanita itu naik ke atas kereta, duduk di depan memegang kendali.
"Hayo, naiklah dan duduk di sebelahku sini" Wanita itu berkata. "Saya......... saya......... tinggal di sini saja " Acin berkata ketakutan.
"Apa? Engkau membantah?" Tiba-tiba wanita itu menggerakkan cambuk kudanya. "Tarrrrr !" Ujung cambuk itu melecut ke arah Acin.
"Aduhhhhh !" Acin berteriak dan meraba lehernya. Lecutan itu mengiris kulit
lehernya sehingga mengeluarkan sedikit darah! Terasa perih dan membuat Acin semakin ketakutan.
"Maaf, saya .............. saya tidak membantah "
"Hayo naik, cepat!" bentak wanita itu.
Acin tidak berani membantah lagi. Dengan tubuh gemetar dia naik ke atas kereta dan duduk di sebelah wanita itu seperti yang diisaratkannya. Wanita itu menjalankan dua ekor kuda itu dan menoleh kepada Acin sambil tersenyum.
"Kasihan engkau............ ! Sakitkah ?" Acin tidak berani bersuara, hanya
mengangguk.
Wanita itu lalu mendekatkan mukanya dan mencium leher Acin yang lecet sehingga ada sedikit darah membas bibirnya, la menjilat darah di bibirnya itu dan tampak senang.
"Selanjutnya turutilah semua perintahku dan cintailah aku maka engkau akan senang. Maukah engkau?"
Acin hanya dapat mengangguk-angguk merasa ngeri melihat wanita itu menjilati darah yang berada di bibirnya, ia mencium lehernya tadi. la Siluman, pasti siluman yang suka minum darah, demikian pikirnya dan dia menggigil.
Karena wanita itu duduk rapat sehingga tubuh mereka berdempetan maka ia dapa merasakan ketika tubuh pemuda Itu menggigil.
"Engkau kedinginan?"
Acin menggelengkan kepalanya.
"Kekasihku yang tampan, kenapa engkau diam saja? Hayo jawab, siapa namamu?" "Saya............ saya Liong Cin "
"Nama yang gagah, segagah dan sekaligus orangnya. Namaku Lai Cu Yin, orang- orang menyebutku Ang-hwa Niocu (Nona Bunga Merah), tapi engkau boleh memanggil aku Yin-moi (Dinda Yin) he-heh!" Gadis itu tersenyum lebar,
memperlihatkan lidahnya yang ujungnya meruncing dan merah. "Aku senang engkau menurut dan mau mencintaku. Dua orang pemuda dusun yang berani menolakku telah kubunuh, kalau engkau, yang bersikap baik dan mencinta, seperti para pemuda lain sudah-sudah tentu akan kubebaskan kuberi hadiah."
Karena sikap wanita itu mesra ramah, rasa takut Liong Cin atau yang biasa disebut Aon, berkurang walau dia masih merasa ngeri kalau harus jadi kekasih siluman!
"Maafkan saya, Niocu , saya akan dibawa kemanakah?" Dia memberanikan diri
bertanya.