Apalagi justru Go bi-paylah yang dijadikan mangsa pertama dengan keruntuhan total ini, untuk selanjutnya entah pihak mana lagi yang bakal menjadi korban.
"Ai."
Giok liong menghela napas sedih, mulutnya menggumam.
"Geger dunia persilatan sudah tiba diambang pintu! terpaksa ia memutar tubuh dan berlari kembali ke Gobi- san. Tak lansa kemudian ia sudah tiba di depan kelenteng besar yang berhau amis. Melihat pemandangan yang seram menyedihkan ini, sehingga membayangkan kenangan lama. Pelan-pelan ia angkat langkah memasuki kelenteng besar yang diagungkan ini, Besar harapannya didalam kelenteng sebesar ini dapat menemukan salah seorang murid Go-bi pay yang ketinggalan hidup, supaya ada yang disuruh turun gunung memberitakan bencana besar yang menimpa pihak Go-bi ini kepada aliran lurus dunia persilatan untuk bergabung mencari daya upaya untuk memberantas Istana beracun. Bersama itu perlu dimaklumkan kepada seluruh kaum persilatan di jagat ini bahwa Go-bi Ciang-bun-jin Hian Goan Taysu sendiri juga sudah jatuh dalam cengkeraman pihak istana beracun, Tak lupa pula diharapkan Ngo-hui-heng cia bisa segera pulang ksatan. Go-bisan untuk memimpin peristiwa pembalasan dendam. Demikian jalan pikiran Giok- Iiong. Keadaan didalam kelenteng ini kiranya tidak banyak bedanya dengan diluar, disini darah muncrat kemana-mana, sampai dinding yang putihpun berhiaskan lepotan darah yang menyolok mata banyak mayat lumer menjadi genangan air darah, kaki tangan atau kepala manusia berserakan setindak ia semakin dalam beranjak hatinya semakin tertekan dan terasa dingin, sungguh ngeri, satupun tidah yang ketinggalan hidup. Baru setengah jalan ia sudah tidak kuat lagi menahan hasi, Tiba-tiba ia mendongak dan bersuit panjang dengan penuh kesalahan dan kepiluan hati, Mendadak ia enjit tubuhnya melambung ketengah udara terus meluncur keluar kelenteng. Baru saja kakinya mendarat dttartah, lantas terdengar sebuah dengusan dingin di-pinggir kupingnya, Dengtisan dingin ini laksana sebatang anak panah dingin yang tepat menusuk kedalam kupingnya, Tanpa merasa Giok-liong tersentak kaget, batinnya.
"Hebat benar Lwekang orang ini!"
Sambil berpikir dengan kecepatan yang sukar diukur tiba-tiba ia memutar badan menghadap kearah mana suara dengusan dingin tadi datang.
Baru saja ia bergerak lantas diujung matanya berkelebat sebuah bayangan abu abu, dengusan dingin tadi kini terdengar lagi dari belakangnya.
"Kunyuk, pihak Go-bi-pay mempunyai dendam atau sakit hati apa terhadap kau, sedemikian kejam kau turun tangan."
Baru saja lenyap suaranya segulung angin kencang seperti gugur gunung telah menerjang di belakang punggungnya.
Kecepatan serangan dari belakang ini, hakekatnya tiada memberi kesempatan untuk Giok-Iiong sempat berkelit, Dalam keadaan gawat ini, tiba-tiba ia menarik napas dalam tubuhnya lantas melejit maju kedepan sebaliknya kedua tangannya ditepukkan kebelakang.
"Plak !"
Keras sekali terjadi bentrokan ditengah udara diseling suara bentakan nyaring .
"Keparat, kiranya memang ada isi !"
Angin menderu deru segulung kekuatan yang tidak kentera tahu-tahu sudah menindih diatas kepalanya.
Giok liong kehilangan serangan penduhuIuan yang menguntungkan, dengan tepukan menangkis ke belakang tadi belum dapat melancarkan kekuatan sepenuhnya, maka begitu kedua pukulan saling bentrok lantas ia merasa darah bergolak, pandangan mata menjadi berkunang-kunang.
Badannyapun tergetar keras sempoyongan kedepan.
Belum lagi ia sempat berdiri tegak tenaga besar sudah menindih tiba lagi laksana air bah yang sukar dibendung.
Merasa serangan ini adalah sedemikian dahsyat, otak Giokliong lantas berpikir.
"Ini pasti ngo-heng-cia telah pulang...."
Tapi dia tak kuasa membuka mulut untuk membela diri, tiada tempo untuk berpikir lagi, Sekuatnya ia memberatkan tubuh mendarat kaki di tanah, Ji-lo dikerahkan seluruhnya kedua lengannya terus disayang maju.
"Pyaaarr"
Angin badai berguIung-gulung membumbung tinggi ke tengah udara, dua bayangan putih dan abu-abu mendadak terpental berpencar ke dua jurusan, Giok-liong tak kuasa mengendalikan tubuhnya, beruntun ia tersurut mundur tujuh langkah baru bisa berdiri tegak.
Dada terasa sesak seperti di-godam, segulung hawa panas sudah menerjang naik ke tenggorokannya, lekas-lekas ia melepas napas mentahmentah menelan kembali darah yang hampir menyemprot keluar.
Bayaagan abu-abu berkelebat terdengar bentakan keras.
"Kalau hari ini Lobu tidak dapat membunuh bocah iblis jahat seperti kau ini, sia-sia belaka aku menjadi Toang-lo Go bipay!"
Sering dengan bentakan ini bayangan telapak tangan yang membawa deru angin kencang dengan kecepatan yang susah diukur laksana angin lesus tiba-tiba menggulung tiba dengan serangan yang mematikan.
Baru sekarang Giok-liong dapat melihat tegas bahwa Ngohui heng-cia ternyata adalah seorang Hwesio tua yang berperawakan kurus kecil.
Tapi kedua matanya itu karena marahnya telah memancarkan sorot kegusaran yang berlimpah-Iimpah, Meskipun Giok-liong dapat melihat tegas wajah Ngo hui-heng-ca, tapi saat itu juga kepalan tangan dan tutuIan jari musuh yang sengit itu sudah tiba didepan matanya.
Dasar watak Giok liong terakhir ini suka uring
uringan ditambah Ngo hui-heng cia mendesak sedemikian rupa, memuncaklah hawa amarahnya, bentaknya dengan sengit.
"Berhenti dulu !"
Aku ada omongan !"
Sambil membentak tubuhnya bergelak lincah sekali berputar melancarkan gerak tangannya yang membawa deru angin membadai, dengan tipu terangan yang cukup ganas pula ia balas menyerang. Ngo-hui-heng-cia mandah tertawa dingin katanya.
"jangan harap Lohu dapat kau tipu."
Wajah Giok-liong semakin membesi ka-ku, hardiknya . ,,Tua bangka gundul, jangan kau menuduh semena-mena ! peristiwa hari ini adalah buah tangan anak murid istana beracun ...
"
Sekonyong-konyong Ngo-hui-heng-cia memperdengarkan serentetan gelak tawa dingin yang memilukan, teriaknya.
"Kunyuk, hahahaha, kau kira gampang menipu Lohu... Kecuali kau sendiri adalah murid dari istana beracun ...
"
Mendadak serangannya semakin gencar, sekaligus berpetakan empat bayangan abu-abu, menyelinap masuk kedalam gelombang angin pukulan Giok-liong yang membadai itu. Giok-liong semakin penasaran, serunya sambil kertak gigi.
"Memang Go-bi pay kalian setimpal dibunuh semua!"
Sam-jiuchun- chia tak kepalang tanggung lantas dilancarkan, pertama jurus Cin-chiu, lalu Hiat bwe dan yang terakhir adalah Tiamceng, dilancarkan secara bergelombang sambung menyambung.
Mega putih bergelombang mengikuti gerak tangannya menerjang kesana kemari, menyelubungi sebuah bayangan putih yang memancarkan cahaya putih perak, dengan gerak serangan kilat melancarkan beratusribu pukulan serta tutukan jari menyerang kesegala tempat kematian Ngo-hui-heng-cia.
Tidak ketinggalan sebuah telapak tangan yang memutih laksana batu giok juga tanpa bersuara telah muncul, inalah dengan gerak kecepatan yang luar biasa mendadak menyelonong tiba menepuk kearah dada Ngohui-heng-cia tepat dijalan daran Yu-bun hiat.
Bercekat hati Ngo-hui-heng cia melihat kehebatan serangan ini, tak kuasa tercetuspertanyaan dari mulutnya.
"Sam hi cui hun chiu? Apa hubunganmu dengan Pang Giok."
Baru saja ia berkata habis, telapak tangan putih sudah melayang dekat tinggal tiga kaki didepan dadanya mendadak bergerak semakin cepat menepuk tiba dengan kecepatan kilat.
Tanpa banyak ragu-ragu lagi segera Ngo-hui-heng cia memutar kepalan tangan kanan menimbulkan gelombang angin deras, bersama itu telapak tangan kiri tiba-tiba diselonong kan maju kedepan untuk menangkis.
Kontan terdengar samar-samar suara guntur yang bergemuruh semakin keras.
Telapak tangan kiri Ngo hui-heng cia itu mendadak bersemu merah darah, seiring dengan getaran suara guntur yang gemuruh itu tangan kirinya sudah menyelonong maju memapak kearah telapak tangan putih yang sudah menyerang dekat itu.
Giok-liong sendiri juga terperanjat sampai air mukanya berubah, batinnya.
"lnilah Pik-lik-chiu kepandaian tunggal Gobi- pay mereka yang sudah beratus tahun putus turunan."
Cepat cepat ia menarik kembali kedua tangannya berbareng tubuhnya ikut melompat kesamping menghindarkan benturan secara berhadapan lalu ia tambah dua lipat tenaganya untuk menyerang lagi dari arah yang lebih menguntungkan.
Saat mana mendadak Ngo-hui-heng-cia berdiri tegak tanpa bergerak, mulutnya bersuit panjang berkumandang menembut langit, sampai menggetarkan seluruh alam pegunungan, daun menghijau diatas pohonpun sampai rontok berjatuhan.
Wajah tuanya yang tirus kini memancarkan cahaya terang, pelan
pelan kedua tangannya dirangkapkan terus pelan-pelan pula diangkat meninggi terus didorong kedepan.
Gema tembang matram didalam lingkungan suasana yang hidup dibawah pancaran sinar kesunyian mendadak berkumandang ditelinga Giok-liong, Begitu mendengar suara mantram ini perasaan Giok-liong menjadi hampa dan kosong melompong.
Giok liong tahu asal usul pukulan hebat yang dilancarkan tadi, Dulu tatkala Tat mo cosu melawat kedaerah timur, salah satu ilmu bekalnya yang berjumlah seratus delapan puluhan khusus untuk menundukkan iblis, yaitu Cu sim ti mo.
Tat mo Cosu pernah bersabda kepada para muridnya.
"Bahwa ilmu pukulan ini sangat jahat dan ganas tak mengenal belas kasihan setiap kali kau turun tangan kalau tidak sampai melukai lawan diri sendirilah yang bakal celaka. Maka kalau bukan menghadapi durjana yang benar benar jahat tidak digunakan, kalau bukan dalam saat-saat yang genting untuk membela diri ilmu ini dilarang digunakan,"
Maka ilmu Cu-simti- mo ( hati suci mengusir iblis ) ini lambat laun menjadi di lupakan orang dan akhirnya putus turunan.
Sungguh tidak nyana hari ini ilmu yang ganas dan paling ditakuti itu bisa muncul ditangan seorang Go-bi-tiang-lo yang tinggal seorang ini.
Lebih tidak terkira olehnya Ngo hui heng cia bisa melancarkan Cau sam-ti mo ini untuk menghadapi dirinya.
Hati yang gelisah bingung dan marah ini semakin gentar dan takut mengingat perbawa kehebatan ilmu itu.