Tiba-tiba terdengar sebuah bentakan keras ditengah gelanggang. Disusul terlihatlah bayangan orang berkelebat terasa segulung tenaga lunak yang besar tiba tiba menerjang datang dari arah samping kiri.
"Byaarrrr!"
Terjadilah getaran angin, tahu tahu Hian Goan Taysu Ciang-bun jin Go bi pay sudah berdiri berdiri diantara Giok-liong dan Goan hwat Taysu dengan sikap kereng, Suaranva rendah sembari membentak kearah Goan hwat Taysu.
"Harap Susiok segera mundur kesamping, urusan ini betapa juga harus kuselesaikan sampai beres."
Goan-hwat Taysu melengak, sesaat ia terlongong longong lalu merangkap tangan mengundurkan diri, Tapi sepasang matanya mendelik mengawasi Giok liong, seolah-olah kuatir Giok-liong bergerak membokong secara tiba-tiba.
Tapi samar-samar di ujung mulutnya menyungging senyum sinis dan seringai sadis yang mengerikan, sementara itu, seorang Hwesio tua lainnya juga sudah melangkah maju berjaga disamping kanan Hian Goan-Taysu.
Bertanyalah Hian Goan Taysu kepada Giok liong dengan serius.
"Siau-sicu, kalau punya omongan apa silakan katakan saja, Go-bi-pay kami tidak akan mempersukar kepadamu tanpa alasan."
Giok-liong tertawa ringan.
"Kalau minta aku yang rendah bicara terus terang, lebih baik suruh Goan-hwat Taysu menyingkir jauh dulu."
Hian Goan Taysu tertegun heran, sebaliknya Goan-hwat Taysu tertawa dingin.
"Kalau Lolap mengundurkan diri, kunyuk lantas kau berkesempatan mengobral mulut sembarangan ngotnong!"
Giok-liong bergelak tertawa.
"Apa boleh buat. Maksudku menyuruh tuan menyingkir sebab utamanya karena kwatir tuan nanti menggunakan Lan-cu-tok-yam untuk mencelakai ... , .
"
Maksud ucapan Giok-liong ini adalah akan memberi bisikan kepada Hian-Goan Taysu supaya beliau waspada dan berjaga-jaga.
Bahwa Goan-hwat Taysu sebenarnya sudah menjadi kamprat atau anak buah istana beracun.
Tidak nyana belum lagi perkatanya habis, tiba-tiba terdengarlah pekik panjang yang aneh dari tangan gelanggang disusul kabut biru bercahaya berkilat telah timbul di sekeliling Goan-hwat Taysu, Bersama itu terlihat tiga gumpal kabut biru melesat berkecepatan seperti kilat berpencar masing-masing menyerang kearah Giok liong, Hian Goan Taysu dan Goan Ci Taysu.
Peristiwa terjadi begitu mendadak, memang tiada seorangpun mengira bahwa Goan hwat Taysu ternyata sudah menjadi anak buah istana beracun yang menyelundup di dalam Go bi-pay mereka, apalagi berani turun tangan secara berhadapan demikian.
Terdengarlah jeritan ngeri, terlihat badan Goan Ci Taysu terpental jungkir balik.
"bluk"
Terbanting keras beberapa jauhnya, sejenak kaki tangannya berkelejetan dari tujuh lubang panca indranya mengalirkan darah, Terus tak bergerak lagi.
Bertepatan dengan itu, terdengar pula sebuah suitan panjang yang melengking tinggi.
Sinar perak berkelebat mega putih lantas mengembang berkelompok lewat disamping tubuh Hian Goan Taysu langsung menyerang kebelakangnya.
Hian Goan Taysu sendiri juga menggerung gusar, gesit sekali badannya berputar terus melambung tinggi ketengah udara, Dimana ter-Jtr-ft leTK'i,n jubah Hwesionya dikebutkan, dua jalur angin kencang lantas diberondong keluar mulutnyapun menghardik murka.
"Pengkhianat!"
Baru saja badannya melenting ditengah jalan, mendadak paha kakinya terasa sakit kesemutan seperti digigit nyamuk, sejalur hawa dingin terus merambat naik dari pahanya, Keruan kejut hatinya bukan kepalang, Tahu dia bahwa dirinya sudah keserempet oleh kabut berbisa dari Lan cu- tok-yam, lekaslekas ia menarik napas dan mengerahkan hawa murni, menggunakan ilmu Cian-kin-tui membuat tubuh terus meluncur jatuh lurus kebawah.
Dalam pada itu terdengarlah ledakan dahsyat yang menggetarkan seluruh gelanggang, dua bayangan lantas berpisah, tampak Giok-liong dan Goan hwat Taysu melompat mundur deagan cepat setelah saling adu pukulan keras.
Perubahan yang terjadi secara mendadak ini berlaku begitu cepat, setelah Giok-liong beradu pukulan dengan Goat-hwat Taysu,baru seluruh hadirin diluar gelanggang insyaf akan situasi yang gawat dan mengancam.
Serempak mereka berteriak dan membentak beramai-ramai maju merubung ketengah gelanggang, Pada saat mana Hian Goan Taysu telah duduk bersila di tanah mengerahkan tenaga murni mendesak menjalamya hawa beracun di dalam tubuh.
Sekonyong-konyong rangkaian suitan panjang yang serak dan sember saling bersahutan dari segala penjuru, sedemikian riuh ramainya suitan sumbang itu melanda datang kearah puncak Go-bisan.
Mendengar suitan-suitan sumbang dari berbagai arah penjuru itu, girang bukan main Goan-hwat Taysu, mendongak keudara ia menggembor keras berbarengkedua tangannya menarik serabutan dengan keras, jubah Hwesio yang besar gondrong itu seketika dirobek menjadi berkeping-keping, kini terlihatlah pakaian dalamnya yang mengenakan seragam biru ketat, teriaknya dengan beringas.
"Yang ikut aku hidup yang menentang harus modar dengan diselubungi kabut biru yang bercahaya terang menyolok mendadak badannya pelan-pelan terbang ketengah udara. Udara pegunungan Go-bi-san seketika diliputi oleh kabut biru berbisa, udara menjadi gelap dan diliputi suasana yang seram menakutkan. Di tengah riuh rendahnya suara suitan yang bersahutan itu terdengar pula serangkaian tembang rendah tnengalun.
"Seluas alam semesta. hanya kamilah yang teragung. Ibun Cosu, berkahilah aku panjang umur!"
Tembang pemujaan ini mengalun saling bersahutan, suaranya terdengar serak sumbang menggiriskan sukma.
Maka terlihatlah kelompak-kelompok kabut biru dengan bentuk seperti laba-laba tengah beterbangan mendatang dari segala jurusan jumlahnya ada puluhan banyaknya, seperti meteor terbang dengan kecekatan kilat terus meluncur memasuki gelanggang.
"Tang ... tang ... taag tang , . ,tang tang tang - , .
"
Genta peringatan dari kelenteng Go-bi-san segera bergema bertalu-taIu.
Tapi hanya sebentar saja lantas terdengarlah jeritan lengking tinggi yang mengerikan, suara genta juga lantas berganti ini menandakan bahwa penjaga atau Tianglo pemukul genta itu sudah mengalami nasib sial.
Para anak murid Go-bi-pay menjadi geger, ditambah melihat Ciang-bun-jin mereka sudah terluka dan tengah duduk bersila mendesak hawa racun dalam tubuhnya, ini lebih mengejutkan lagi sebab mereka tahu kalau luka yang diderita Ciang-bun-jin mereka tidak parah dan tidak mungkin beliau tinggal mengurus diri sendiri tanpa hiraukan lagi anak muridnya, Dalam pada itu keempat Hu-hoat berjubah merah itu serentak melambung tinggi ditengah udara terus meluncur turun laksana empat gumpal awan merah berdiri di empat penjuru melindungi Hian Goan Taysu.
Tepat pada anak buah istana beracun saling bermunculan itu, Goan-hwat Taysu menjerit keras seperti pekik setan, mendadak tubuhnya meluncur turun terus menerjang kearah Giok liong, dimana tangannya bergerak, puluhan utas sinar biru berkilat serentak meluncur mengarah puluhan tempat mematikan ditubuh Giok-liong.
Diam-diam Giok-Iiong mengeluh dan kaget sungguh diluar tahunya bahwa para kamprat dari istana beracun bisa bergerak secepat itu.
Apalagi dari gerak-gerik puluhan pendatang itu kelihatan bahwa kepandaian silat mereka rasanya tidak dibawah kepandaian Goan-hwat Taysu Naganaganya, malam ini Go-bi-pay bakal mengalami keruntuhan total.
Sambil berpikir tanpa berayal Giok-Iiong kerahkan Ji-lo pada tingkat kesepuluh, saking bernafsu hawa murni dalam tubuhnya mengalir deras sampai terdengar bergeser dengan kencang, tubuhnya juga lantas memancarkan cahaya putih perak, yang samar-samar.
Berbareng kedua tangannya digentakkan, sepuluh jalur angin kencang melesat ke luar dari ujung jari-jarinya.
Bersama itu badannya juga lantas melejit ketengah udara, beruntun kedua tangannya mendelong bergantian gelombang tenaga halus yang empuk tak terasa bagai gugur gunung serentak menerpa dengan dahsyat kearah Goan-hwat Taysu.
Dengan mengenakan pakaian ketat warna biru itu perbawa Goan-hwat Taysu makin menakutkan, air mukanya kini berubah hijau gelap, kedua biji matanya mendelik sebesar kelereng memancarkan sinar biru seperti mata dracula.
Kaki tangannya bergerak-gerak seperti merambat kelakuannya sangat aneh dan mengerikan desisnya menyeringai.
"Kunyuk, kalau kau tahu diri, lekaslah menyerah dan bergabung di bawah asuhan Ibun Cosu, mungkin kau diberi jalan hidup atau sebaliknya kematian tanpa liang kuburlah bagianmu."
Habis berkata lekas-lekas ia miringkan tubuhnya sambil bergeser ke sebelah kiri.
Serentetan suara mendesis menimbulkan gelombang angin yang membadai, tutukan angin jari saling beradu dan di tengah udara lantas sirna tanpa bekas.
Giok-liong bergelak tawa, serunya.
"jangan kau kira aku ini seorang linglung yang tengah terpojok. Malam ini tuan mudamu harus membuka pantangan, ketemu satu bunuh satu ..."
Tangkas sekali kedua tangannya bergerak gerak di depan dada terakhir membuat setengah lingkaran lantas didorong dengan sepenuh tenaga.