Seruling Samber Nyawa Chapter 49

Giok-liong bersikap dingin, katanya.

"Kalau Taysu tidak ada petunjuk lainnya lagi baiklah Caybe segera minta diri."

Goan-hwat Taysu menyeringai katanya.

"LoIap ada dua jalan boleh Siau si-cu pilih."

Giok-liong bersikap sungguh, tanyanya.

"Kenapa ?"

"Ganti kerugian Lolap tadi."

"Hoo, cobalah Taysu sebutkan dulu!"

"Syarat pertama, serahkan seruling samber nyawa itu untuk kupinjam selama setahun, Kedua, dengan batok kepala Siausi- cu sebagai ganti rugi."

Seketika berkobar hawa marah Giok-liong, coba pikirkan dengan menempuh bahaya tadi dirinya telah menolong jiwa Si Hwesio ini, sekarang Goan-hwat Taysu sebaliknya berkata demikian mengancam bukan kah bisa bikin orang mati saking jengkel ? Saking marahnya Giok-liong tertawa bahak-bahak, ujarnya.

Sungguh merdu dan enak didengar ucapan Taysu ini.

Kalau mampu marilah silakan turun tangan sendiri."

Goan hwat Taysu mendengus ejek, katanya.

"Kalau benarbenar harus Lolap sendiri yang turun tangan, jiwa Siau-si-cu ini sudah pasti harus diserahkan. Marilah, lebih baik kita bicara dan berdamai saja. silahkan serahkan Seruling samber nyawa itu dan selanjutnya kita menjadi sahabat."

Ucapan Goan-hwat ini semakin mengobarkan kemarahan Giok-liong, seketika air mukanya berubah dingin membeku bersemu merah, desisnya geram.

"Ji-bun Tecu Ma Giok-liong. Minta pengajaran lihay dari Taysu !"

Mendadak Goan-owat Taysu mendongak serta bergelakgeiak, serunya takabur.

"Kau bocah kurcaci ini masa menjadi tandingan LoIap ..."

Belum habis kata-katanya mendadak ia mengebutkan tangannya, segulung angin pukulan lantas menderu keluar menerpa dengan dahsyat.

Serentak dalam waktu yang sama, kedua ekor harimau itu menggerung keras, buntutnya yang panjang dan besar itu lantas menyabet tiba, berbareng mereka menubruk, maju dari kanan kiri, ini betul betul merupakan suatu penghinaan bagi Giok-liong, memandang rendah dengan menyuruh binatangnya menyerang.

Betapa takkan murka hatinya, maka sambil berkekanan panjang suaranya mengalun tinggi, jubah panjang tangannya dikebutkan, badannya lantas melayang enteng sekali, berbareng Ji lo dikerahkan sampai tingkat kesepuluh jurus Cin-chiu juga lantas dilancarkan.

Gerungan harimau menggetarkan bumi angin menderuderu, awan putih berkelompok-kelompok mengembang terus memapas kedepan.

Goan hwat Taysu berteriak kejut .

"Celaka, mundur!"

Lengan bajunya yang panjang lebar cepat-cepat dikebutkan badannya juga ikut meluncur tiba secepat burung terbang, Sayang ia bergerak lambat setindak, masih ia terapung ditengah udara, terdengarlah gerung keras kesakitan dari kedua binatang piaraannya itu.

Darah muncrat kemana-mana, berbareng kedua ekor harimau besar itu terbang terpental kedua jurusan sejauh puluhan tombak terus terbanting keras ditanah, seketika keempat kakinya menghadap langit dan jiwanya melayang.

Goan hwat Taysu menggeram murka, hardiknya .

,,Berani kau membunuh binatang cerdik penunggu gunungku, Go Bipay tak berdiri sejajar dengan bocah keparat macam kau ini."

Setelah itu ia menggerung dan memekit keras dan panjang sedemikian kerasnya sampai terdengar puluhan li jauhnya.

Bersama itu kedua lengan bajunya yang besar gondrong itu berkibar-kibar, tubuhnya berputar cepat laksana gangsingan, angin menderu-deru hebat, seketika Giot-liong terkepung didalam bayangan pukulan dan tutukan yang berseliweran cepat dan mengancam jiwanya.

Malam ini Giok-liong betul-betuI sangat marah, Pikirpun tidak terpikir olehnya dalam pegunungan yang liar dan sepi ini pakai ketemu seorang Hwesio tua yang tidak mengenal sopan santun dan aturan, maka segera dengusnya mengejek "Jelekjelek aku sebagai murid aliran Ji-bun, masa takut terhadap Go bi-pay kalian,"

Ji-lo terus dikerankan, ilmu Sam-ji-cui-him-chia juga lantas dilancarkan Dalam gelanggang segera timbul segundukan bayang pukulan tangan laksana gunung meninggi berlapis bersusun tiada habisnya, sedemikian rapat dan keras berputar mengembang keluar ditengah deru angin pukulan awan putih mulai berkelompok mengembang bergulung-gulung hebat menerjang kearah Goan hwat Taysu.

"Blang, blung"

Suara dahsyat saling berganti menggetarkan bumi dan langit, batu sampai pecah berhamburan, udara menjadi gelap oleh kabut debu, bayangan kedua orang tibatiba berpencar kedua samping.

Tampak air muka Giok-liong rada bersemu, jubah panjangnya melambai-iambai tertiup angin ia berdiri tegak dan waspada.

Sebaliknya Goan-hwat Taysu tak kuasa berdiri tegak, ia tersurut tiga langkah kebelakang, mulutnya lantas menyeringai tawa sinis.

"Kim-pit-jan-hun Ma Giok liong, hehehehe, kiranya memang cukup hebat dan lihay tak bernama kosong !"

Seiring dengan tawa dinginnya tangkas sekali kedua tangannya bergerak-gerak didepan dadanya lalu masing-masing berputar setengah lingkaran terus didorong maju ke depan dengan sepenuh kekuatan.

"Pyar,"

Begitu angin pukulannya dilancarkan keluar saling sentuh lantas mengeluarkan gesekan yang keras itu, sehingga menimbulkan geseran angin lesus kecil-kecil berpencar ke berbagai sasaran merangsang kearah Giok-Iiong.

Bersama itu, sepuluh jarinya beruntun menjentik, menyambitkandesis angin kencang, sekaligus mengarah ke jalan darah penting ditubuh Giok-Iiong.

Setelah melancarkan serangan bergelombang ini toh, Goanbwat Taysu sendiri masih belum berhenti bergerak, tiba-tiba ia melejit ketengah.

udara, jubah Hwesionya yang besar gedobrakan itu melambai-lambai serentak kedua kaki tangannya bergerak-gerak menari-nari laksana seekor labalaba yang menungkrup keatas kepala.

Melihat tingkah laku orang yang aneh ini, Giok-Iiong betulbetul kaget.

ilmu semacam ini agaknya pernah didengarnya dari cerita suhunya, ini merupakan semacam ilmu jahat yang sangat berbisa dan sudah sekian lama putus turunan.

Sekarang dalam keadaan kepepet begini sulit teringat olehnya apakah nama ilmu macam begini aneh ini.

Karena saat mana angin kencang yang tajam berseliweran bagai badai mengamuk telah menerpa tiba.

Giok-Iiong insyaf akan kelihayan ilmu semacam mi, tanpa berani berayal lagi, cepat ia menarik napas panjang, Ji-lo dikerahkan sampai tingkat kesepuluh, sedemikian deras aliran hawa murni ini sampai terasa gemetar berputar melindungi badannya, Bersama itu Leng-hun-toh juga lantas dikembangkan sedikit kakinya menutul tanah, laksana ikan gesitnya setangkas belut membelesot badannya bergerak lincah seperti kera berloncatan menerjang keluar dari sela-sela angin kencang yang merangsang tiba, belak belok tepat benar seperti belut melesat keluar dari kurungan ilmu musuh.

Agaknya Goan-bwat Taysu tidak mengira akan perbuatan Giok-liong, meski dalam hati ia kagum namun mulutnya menjengek gusar.

"Bocah keparat ternyata berisi juga, Lohu semakin tidak akan mengampuni kau."

Tiba-tiba badannya yang terapung ditengah udara itu bisa berputar cepat segesit burung terbang terus mengejar dan menubruk datang kearah Giok-liong.

Setelah lolos dari serangan angin totokan musuh, lantas Giok-liong berpikir, kalau hari ini dirinya tidak hati hati menghadapi Hwesio jahat tidak kenal aturan ini, pasti celakalah dirinya.

Maka iapun tidak mau kalah garang, ejeknya menghina.

"Tuan mudamu ini masa takut menghadapi ilmu siluman dari aliran sesat yang kau pelajari ini."

Karena pengarahan Ji-io sampai tingkat kesepuluh ini, tiga kaki sekitar tubuhnya sudah terpenuhi dan dilingkupi oleh Sian-thian-cin-khi, berbareng potlot mas juga dilolos keluar terus diacungkan keatas bersiap menghadapi serangan dari atas.

Saat mana badan besar Goan-hwat Taysu kebetulan sudah melayang sampai diatas kepala Giok-liong, ditengah udara ia terloroh-loroh dingin, katanya.

Bocah keparat, kalau kau mau tunduk dengar perintahku maka akan kuampuni jiwamu."

Giok-liong semakin murka, bentaknya.

"Kentut, tuan muda mu ini berkelakuan lurus berlaku bajik dan genah, Mana bisa mendengar perintah dan tunduk pada tua bangka brutal macam kau ini yang menjual nama baik kakek moyangmu demi kesenangan sendiri."

Sebetulnya makiannya ini melulu untuk ucapan pancingan belaka, Tak terduga justru tepat mengenai borok dari keburukan Goan-hwat Taysu. seketika berubah hebat air mukanya. Mulutnya lantas terkekeh-kekeh dingin menyakitkan pendengarnya.

"Keparat dari mana kau mengetahui rahasia pribadi Lohu, hehehehe... ."

Suaranya sedemikian sadis dan mengerikan.

Waktu Giok-liong mendongak keatas, Tampak badan Goanhwat Taysu yang terbang terapung dan bergerak-gerak seperti laba-laba lazimnya, lambat laun terbungkus oleh kabut gelap warna biru tua yang bersinar kemilau.

Demikian juga seluruh air mukanya sudah berubah menjadi biru tua, sungguh ngeri dan menakutkan.

Posting Komentar