Seruling Samber Nyawa Chapter 46

Iapun lantas mengejar dengan kencang, dilain kejap bayangan mereka sudah hilang dari pandangan mata. Memandang kearah bayangan yang telah hilang itu, Kimling- cu gcleng-geleng kepala serta tanyanya menghela napas rawan.

"Lurus atau sesat hanya terpaut satu pikiran saja ! Ai, Banyak mengumbar cinta akhirnya pasti berakibat mengejar kekosongan yang hampa dalam hidup."

Ditundukkannya kepala memandangi wajah nan ayu pucu di pelukannya. Putri bayangan darah Ling Soat-yan masih pingsan seperti terpuji lemas. Lalu pandangan Kim-ling-cu beralih kearah Tan Soat-kiau, ujarnya.

"janganlah asmara banyak diumbar, kehampaanlah yang akan kau dapat, Ai, Jiac, seumpama kau secantik bidadari namun bagi orang yang membabi buta mengobral cinta, pasti berakibat ngenas dan menderita maka hati-hatilah kalian anak-anak muda !"

Sekilas ia lirik Chiu-ki yang masih rebah diatas tanah, lalu katanya kepada Tan Soat-kiau.

"Nak, coba kau dukung tubuhnya masuk kemari."

Naga-naganya dia tiada simpatik terhadap Giok-liong maaka sekejappun ia tidak bicara terhadapnya tapi saban-saban ia melirik dengan sorot pandangan yang susah diterka.

Tan Soat-kiau menunduk dengar nafsu, mukanya merah jengah.

Tanpa bersuara ia bopong tubuh Chiu-ki terus mengikuti dibelakang Kim-ling-cu dengan melangkah lebar menuju ke gua dibelakang batu besar itu.

Giok-liong berdiri terlongong-longong ditempatnya, timbul rasa dongkol akan dirinya yang diremehkan.

Tapi betapa juga Kim-ling cu adalah penoIongnya, bagaimana ia harus bersikap?.

Baru saja kakinya bergerak hendak ikut masuk Kim- Iingcu sudah berpaling ke arahnya serta berkata sambil tersenyum.

"Kau, kau boleh pergi!"

Tiba-tiba Giok-liong angkat kepala, katanya.

"Cian-pwe harap berhenti, ada beberapa patah kata yang ingin Cayhe sarnpaikan."

"O, ada urusan apa?"

Benar juga Kim-limg-cu menghentikan langkahnya.

Tatkala itu sang surya sudah doyong ke-arah barat, cahaya kuning emas memancar terang menerangi setengah angkasa, Meskipun saat itu adalah pertengahan musim rontok, angin menghembus rada kencang, sari panjang yang membeku dibadan Kim ling cu melambai lambai laksana bidadari turun dari kahyangan.

Pelan-pelan Giok liong menghela napas, katanya.

"Budi kebaikan Cian-pwe yang telah menolong jiwa Cayhe, selama hidup ini tentu takkan kulupakan."

Kim-ling-cu juga menghela napas rawan, tanyanya lemah lembut.

"Asal selanjutnya kau bisa berdiri tegak berjalan lurus, janganlah kau mengail banyak cinta asmara, ini sudah terhitung kau membalas sekedar kebaikanku Ai., janji kalian orang laki laki ..."

Sepasang matanya yang indah ini entah kapan ternyata salah mengembeng air mata, mulutnya mengguman bersenandung.

"Sejak dulu bagi yang banyak pengobral cinta pasti rasa peroleh kekosongan yang hampa ..."

Mendadak melonjak sanubari Giok-liong, lantas tercetus senanduns pula dari mulutnya.

"Ulat bersutra sampai mati air mata kering setelah lilin habis...belum habis senandungnya ini tiba-tiba pandangannya serasa kabur, terasa hembusan angin sepoi yang membawa bau harum merangsang hidung, terdengar pula suara keliningan berdering nyaring di pinggir kupingnya.

"Siapa yang suruh kau berkata begitu?"

Tahu tahu Kim lingcu sudah berdiri didepannya sambil menatap dengan sorot pandangan tajam bersikap serius, kedua belah pipinya sudah dibasahi oleh airmata yang meleleh turun.

Sungguh Giok liong tak menduga bahwa gerak gerik Kimling- cu ternyata sedemikian cepat dan lincah sekali, cepatcepat ia mundur selangkah, sahutnya sungguh-sungguh.

"Itulah guruku, beliau bernama Pang Giok."

"Alis lentik Kim-ling cu berjengkit tinggi, sepasang matanya yang mengembang air mata mengunjuk rasa duka dan rawan, katanya sedih.

"Bagaimana pesannya?"

Giok-liong menutur sambil menunduk.

"Suhu menyuruh Wanpwe meskipun sampai diujung langit atau didalam lautan juga harus mencari sampai ketemu jejak Cianpwe, untuk menyampaikan perkataan tadi."

Kim ling-cu menggigit bibir, mulutnya mengguman.

"Dia ....mengapa sejak dulu-dulu tidak mau mengatakan...mengapa membuat aku hidup merana sepanjang masa ini ..."

Perasaan Giok liong menjadi terkejut, dalam hati ia membatin pasti Kim-ling-cu ini ada hubungan asmara dengan gurunya.

Tapi entah mengapa akhirnya mereka berpisah.

Teringat olehnya akan cinta kasihnya terhadap Coh Ki-sia yang telah mengikat janjinya sehidup semati sampai hari tua.

Baru beberapa lama mengecap kesenangan hidup sebagai suami istri sekarang telah berpisah sejauh ini.

Tak tertahan air mata pelan-pelan mengalir dari ujung matanya.

Pelan pelan Kim-Iing cu menarik pandangan matanya yang melihat kearah jauh sana, sekilas memandang kearahnya, lalu bertanya dengan penuh canda tanya.

"Kau masih ada urusan?"

"Haraf maaf akan kelancangan Wanpwe, Wanpwe tiada urusan apa lagi."

Kim-ling cu menghela napas katanya.

"Ya, mungkin kau mempunyai kesukaranmu sendiri. Tapi, nak kau harus ingat selama hidupmu ini jangan sampai ditunggangi oleh asmara, Dan jangan pula kau mengikat orang lain dalam belenggu cinta asmara, Sekali kau menyadari bahwa dirimu tengah mencintai seseorang, sekali-sekali jangan kau membuat suatu kesalah pahaman atau urusan sehingga merebut sang waktu yang seharusnya dapat kalian kecap dengan mesra ! seumpama harus hidup menderita, tidak menjadi soal asal dapat hidup rukun dan saling memberikan kasih mesra,"

Sampai disini ia merandek sebentar, wajahnya berkembang kulum senyuman getir memandang kearah Giok-liong, katanya lagi.

"Nak, marilah ikut masuk i Kedua teman perempuan itu mungkin tidak boleh tunggu terlalu lama."

Giok-liong mengiakan sambil menunduk. Lalu mengintil dibelakang Kim-ling-cu masuk kedalam gua pula, Setelah mendengar wejangan Kim-ling-cu tadi kini hatinya tengah bergejolak tidak tentram seperti damparan ombak samudera yang mengamuk.

"Apakah ucapannya itu betul ? Antara aku dan Coh Ki-sia memang mempunyai banyak rintangan, baru bertemu lantas berpi-sah, kelak apakah dapat rukun dan bahagia ..."

Demikian dengan pikiran pepat dan hati gundah langkahnya terus beranjak, sampai tidak diketahui olehnya bahwa Tan Soat-kiau yang rupawan itu tengah memandang kearahnya dengan sorot pandangan girang dan terhibur, Tapi semua adegan ini tidak luput dari pengawasan Kim-ling cu yang banyak pengalaman dalam bidang itu, tanpa merasa ia menghela napas, langkahnya seringan awan mengembang terus memasuki gua besar itu.

Waktu pertama kali masuk tadi keadaan dalam gua kelihatan sederhana dan cekak pendek saja, berjalan tidak berapa sudah sampai di ujung dinding gua.

Tapi Kim-ling-cu lantas mengulur tangan menekan sebuah tombol di atas sebuah batu yang menonjol keluar diatas dinding, maka dilain saat terbukalah sebuah lubang pintu setinggi orang, Dibelakang pintu ini adalah sebuah lorong panjang setelah melewati lorong panjang ini, sampailah mereka pada ruangan batu yang diatur rapi dan bersih.

Dikedua samping ruangan batu ini masing-masing terdapat sebuah pintu lagi, lalu Kim ling cu menyuruh Tan Soat-kiau membopong Chiu ki memasuki ruangan batu lain lalu katanya kepada Giok-liong.

"kau istirahat disini, Nanti kita bicara lagi setelah kutolong mengobati mereka."

Lalu ia sendiri juga memasuki ruangan batu yang ditunjukan kepada Tan Soat-kiau tadi sesaat kemudian keadaan menjadi sunyi lengang.

Giok-liong tenggelam dalam kenangan lagi Cinta! Entahlah sudah berapa umat manusia didunia ini sudah menjadi korban akan sepatah kata ini sehingga melewatkan masa remaja dengan penuh penderitaan dan segera.

Teringat akan diri pribadi Coh Ki sia, Li Hong, Kiong Lingling, Tan Soat-kiau serta Ling-Soat-yan, betapa tidak mereka menaruh perhatian besar terhadap dirinya.

Bukankah kecantikan mereka tidak kalah dibanding bidadari dari kahyangan? seumpama mereka terhadap dirinya ....wah akibatnya benar-benar tidak berani dipikirkan.

Serta merta timbul kewaspadaan dalam benaknya diamdiam ia berjanji dalam hati.

"Giok-liong hai Giok-liong, janganlah sekali-kali kau menjadi seorang yang ingkar janji dan tidak setia, gampang menerima uluran cinta lain orang, janganlah lantaran kau sehingga menyia-nyiakan masa remaja orang lain yang penuh nikmat dan mesra."

Pikir punya pikir tak terasa lagi seluruh badan basah kuyup oleh keringat dingin.

Sang waktu berlalu secara diam-diam.

Lambat laun Giokliong dapat mengekang gejolak hatinya, mulailah menerawangi tindak selanjutnya.

Pertama-tama apakah dirinya perlu segera menuju ke Lam-hay untuk mencari suhunya ataukah mengerjakan urusan lain.

Tepat pada saat mana pintu samping ruang batu terbuka, beriang berjalan keluar Kim-ling-cu diikuti Tan Soat-kiau, Ling Soat-yan dan Chiu-ki.

Agaknya perasaan Kim-ling-cu sudah banyak longgar, tanyanya.

"Apa yang celaka?"

Segera Giok liong menyahut hormat.

"Seruling samber nyawa pemberian Suhu itu kini sudah terjatuh ditangan Kobok -im-hun Ki-kiat ..."

Dengan langkah gemulai putri bayangan darah Ling Soatyan lantas maju mendekat, katanya sambil tertawa geli.

"Bukankah Ki-kiat sudah mati."

Lalu dikeluarkan seruling samber nyawa dari dalam balik bajunya langsung disodorkan kearah Giok-Iiong, katanya lagi.

"Aku ...

"

Sebetulnya ia hendak menutur duduk perkara kejadian ini sejujurnya. Tapi sudah keburu disanggah oleh Giok-liong. Betapa girang hati Giok liong, segera ia unjuk soja serta katanya.

"Nona Ling sedemikian dermawan dan baik budi, bagaimana aku yang rendah harus membalasnya."

Terdengar Kim- ling cu ikut menyela bicara.

"Ya, akan kulihat cara bagaimana kau hendak menyelesaikan utang piutang ini, Karena kau nona Ling sampai terluka parah di tangan Ciok Kun malah merebutkan kemba li seruling samber nyawa ! Demikian juga nona Tan hampir mati karena kau juga, secara sewajarnya dengan kebesaran jiwanya ia mau menemui kau lagi, akhirnya menolong jiwamu pula ..."

Serentetan kata-kata ini seketika membuat Ling Soat-yan dan Tan Soat-kiau malu jengah.

Tapi hatinya merasa syuuuur senang sekali, dengan sorot kegirangan matanya melirik kearah Giok-liong.

Sesaat Giok-liong menjadi kesengsem sampai tidak berani menyambuti seruling samber nyawa yang disodorkan kepadanya.

Akhirnya Kim-ling-cu sendiri yang maju ambil seruling samber nyawa itu dari tangan Ling Soat-yan terus disesapkan ketangan Giok-liong, katanya.

"Akan kulihat cara bagaimana kau hendak menyatakan terima kasih terhadap orang, Hm, ada guru mesti ada murid"

Posting Komentar