Dalam hal kegemaran terhadap wanita, tingkat Pui Ki Cong tidak kalah oleh Koo Cai Sun. Maka, melihat sikap Cui Hong yang beberapa kali tersenyum dan melirik ke arahnya, dia pun menduga bahwa tidak akan sukar baginya untuk mendekati wanita ini. Sikap wanita ini menunjukkan bahwa ia "ada perhatian" terhadap dirinya. Dan Ki Cong percaya bahwa dalam segala hal, kecuali ilmu silat, dia me miliki banyak kelebihan dibandingkan dengan pe mbantunya itu. Dia lebih muda beberapa tahun, juga dia lebih kaya, dengan kedudukan yang me mbuatnya menjadi seorang bangsawan. Dalam hal wajar, dia merasa yakin bahwa dia lebih ta mpan. Cai Sun me mpunyai muka yang bulat dan bersih, pandai meray u, suka bergurau dan banyak ketawa, akan tetapi tidak dapat dibilang tampan atau gagah. Perutnya gendut dan tubuh yang kegemukan itu tentu tidak menarik hati wanita. Sebaliknya, dia berwajah tampan,., jantan dan tubuhnya pun tidak gendut, bahkan agak tinggi. Jantungnya berdebar juga me lihat kecantikan wanita berna ma Ok Cin Hwa yang janda muda ini. Akan tetapi, me lihat sikap yang akrab dari Cai Sun, dia mengerutkan alisnya dan ingin me mper lihatkan kekuasaannya di atas pe mbantunya itu kepada Ok Cin Hwa.
"Koo-toako, bukan tempatnya kita bicara di luar. Mari, ajak Nona ini masu k ke dalam agar kita dapat bicara dengan tenang dan aman. Marilah, Nona Ok, silakan masu k ke dalam rumah ku."
Cut ftorrg tersenyum mana, r mttum bahwa Pui Ki Cong mulai me mper lihatkan sikap bersaing dengan Cai Sun, dan hal ini menandakan bahwa pancingannya berhasil. Ia telah berhasil menarik perhatian musuh utamanya itu! Sa mbil tersenyum manis, ia lalu bangkit. "Kiranya Kongcu yang menjad i tuan rumah? Koo-inkong, siapakah Kongcu ini dan mengapa saya diajak ke rumahnya ini?"
Dia m-dia m Cai Sun mendongkol juga.
Percakapan antara Ok Cin Hwa dan Pui Ki Cong itu dirasakannya seperti menyeretnya turun harga! "Marilah kita masu k dan kita bicara di dalam!" katanya singkat dan mereka pun masu k ke dalam gedung besar itu. Biarpun di dalam batinnya, Cui Hong sa ma sekali tidak tertarik akan kemewahan dan kekayaan berlimpah yang berada di dalam gedung, namun ia me maksa diri me mper lihatkan kekaguman dan berkali- kali me ngeluarkan seruan kagum sehingga Pui Ki Cong merasa girang dan bangga, sebaliknya Cai Sun se ma kin mura m wajahnya. Dia teringat betapa hatta keVayaannya habis ketika tokonya dibakar orang, dan dia dapat wietujurga bahwa pembakarnya tentulah musuh besar yang kini sedang ditakutinya.
Cui Hong diajak masu k ke ruangan dalam dan Cai Sun segera disuruh me manggil dua orang jagoan yang mengepalai pasukan pengawal keluarga Pui, yaitu Cla Kok Han dan Su Lok Bu. Melihat dua orang ini, dia m-dia m ada juga rasa khawatir di dalam hati Cui Hong. Dua orang ini lihai, kalau sa mpai rahasianya ketahuan, ia tentu akan celaka. Ia berada di dalam kepungan musuh-musuh yang lihai! Akan tetapi sikapnya nampak tenang-tenang saja, agak malu-ma lu seperti sikap seorang wanita yang berada di antara beberapa orang laki-laki asing.
Empat orang laki- laki itu kini duduk berhadapan dengan Cui Hong dan dengan suara tetap halus, dengan pandang mata berseri dan senyum menyeringai seperti biasa lagak Cai Sun terhadap wanita, Cai Sun berkata, "Adik Ok Cin Hwa, kami sengaja mengundangmu karena kami me mbutuhkan bantuanmu. Maukah engkau me mbantu kami?"
Cui Hong me mandang dengan alis dikerutkan dan mulut tersenyum keheranan. "Ah, harap jangan main-main, Koo- inkong. Seorang seperti aku ini, dapat me mbantu apakah kepada Cu-wi (Anda Sekalian)?"
"Nona, kami me mbutuhkan bantuanmu berupa keterangan yang sejujurnya dan sebenarnya." Ki Cong berkata.
"Aih, kalau cuma keterangan yang sebenarnya, tentu saja saya mau me lakukannya dengan segala senang hati, Kong- cu." kata Cui Hong sambil mengarahkan pandang mata jeli dan mesra kepada Pui Ki Cong. Melihat ini, Cai Sun kemba li merasa tak senang karena cemburu. Dia merasa mendapatkan saingan berat dalam diri Ki Cong terhadap wanita cantik ini.
"Adik Ok C in Hwa, beliau ini adalah seorang pejabat tinggi, maka sepatutnya engkau menyebut Tai-jin (Pembesar) dan bukan Kongcu (Tuan Muda)." kata-kata Cai Sun ini me mbuat alis Ki Cong berkerut. Tadi ia sudah merasa girang karena sebutan kongcu itu berarti bahwa nona man is ini menganggapnya masih seorang muda! Padahal usianya sudah tidak muda lagi, ha mpir e mpat puluh tahun. Dan kini Cai Sun merusak "suasana" yang menyenangkan hatinya itu.
"Ah, maafkan saya, karena saya tidak tahu, Taijin!" kata Cui Hong sa mbil cepat menjura dengan hormat ke arah Ki Cong. Hal ini menghapus kekecewaan hati Ki Cong dan dengan sikap berwibawa dia menggerakkan tangan menyuruh wanita itu duduk ke mbali.
"Nona, kami sedang mencari dua orang dan kiranya hanya engkaulah yang dapat me mbantu kami dan menunjukkan di mana adanya dua orang itu." Ki Cong melanjutkan kata- katanya. "Yang seorang adalah laki-laki berna ma Tan Siong itu, yang sering membelamu. Sedangkan yang ke dua adalah seorang wanita yang muncul dengan muka berkedok dan me mpunyai tahi lalat di dagunya. Nah, kami mengharapkan keterangan yang sejujurnya dan sebenarnya darimu. Di manakah kedua orang itu?"
O 00 o-dw-o00O
CUI HONG mengangguk-angguk. "Saya akan member ikan keterangan yang sejujurnya, Taijin. Laki-laki yang bernama Tan Siong itu baru saja kenal ketika dia muncul di rumah makan itu dan melindungi saya dari gangguan beberapa orang laki- laki kurang ajar, bahkan kemudian muncul Koo-inkong ini yang menolong saya. Ada pun wanita berkedokitu saya kenal ketika ia muncul di malam hari itu."
"Yang kami butuhkan adalah keterangan di mana adanya mereka? " desak pula Pui Ki Cong. Sejak tadi Cui Hong me mutar otak mencari siasat terbaik demi keuntungannya.
"Sesungguhnya, saya tidak pernah mereka beri tahu di mana mere ka tinggal. Setahu saya, Tan Siong tadinya tinggal di dalam kuil tua itu, akan tetapi entah sekarang, saya sendiri tidak tahu, apalagi tempat tinggal wanita berkedokitu, saya tidak pernah diberi tahu."
Empat orang itu saling pandang. "Mengakulah saja kalau engkau tidak ingin kami paksa!" Tiba-tiba Su Lok Bu yang berkulit hitam dan bertubuh tinggi besar itu menggertak. Cui Hong me mperlihatkan wajah ketakutan dan melihat ini, Pui Ki Cong yang sudah mulai tertarik kepada wanita cantikini cepat berkata.
"Kita tidak perlu me nggunakan kekerasan, Su-enghiong!" Kemudian dia me ma ndang wajah Cui Hong dan berkata ramah, "Aku percaya, Nona ini pasti akan dapat me mberi petunjuk bagaimana kita akan dapat bertemu dengan kedua orang itu. Benarkah begitu, Nona? Kuharap saja kepercayaanku kepadamu takkan sia-sia belaka."
Cui Hong meng geser duduknya mendekat ke arah Pui Ki Cong yang duduk di sebelah kanannya sa mbil me lir ik ketakutan kepada Su Lok Bu. Kemudian, ia me mandang Ki Cong dan berkata dengan merdu dan bernada sungguh- sungguh. "Taijin, seorang pere mpuan seperti saya ini, mana berani berbohong kepada Taijin? Saya berkata dengan sesungguhnya ketika mengatakan bahwa saya tidak tahu di mana mereka tinggal. Akan tetapi, seperti yang Taijin katakan tadi, kalau me mang Taijin ingin bertemu dengan mereka atau seorang di antara mereka, agaknya saya dapat memberi petunjuk..."
"Ah, Nona manis!" Ki Cong berseru gembira sekali. "Itulah yang kuharapkan! Dapatkah engkau member i petunjuk agar kami dapat bertemu dengan wanita berkedokitu?"
"Dapat, Taijin.... karena memang ia telah.... ah, akan tetapi ini rahasia! Kenapa sih Taijin ingin berte mu dengan wanita aneh yang selalu berkedokitu? Saya sendiri ngeri dan takut terhadap dirinya yang penuh rahasia."
Su Lok Bu sudah hendak menghard ik lagi untuk me maksa wanita itu cepat bercerita di mana tempat sembunyi wanita berkedok, akan tetapi Ki Cong me mber i tanda dan berkedip kepadanya sehingga jagoan ini terdia m. Kemudian Ki Cong berkata lagi kepada wanita itu, nada suaranya membujuk. "Ketahuilah, Nona Ok. Wanita berkedokitu dan laki- laki yang bernama Tan Siong, mereka adalah penjahat-penjahat kejam, pembunuh-pembunuh keji. Mereka sedang kami cari-cari untuk ditangkap dan dihukum karena kalau mereka tidak ditangkap, tentu mereka akan melakukan lebih banyak pembunuhan lagi atas diri orang-orang yang tidak berdosa. Nah, sekarang katakan bagaimana agar kami dapat menang kap mereka? "
"Ihhh....! Mengerikan! Memang saya sudah merasa takut terhadap mereka. Akan tetapi kalau saya me mbuka rahasia ini, tentu mereka akan marah kepada saya dan bagaimana kalau saya dibunuh?" la menggigil dan mukanya berubah pucat.
"Ha-ha, jangan takut, Adik man is. Di sini ada Kakanda Cai Sun yang akan me lindungi!" kata Cai Sun, ge mbira bahwa ternyata dugaannya benar dan siasatnya berhasil baik karena wanita ini agaknya akan menjad i kunci pe mbuka te mpat persembunyian dua orang musuh itu, terutama tempat persembunyian Kim Cui Hong yang menganca m nyawanya.
"Ka mi akan melindungimu!" kata Ki Cong tak mau kalah. "Nah, bagaimana kami dapat menangkap mereka?"
"Dalam pertemuan terakhir antara kami, wanita berkedokitu me mbawa saya lari ke sebuah pondok kecil di tengah hutan. Kemudian wanita itu berpesan bahwa kalau saya memer lukan bantuannya, saya disuruh ke pondokitu dan menanti sampai la datang."
"Ah! Di mana pondokitu? Di hutan ma na?" "Tapi..... tapi saya takut Taijin."
"Jangan takut, kami akan melindungimu. Katakan saja di mana pondokitu?"
"Di sebelah timur pintu gerbang kota, ada sebuah bukit sunyi dan pondokitu berada di tengah hutan, di lereng bukit itu. Hutan yang a mat sunyi, penuh pohon ce mara. "
"Ah, di hutan cemara bukit itu?" Koo Cai Sun berseru, girang.
"Ya, sebuah pondok kosong di tengah hutan. Sunyi sekali.
Saya..... saya takut untuk pergi ke sana, Taijin."
"Dan pere mpuan berkedokitu tinggal di sana?" kini Cia Kok Han yang bertanya.
Cui Hong menoleh dan beradu pandang dengan sepasang mata yang sipit sekali na mun yang sinar matanya mencorong menakutkan.
"Saya tidak tahu, ia hanya mengatakan bahwa saya disuruh datang ke sana dan menunggu kedatangannya." "Apakah ia mengaku siapa na manya?" Koo Cai Sun ingin kepastian.
Cui Hong menggeleng kepala, "la hanya mengaku bahwa ia she Kim."
Itu saja sudah cukup bagi Cai Sun dan Ki Cong. Kim Cui Hong, musuh besar mereka! Gadis puteri guru s ilat Kim yang kini datang sebagai siluman yang hendak me mbalas dendam kepada mereka. Harus didahului sebelum mereka celaka di tangan siluman itu. Bergidik mereka me ngingat akan nasib yang diderita Louw Ti.
"Biarkan Nona ini pergi ke sana malam ini. Kita mengepung tempat itu dan menyergapnya ketika ia me masuki pondok." kata Cia Kok Han dan rekannya, Su Lok Bu men gangguk menyetujui.
"Ah, ah..... saya tidak berani....." Cui Hong berkata seperti mau me nangis dan wajahnya menjadi pucat. "Ia tentu akan me mbunuhku, setelah tahu aku me ngkhianatinya tidak, saya tidak berani.!"
"Mau atau tidak, engkau harus me mbantu kami agar kami dapat menangkapnya!" kata pula Cia Kok Han tegas.
"Ahh..... tapi apakah tidak dapat dia mbil jalan lain yang lebih tepat? Ia bukan seorang bodoh, tentu ia akan menaruh curiga dan kalau sudah begitu, selain Cu-wi (Anda Sekalian) tak dapat menang kapnya karena ia tidak akan muncul, juga saya pasti akan dibunuhnya. Lalu apa artinya segala jerih payah ini?"
"Adik yang man is, apakah engkau me mpunyai siasat lain yang lebih baik?" Cai Sun bertanya karena kata-kata gadis itu me mang masuk di akal. Kalau sa mpai gagal, dan wanita itu terbunuh secara sia-sia, sungguh sayang sekali.
"Ia harus dapat dipancing dengan umpan yang menar ik tanpa menimbulkan kecurigaan padanya. Kalau saja Cu-wi mengetahui apa yang menjad i keinginan hatinya yang paling besar, yang akan me maksanya keluar dari te mpat persembunyiannya dan datang ke pondokitu. "
"Hemm, keinginannya yang paling besar adalah membunuh kami..... " Cai Sun terlanjur bicara dan isarat dari Ki Cong sia- sia saja.
Pui Ki Cong menar ik napas panjang. "Karena Koo-toako sudah terlanjur mengatakan kepada mu, Nona, biarlah kuceritakan saja dengan terus terang. Kami sudah percaya kepadamu dan kami mengharapkan bantuan untuk menang kap siluma n betina yang amat jahat ini. la telah menganca m untuk me mbunuh aku dan Koo-toako ini. "
"Ihhh.....! Jahatnya....!" Cui Hong berseru dengan wajah kaget dan ngeri, me mandang bergantian kepada Ki Cong dan Cai Sun, seolah-olah t idak percaya bahwa dua orang yang demikian baiknya akan dibunuh orang.