Pusaka Pulau Es Chapter 02

NIC

Silani merasa berhutang budi, telah diselamatkan dari ancaman maut, ini saja sudah merupakan penolong baginya untuk jatuh hati. Apalagi ditambah pengetahuan bahwa pria itu adalah seorang pangeran besar dari kerajaan yang besar, seorang pria yang tampan dan gagah perkasa yang dapat membunuh ular besar dengan sekali bacokan pedangnya, pria yang pandai pula merayu. Maka anehkah kalau ia seketika jatuh cinta kepada Pangeran Tao Seng? Cinta pertama pada pandangan pertama memang berkesan dalam di hati. Tentu saja gadis Khitan yang sederhana Jalan pikirannya ini sama sekali tidak tahu bahwa pria di depannya itu akan jatuh cinta kepada wanita manapun asalkan wanita itu cantik jelita dan dapat dirayunya! Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda dan Silani bagaikan sadar dari mimpi.

"Ah, itu ayahku dan para pengawal datang ke sini!"

Katanya sambil melangkah beberapa tindak mundur menjauhi Pangeran Tao Seng. Sepuluh orang penunggang kuda, dikepalai oleh seorang kepala suku Khitan yang tinggi kurus datang dan berlompatan turun dari kuda masing-masing. Kepala suku Khitan yang tinggi kurus itu adalan Khalaban, ayah Silani. Melihat puterinya bercakap-cakap dengan seorang pemuda asing dan di situ terdapat seekor bangkai ular besar, Khalaban segera lari menghampiri puterinya dan menegur.

"Silani, kenapa engkau mendahului kami masuk hutan ini? Dan ular itu apa yang telah terjadi? Siapa pula pemuda ini?"

Tanyanya dengan tak sabar.

"Ayah, tadi aku mengejar seekor kijang. Akan tetapi mendadak aku diserang ular besar ini yang menjatuhkan diri dari atas pohon. Kalau tidak ada pemuda ini yang menolongku membunuh ular, tentu sekarang ini anakmu sudah berada di perut ular itu!"

Khalaban yang berusia lima puluh tahun ini tentu saja terkejut bukan main mendengar kata-kata puterinya, akan tetapi juga gembira bahwa puterinya dapat diselamatkan.

"Ah, syukur bahwa engkau selamat, Silani. Siapakah pemuda gagah yang telah menolongmu ini?"

"Ayah tentu tdak akan pernah dapat menduganya! Ayah, pemuda ini adalah seorang pangeran kerajaan Ceng. Namanya Pangeran Tao Seng!"

Mendengar ini, Khalaban lebih terkejut lagi dan cepat dia membungkuk dengan sikap hormat.

"Pangeran, sungguh kami berterima kasih sekali bahwa Paduka telah menyelamatkan puteri kami, dan maafkan, karena tidak tahu maka kami bersikap kurang hormat."

Tao Seng tertawa.

"Ha-ha-ha, Paman, kenapa menggunakan banyak peraturan? Secara kebetulan sekali aku bertemu dengan puterimu yang cantik dan gagah, dan kebetulan pula aku dapat menolongnya ketika ular itu menyerangnya. Tidak perlu berterima kasih, Paman."

"Khalaban nama saya, Pangeran. Dan kami persilakan Paduka untuk singgah di tempat perkampungan kami agar kami dapat menjamu Paduka menjadi tamu kehormatan kami dan juga untuk menghaturkan terima kasih kami."

"Baik, Paman. Memang aku pun ingin berkenalan lebih jauh dengan Silani"

"Jadi engkau mau berkunjung ke kampung kami, Pangeran? Aih, aku girang sekali!"

Kata Silani dengan sikap akrab. Melihat sikap ini, Khalaban merasa girang sekali, akan tetapi ada seorang pemuda Khitan di antara rombongan itu yang memandang dengan alis berkerut dan mata jalang bersinar tak senang. Pemuda ini seorang pemuda Khitan yang bertubuh tinggi besar, wajahnya tampan dan gagah dan penampilannya , nampak kokoh dan kuat. Seorang jantan dan memang dia merupakan jagoan di antara para muda Khitan, mahir ilmu bela diri terutama sekali ilmu gulat. Di antara para muda, pemuda bernama Kalucin ini memang dianggap sebagai seorang yang memiliki harapan besar untuk mempersunting Silani, puteri kepala suku dan juga menjadi kembangnya para dara di antara mereka.

Kini, melihat Silani nampak akrab dengan seorang pemuda asing, pangeran pula, tentu saja timbul perasaan tidak senang dan cemburu besar di dalam hati Kalucin. Kata orang, cemburu adalah kembangnya cinta. Hal ini memang tidak dapat disangkal selama cinta kasih itu berdasarkan nafsu. Cinta nafsu selalu membuat yang mencinta ingin memiliki, ingin menguasai yang dicintai, seperti seseorang menyukai sebuah benda yang amat berharga. Tidak ingin disentuh orang lain, apalagi dimiliki orang lain. Itulah cemburu yang mendorong agar orang yang dicinta menjadi miliknya pribadi, tanpa diganggu orang lain. Dan cinta kita pada umumnya seperti itulah. Cinta kasih berdasarkan nafsu! Demikian pula cinta dalam hati Kalucin terhadap Silani. Dia ingin Silani menjadi miliknya sendiri, dan sekarang melihat ada pria lain mendekati gadis itu,

Bahkan ada kecenderungan berhubungan akrab, hatinya dipenuhi perasaan cemburu yang mendalam. Bagi Khalaban sendiri, tentu saja dia merasa girang kalau puterinya bergaul akrab dengan seorang pangeran Pangeran kerajaan Ceng yang besar dan jaya, tampan dan gagah pula. Bahkan lebih daripada itu, pangeran itu telah menyelamatkan nyawa puterinya. Kalau saja puterinya dapat menjadi isteri seorang pangeran, alangkah senang hatinya! Pangeran Tao Seng dijamu dengan hormat dalam sebuah pesta yang meriah. Tentu saja Tao Seng gembira sekali, apalagi disuguhi tari-tarian Khitan yang menggairahkan. Ketika Silani sendiri tampil sebagai seorang primadona dalam tarian itu, kekagumannya terhadap Silani bertambah. Di tengah makan minum, dengan beraninya Tao Seng bertanya kepada Khalaban,

"Paman, kalau boleh aku mengetahui, apakah Silani telah bersuami?"

"Ah, belum, Pangeran. Sudah banyak yang datang meminang, akan tetapi anak saya itu memang keras kepala. Ia selalu menolak sehingga kini usianya sudah sembilan belas tahun dan ia belum menikah.

"Ahhh....apakah sudah ada calon suaminya?"

Sejenak Khalaban teringat akan Kalucin, akan tetapi segera dilupakannya pemuda itu. Dibandingkan dengan Pangeran Tao Seng, tentu saja Kalucin kalah dalam segala-galanya. Kalucin memang seorang pemuda hebat dan tentu dia akan memilih Kalucin di antara para pemuda Khitan. Akan tetapi dibandingkan dengan Pangeran Tao Seng, Kalucln bagaikan seekor burung merak dibandingkan dengan burung Hong! Kalah segala-galanya!

"Belum, Pangeran. Silani belum memiliki calon suami. Mengapa Paduka menanyakan hal itu?"

Dia memancing.

"Ehemmm....kalau sekiranya Paman setuju, aku suka sekali kepada Silani dan aku ingin mengawini dia."

"Tentu saja kami setuju sekali, tentu saja kalau Silani juga mau. Dan saya kira ia juga setuju, lihat saja sikapnya terhadap Paduka."

Mereka memandang ke arah Silani yang masih menari dan benar saja, pandang mata Silani ditujukan kepada Tao Seng dan gadis itu tersenyum"senyum kepadanya, senyum yang manis sekali!

"Akan tetapi, Paman. Karena aku adalah seorang pangeran putera mahkota yang kelak akan menggantikan ayah menjadi kaisar, aku tidak boleh menikah begitu saja. Oleh karena itu, aku ingin menikah dengan Silani di sini. Apakah Paman setuju?"

Mendengar bahwa pangeran ini adalah seorang pangeran mahkota dan kelak akan menjadi kaisar, Khalaban hampir berjingkrak menari saking gembiranya. Puterinya menjadi permaisuri kaisar Dan dia menjadi ayah mertua kaisar!

"Setuju, Pangeran. Kami setuju sekali. Dan pernikahan itu dilangsungkan lebih cepat lebih baik. Oya, sekarang ini semua rakyat saya sedang berkumpul, sebaiknya kalau saya menggunakan kesempatan ini untuk mengumumkan pertunangan itu!"

Tao Seng tersenyum.

"Paman lupa untuk bertanya dulu kepada Silani, apakah ia setuju ataukah tidak?"

"Baik, akan saya tanyakan sekarang juga, Pangeran!"

Khalaban lalu menggapai ke arah puterinya yang sedang menari. Silani menghentikan tariannya dan menghampiri ayahnya.

"Silani, dengar baik-baik. Pangeran Tao Seng ini seorang putera mahkota calon kaisar, dan beliau ini meminangmu untuk menjadi isterinya. Bersediakah engkau menikah dengannya?"

Wajah gadis itu berubah kemerahan dan mulutnya tersenyum malu-malu.

"Aih, Ayah....! Bagaimana Ayah sajalah, aku hanya menurut saja!"

Katanya sambil berlari dan duduk di belakang ayahnya. Khalaban tertawa bergelak lalu memberi isyarat dengan tangan agar para penari menghentikan tarian mereka dan juga musik dihentikan. Setelah suasana menjadi tenang, Khalaban lalu berdiri dan mengangkat kedua tangan ke atas sebagai isyarat bahwa dia hendak mengumumkan sesuatu dan agar semua orang mendengarkan dengan tenang.

"Saudaraku semua, aku hendak menyampaikan sebuah pengumuman penting sekali. Pada malam hari ini, Pangeran Mahkota Tao Seng dari kerajaan Ceng, telah meminang puteriku Silani dan kami telah menerima pinangan itu. Mulai saat ini mereka telah bertunangan dan pesta pernikahan akan dilaksanakan secepat mungkin dalam beberapa hari ini!"

Rakyat Khitan yang berkumpul dalam pesta itu bersorak dan bertepuk tangan menyambut pengumuman itu, akan tetapi tiba-tiba seorang pemuda berdiri dan berseru dengan suara mengguntur.

"Kami protes....!"

Melihat bahwa pemuda itu adalah Kalucin, Khalaban mengerutkan alisnya. Dengan marah dia membentak,

"Kalucin apa maksudmu dengan protes itu?"

Katanya mengancam.

"Maaf, paman Khalaban. Sudah menjadi adat kebiasaan bangsa kita sejak turun menurun bahwa seorang calon suami harus mampu melindungi calon isterinya, maka setiap calon suami harus memperlihatkan kegagahannya. Apalagi sekarang yang dipinang adalah puteri paman Khalaban sendiri sebagai ketua suku kita. Kalau Pangeran Tao Seng meminang Silani, dia harus membuktikan bahwa dia cukup berharga untuk menjadi pelindung Silani dan dapat mengalahkan aku dalam kegagahan! Pangeran Tao Seng, aku menantangmu untuk mengadu kekuatan dan kepandaian membela diri!"

"Kalucin! Berani engkau bersikap seperti ini!"

Bentak Khalaban. Akan tetapi Tao Seng segera bangkit dan tersenyum, berkata kepada Khalaban.

"Paman, ucapannya memang benar sekali. Baiklah, aku akan melayaninya, harap Paman menjadi saksi saja."

Lalu Tao Seng melangkah lebar menuju ke tengah ruangan di mana tadi dipergunakan untuk menari. Di situ memang dibangun sebuah panggung yang agak tinggi sehingga tadi semua orang dapat melihat para penari. Tao Seng menggapai kepada Kalucin.

Posting Komentar