Pendekar Bunga Cinta Chapter 48

Tidak sia-sia Kwee Su Liang mendapat gelar sebagai si pendekar tanpa bayangan, oleh karena geraknya benar- benar sangat gesit dan pesat bahkan sukar diduga pihak lawan, sehingga sepasang lengan Sin Lan kena dipukul yang membikin sekali lagi terdengar dia memekik keras, sekali ini karena merasa kesakitan dan bukan sebab penasaran, sehingga pekik teriak itu mirip seperti kuntianak yang dipecut oleh lakinya, sementara tubuhnya ikut mutar- mutar seperti titiran yang cuma tiga kali berputar tetapi tidak sampai dia terjatuh menandakan bahwa dia memang memiliki ilmu yang cukup tinggi, sebab kalau lain orang yang kena dikibas oleh ekor burung garuda, sudah pasti akan berputar tujuh keliling dan tubuhnya nyusruk terguling yang bukan lagi miring-miring alias sinking-sinking.

Selagi Sin Lan menerkam melakukan penyerangan yang seperti tadi, yakin dengan sepuluh jari-jari tangan terentang tegang, menerkam dengan gerak tipu 'kuntianak merebut bayi', mengarah bagian perut dan antara sepasang paha Kwee Su Liang.

Dan sekali ini Kwee Su Liang lidak mundur selangkah pun kebelakang, tetapi dia lompat cukup tinggi dan sebelah kakinya menendang bagian dada Sin Lan, kena dibagian yang lunak-lunak, bikin hati Kwee Su Liang ikut menjadi lunak namun cukup membikin sekali lagi Sin Lan berteriak kesakitan, sementara dimulutnya kelihatan sedikit keluar darah sehingga saat itu muka Sin Lan menjadi mirip seperti 'drakula' yang habis ngisap darah, dan waktu Sin Lan mengusap mulutnya itu, maka darah menjadi membasahi bibirnya sehingga bibirnya menjadi bertambah merah dan bertambah basah, membikin selera jadi ingin menjilat bibir yang merah basah dengan darah manusia !

Sin Lan jadi menggeram yang lebih mirip seperti bersuara merintih, selagi Kwee Su Liang nuding-nuding dan ngomel-ngomel !

"Siao-Kouwnio, eh, siao-gongli, siapa sebenarnya kau ini

. , , .?"

"Hi hi hi-hi-hi-hiiii ”

Tertawa Sin Lan lima kali 'hi' dengan satu kali 'hi' panjang, seperti kuntianak yang takut kesiangan; dengan suara yang tidak lagi terdengar merdu, tetapi seperti suara kuda-betina dari kuningan yang kecil-kecil cabe rawit, kagak kalah dengan kuda betina dari besi. Ingin Sin Lan balas nuding-nuding dan balas ngomel- ngomel sebab punya kaki pintar nendang, akan tetapi tak sempat Sin Lan ngomel meskipun sudah sempat dia nuding- nuding pakai sebatang jari tangannya yang runcing; sebab dari arah depan rumah didengarnya suara seseorang yang menjerit manggil-manggil dia.

"Silang! Silang! cepat kau keluar dan pulang ...!”

Turun lagi sebelah tangan Sin Lan yang dipakai buat nuding-nuding Kwee Su Liang, batal dia ngomel-ngomel akan tetapi sempat dia tertawa lagi seperti tadi, yakni lima kali 'hi' ditambah dengan satu kali panjang, setelah itu dia lompat melesat keluar meninggalkan Kwee Su Liang, bukan lagi dia jalan igel-igelan seperti 'wak Semar'.

Bo-im kiamhiap Kwee Su Liang goyang goyang kepala dan tersenyum seorang diri, membayangkan betapa cewek yang cakep dan merangsang tadi ternyata hanyalah seorang ‘gongli'; dia merasa tidak perlu mengejar 'gongli' sebab takut ketahuan bini, sebaliknya Kwee Su Liang memasuki rumah In Kek See dengan lagak seorang detektip-bayaran yang sedang memeriksa rumah.

Tidak berhasil Kwee Su Liang menemui In Kek See yang sahabatnya, meskipun Kwee Su Liang sudah memasuki kamar tidur dan memeriksa dikolong ranjang, sebaliknya waktu dia memeriksa diruangan dapur, ditemuinya sang nyonya rumah alias 'Lady In' yang bukan lagi masak, akan tetapi lagi meringkuk diikat seperti ketupat.

Kwee Su Siang menjadi sangat terkejut dan buru-buru mendekati, dia jongkok buat melepaskan tali-tali yang mengikat ketupat (maaf salah menterjemahkan, yang seharusnya 'ba-cang'), sambil Kwee Su Liang berkata lembut lembut dan perlahan-lahan :

"In hujin, ngapain anda disini .. ,?" Dan Kwee Su Liang ikut menjadi terharu bercampur marah, sebab melihat In hujin atau nyonya In mukanya merah bercampur biru, bekas kena digebuk entah oleh siapa yang melakukannya, namun yang pasti bukan dilakukan oleh In Kek See, sebab Kwee Su Liang tahu benar bahwa In Kek See punya jiwa lembut dan sopan, kagak pernah mukul bini.

Nangis In hujin sengguk-sengguk selagi kepalanya oleng- oleng seperti ketiup angin, namun dia tetap duduk bersila dilantai, ogah ditolong dan diajak bangun berdiri, sehingga ikut Kwee Su Liang duduk dilantai, selagi dia mendengarkan nyonya In yang menangis sambil berkicau :

"Oh, Kwee tayjin ngapain anda datang sekarang ? saya merasa lebih baik mati daripada disakiti...” dan nyonya In nangis lagi; tetapi punya telinga buat mendengarkan Kwee Su Liang yang ngoceh lagi :

"In hujin, apa sebenarnya yang telah terjadi, dimana gerangan In-heng ... ?"

"Uh u-u-u-h - " In hujin menangis lima kali 'u' ditambah dua huruf 'h' yang nyelip dimana saja, tanpa In hujin mampu mengucap kata-kata sehingga Kwee Su Liang memerlukan mengambilkan secangkir air teh dingin, yang lalu diguyurkan kedalam perut nyonya In setelah itu baru nyonya bisa berkicau lagi:

"Dua bulan mantu saya nginap disini, dua bulan dia membikin ulah tanpa dia takut kena tulah; cape hati saya melihat perbuatannya yang sering keluyuran dengan laki- laki lain, selagi anak saya masih bertugas tanpa saya mengetahui dimana tempatnya ...“

"Bukankah kedua putera In hujin bertugas didalam istana kerajaan Watzu ... ?" tanya Kwee Su Liang yang merasa heran, karena In hujin mengatakan dia tidak mengetahui dimana anaknya bertugas.

"Pada mulanya mereka memang ditugaskan didalam istana itu, akan tetapi yang pertama; In Bong Ie kemudian dipindahkan ke negeri cina, katanya bekerja di istana Pangeran Kim Lun dan "

Begitu cepat gerakan si pendekar tanpa bayangan Kwee Su Liang yang mendorong tubuh In hujin yang sedang bicara sambil duduk bersila, namun dia tetap kalah cepat dengan melayangnya sebatang anak panah yang kecil bentuknya, yang membenam dibatang leher In hujin, sehingga In hujin tewas seketika tanpa dia mampu mengeluarkan pekik teriak.

Lompat Kwee Su Liang bangun berdiri, merasa penasaran karena ada seseorang pembunuh yang melepas senjata rahasia tanpa dia mengetahui dan tak mampu melindungi In hujin. Setelah tangan Kwee Su Liang kemudian bergerak ke arah daun jendela, mengerahkan tenaga pukulan 'pek-kong-ciang' selagi lima jari tangannya terentang tegang; dan tenaga pukulan udara kosong itu berhasil membuat daun jendela hancur berantakan, lalu secepat itu juga Kwee Su Liang melesat ke luar lewat daun jendela itu, sambil memutar pedangnya yang masih berada dalam sarungnya, maksudnya untuk menghindar dari suatu serangan mendadak.

Dilain kesempatan Kwee Su Liang telah berdiri dibagian halaman samping rumah, tapi tak dilihatnya adanya seseorang disekitar tempat itu, sebaliknya secara mendadak dia mendengar suara tawa Sin Lan yang mengikik seperti kuntianak habis minum darah, sehingga didalam hati Kwee Su Liang menuduh sebagai perbuatan Sin Lan yang telah membunuh In hujin, mertuanya sendiri ! "Perempuan laknat ,.,...!" Kwee Su Liang memaki cukup keras, tanpa dia perduli Sin Lan tidak mendengar suara makinya itu: sebaliknya dengan gerak yang indah dan ringan tubuhnya melesat naik ke atas genteng rumah, lalu dia mengawasi kearah suara Sin Lan tadi tertawa, namun selekas itu juga dia menjadi terkejut, sebab didepan rumah itu ternyata telah berkumpul sekian banyaknya orang-orang, merupakan penduduk setempat yang bercampur dengan beberapa orang pasukan tentara Watzu !

"Tangkap penjahat , , !”

"Tangkap pembunuh . , . !"

Terdengar pekik-teriak orang-orang yang berada didepan rumah in Kek See, oleh karena tentunya ada yang melihat Kwee Su Liang yang berdiri diatas genteng.

Untuk sejenak Kwee Su Liang menjadi ragu-ragu berdiri diatas genteng rumah itu. Kalau dia turun pasti bakal melakukan pertempuran yang mengakibatkan adanya orang-orang yang terluka bahkan tewas, sehingga akan merupakan suatu permusuhan yang dia tanam dengan penduduk setempat, bahkan dengan pihak pemerintah bangsa Watzu; sementara Sin Lan yang telah melakukan pembunuhan terhadap nyonya In, pasti akan berlaku cerdas dengan umpatkan diri ditengah tengah keramaian orang banyak, sehingga tidak mudah buat Kwee Su Liang menangkap. Disamping itu, Kwee Su Liang merasa yakin bahwa sukar untuk dia memberikan penjelasan kepada penduduk maupun anggota tentara Watzu, bahkan bukan dia yang telah melakukan pembunuhan terhadap diri nyonya In, sebaliknya adalah menjadi perbuatan Sin Lan; namun Sin Lan tentu sudah berhasil menghasut orang- orang itu dengan menuduh sebagai perbuatan Kwee Su Liang yang telah membunuh In hujin ! Akan tetapi, siapakah sebenarnya Sin Lan ini? Apakah sebenarnya dia istrinya In Bong Ie yang putranya In Kek See? Mengapa dia sampai hati dia membunuh ibu mertuanya sendiri ?

Terasa sukar buat Kwee Su Liang mencari jawaban atas pertanyaan itu, namun dia yakin bahwa dibelakang Sin Lan, pasti ada seseorang yang mendalangi dan seseorang itu pasti Kim Lun Hoat ong, seperti yang nyonya In sebutkan tadi bahwa In Bong ditugaskan di istana pangeran Kim Lun Hoat-ong.

Sementara itu tidak sempat buat Kwee Su Liang berpikir lama, oleh karena pada saat itu telah melompat lima orang laki laki yang bertubuh tinggi besar, dengan ditemani Sin Lan yang ternyata ikut melompat naik.

Sekilas Kwee Su Liang menjadi girang saat melihat Sin Lan ikut lompat naik, ingin dia memberikan penjelasan kepada 5 orang laki-laki ini, dan sekaligus ingin dia menangkap Sin Lan hidup-hidup, untuk dipaksa mengakui perbuatannya.

Tetapi, saat itu ternyata Kwee Su Liang tidak mempunyai kesempatan buat mengucap apa-apa, Sebab kelima orang laki-laki itu sudah langsung melakukan penyerangan secara bertubi-tubi, bahkan dalam sikap mengurung supaya Kwee Su Liang tidak mempunyai kesempatan buat melarikan diri !

Posting Komentar