Pedang Ular Merah Chapter 02

NIC

Dengan gerakan dan gaya yang enak saja seakan-akan ia sedang berdiri biasa di atas kedua kakinya, kakek yang mcnahan tubuh dengan kepalanya itu lalu menangkap tangan muridnya. Ia memijit-mijit ibu jari yang terluka di sekitar luka itu sehingga darah menitik keluar. Akan tetapi ujung duri tadi kini terbawa keluar dan dengan mudah dicabut oleh kakck itu yang mempergunakan giginya. Selama pengobatan ini, anak perempuan itu sama sekali tidak pernah mengeluh bahkan rnukanya tidak menunjukkan rasa sakit lagi. Memang kemauannya telah bulat, hati dan pikiran berikut perasaan telah dapat dikuasai oleh keyakinan dan kcmauannya sehingga benar beoar rasa sakit itu menghilang!

Sambil mengobati luka di tangan muridnya, kakek itu tiada hentinya tertawa-tawa dan muridnya diam saja sambil meramkan mata. Kalau ada orang yang mendengar ketawa itu dan melihat guru dan murid ini berjungkir balik seperti itu tentu orang itu akan berlari tunggang langgang dan mengira telah melihat setan di dalam hutan yang liar ini! Siapakah sebenarnya kakek yang miring otaknya ini dan siapa pula anak perempuan yang mungil dan manis itu?

Kakek yang gila itu bukanlah orang sembarangan. Ia tak pernah mau menyebutkan namanya, maka di dunia kangouw ia dijuluki orang Hek Sin mo (Iblis Sakti Hitam) karena tingkah lakunya aneh sepcrti Iblis dan mukanya kehitam-hitaman. Banyak orang kang ouw baik para pendekar silat maupun para penjahat, meremang bulu tengkuknya kalau teringat kepadanya, oleh karena Hek sin-mo ini memiliki ilmu kepandaian yang luar biasa sekali. Ilmu silatnya yang aneh akan tetapi sukar dikalahkan, ditambah oleh kelakuannya yang aneh, membikin ia amat ditakuti dan dianggap sebagai tokoh persilatan yang mengerikan. Hanya satu hal yang membuat semua orang menaruh hati segan kepadanya, yakni kejujurannya yang luar biasa.

Memang kakek ini berotak miring. Dulu dia adalab seorang nelayan muda yang jujur keras hati dan mudah marah serta gemar berkelahi. Ketika ia masih muda, pada suatu hari ia dikalahkan oleh seorang pendekar pedang sehingga ia menjadi takluk dan menganggap pendekar itu sebagai suhunya. Kemudian ia mengikuti pendekar itu ke sebuah pulau di sebelah timur pantai laut Tiongkok. Ketika ia bersama pendekar itu memasuki pulau yang dicarl, pemuda yang tadinya bernama Hek Houw (Macan Hitam) ini tersasar memasuki sebuah gua yang disebut gua siluman. Dan aneh sekali, sekeluarnya dari goa ini telah menjadi gila akan tetapi juga ia telah memiliki ilmu silat yang amat luar biasa. la telah menemukan ilmu kepandaian mujijat dan yang demikian hebat pengaruhnya sehingga otaknya menjadi miring! Semenjak saat itu ia berlari pergi dari pendekar yang dianggap suhunya itu dan merantau ke seluruh penjuru daratan Tiongkok seperti seorang gila!

Yang hebat ialah bahwa ilmu kepandaiannya makin lama makin tinggi. la melatih lweekang dan bersamadhi. dalam keadaan jungkir balik dan melatih ilmu silat dengan cara yang aneh, jauh berbeda dengan Ilmu silat biasa, bahkan boleh dibilang segala gerakannya berlawanan dan terbalik daripada ilmu silat biasa! Akan tetapi, Hek Sin mo tak pernah mempergunakan senjata, sungguhpun tiap kali senjata lawannya terampas olehnya ia dapat mainkan senjata apa saja dengan amat aneh seperti anehnya Ilmu pukulannya! Hek Sin-mo tidak pernah mencari musuh, namun di mana saja ia berada dan bertemu dengan orang pandai ia Selalu mengalahkan orang pandai itu. la pernab dalam perantauannya tersesat jalan sampai ke puncak Go-bi-san dan bertemu dengan lima tokoh Go-bi-pai yang berilmu tinggi. Melihat gerak-geriknya yang aneh, lima orang tokoh Go-bi pai itu mencobanya seorang demi seorang. Dan apakah akibatnya! Seorang demi seorang kelima tokoh Go bi-pai itu roboh oleh Hek Sin.mo! Masih banyak sekali orang-orang pandai yang sudah memiliki ilmn silat tinggi, kena dikalahkan oleh Hek Sin-mo, dan satu hal yang mcmbuat nama Hek Sin-mo makin terkenal adalah bahwa tidak seorangpun diantara jago-jago yang dirobohkannya ini menderita luka berat atau binasa. Tentu saja hal ini amat menggemparkan kalangan kang ouw.

Sekalipun mereka yang dikalahkan tidak mau mengaku dan menyimpan rahasia kekalahannya terhadap seorang gila, namun lambat laun orang-orang mendengar juga.

Anak perempuan yang kecil itu adalah murid tunggalnya. Anak ini bernama Suma Eng dan selalu disebut Eng Eng oleh suhunya. anak yang mungil dan manis ini mempunyai riwayat yang amat menyedihkan. Ia kini telah menjadi seorang anak yatim piatu, tak berayah ibu lagi. Ibunya adalah putri seorang pembesar militer, yakni Suma Cian-bu dan ibunya bernama Suma Lilian. Sungguh amat mengharukan bahwa puteri pembesar ini telah menjadi korban dan dinodai oleh seorang pemuda ahli silat yang berwatak buruk yakni yang bernama Gak Bin Tong. Perbuatan terkutuk dari Gak Bin Tong ini menghancurkan kehidupan Suma Lilian karena putri perwira ini telah mengandung. Suma Lilian pergi merantau dengan hati hancur dan pikiran seperti gila! Setelah anaknya lahir, yakni Suma Eng lahir dan anak itu dibawa pergi oleh seorang pendekar yang merasa kasihan melihat keadaan anak itu, Suma Lilian lalu merantau seperti orang gila untuk mencari dan membalas dendam kepada Gak Bin Tong yang mencela-kakan hidupnya. Akhir dari perantauannya ini, Suma Lilian bertemu dengan seorang tua gila yakni Hek Sin mo!

Biarpun Hek Sin-mo seorang gila, namun ia masih memiliki pribudi dan merasa kasihan melihat Suma Lilian. Nyonya muda yang sengsara ini ia ambil murid dan diberi pclajaran Ilmu silat. Akhirnya, Suma Lilian bertemu juga dengan Gak Bin Tong dan berhasil membunuh manusia durjana ini, akan tetapi ia sendiripun menjadi korban dan tewas berbareng dengan orang yang mencelakakannya atau yang sesungguhnya adalah ayah daripada anak itu! (semua peristiwa di atas dituturkan dalam buku JI LIONG JIO CU).

Setelah Suma Lilian meninggal dunia, Hek Sin mo lalu mencari anak kecil yang ditinggalkan oleh muridnya itu, dan setelah bertemu Hek Sin mo lalu membawa pergi anak itu yakni Suma Eng, putri tunggal dari Suma Lilian dan Gak Bin Tong! (Inipun diceritakan dalam buku JI LIONG JIO CU).

Demikianlah sedikit riwayat yang dipersingkat oleh karena riwayat ini telah dituturkan dalam buku Ji Liong Jio Co. Suma Eng atau selanjutnya kita sebut Eng Eng saja, semenjak kecil hidupnya di bawah asuhan Hek Sin-mo yang memang telah berobah pikirannya dan tidak waras otaknya. Memang harus dikasihani anak kecil ini karena wataknyapun menjadi aneh, Sungguhpun otaknya sehat. Ia tidak tahu tentang ayah ibunya, bahkan sedikitpun tidak terkandung dalam pikirannya untuk menanyakan hal ini kepada suhunya. Hal ini ada baiknya bagi anak itu sendiri, oleh karena andaikata ia bertanya juga, suhunya pasti takkan dapat menuturkannya dan hanya akan tertawa saja, seperti telah dituturkan di bagian depan, Eng Eng suka sekali bernyanyi dan tentu saja ia hanya bisa menyanyikan lagu lagu karangan suhunya yang gila! Juga Eng Eng diberi pelajaran ilmu silat yang amat aneh, bahkan dilatih pula lweekang dan samadhi secara terbalik, dengan kaki di atas dan kepala di bawah.

Kejadian yang telah dituturkan di bagian depan, ketika Eng Eng terluka oleh duri kembang, biarpun nampaknya hanya orang gila saja yang memaksa orang menyatakan tidak sakit padahal ibu jarinya terasa amat sakit dan perih namun sesungguhnya kegilaan ini mengandung pelajaran kcbatinan yang amat tinggi! Secara tak sadar, yaitu tanpa diberi penjelasan atau pelajaran tentang teorinya, anak kecil itu telah mendapat pelajaran bagaimana cara untuk menguasai pikiran dan perasaan. Bagaimana cara untuk memperkuat semangat dan batin sehingga jiwa dan batinnya tidak dipengaruhi oleh perasaan raga, sebaliknya dengan keteguhan iman dan batin, Eng Eng bahkan dapat mengalahkan perasaannya yang harus tunduk kcpada suara batinnya, Sungguhpun anggota tubuhnya terasa sakit namun berkat kemauan yang keras dan batin yang teguh rasa sakit itu dapat tunduk padanya dan tidak terasa sama sekali olehnya. Memang sungguh mengherankan betapa seorang anak sekecil itu, tanpa disadarinya dan dengan cara yang amat aneh, telah dapat menguasai dan memiliki ilmu tinggi yang hanya dapat dicapai dan dimiliki oleh seorang pertapa yang telah bertapa selama bertahun-tahun!

Hek Sin-mo sengaja memilih hutan yang liar dan sunyi itu karena dia memang tidak suka tinggal di tempat ramai. Di mana saja ia berada, selalu orang-orang, terutama anak-anak kecil yang tidak tahu siapa adanya kakek tua yang gila ini, mengganggunya seperti biasanya orang gila diganggu dan dipermainkan orang. Di tempat yang sunyi ini, dimana tidak ada lain manusia kecuali dia dan muridnya, ia boleh berbuat sekehendak hatinya, boleh menangis kalau ingin tertawa dan boleh tertawa kalau ingin menangis. Muridnya tak pernah metertawakannya, bahkan sering kali membantunya menangis atau tertawa!

Posting Komentar