"Sudah, pehbo, silakan kau kembali kekamar untuk beristirahat," kata anak muda ini. "Sekarang aku hendak pasang omong dengan ayahmu beramai, besok aku nanti datang pula..." "Tidak! Tidak!" kata Un Gie seraya tarik ujung bajunya. Nyonya ini bisa pula bicara dengan lekas sekali. "Sudah sembilanbelas tahun aku menahan didalam hatiku, tak dapat tidak, hari ini aku mesti keluarkan semua! Wan siangkong, kau dengari aku. "
Suara itu tercampur tangisan. Sin Cie manggut. "Aku akan mendengari," ia jawab.
Masih saja, nyonya ini pegangi ujung bajunya si anak muda.
"Mereka inginkan jiwanya!" berkata ia, meneruskan. "Dan yang terlebih penting daripada itu, mereka juga mengharap harta karun! Terus dia layani mereka bertempur, lalu lagi sejurus, dia terluka, tak dapat dia menahan diri, dia rubuh dari pelatok-pelatok itu. Mereka tahu dia punyakan peta dari tempat rahasia harta karun disembunyikan, mereka memaksa dia untuk serahkan peta itu. Tapi dia jawab : "Peta itu tidak ada padaku! Siapa berani, dia boleh ikut aku untuk mengambilnya!"
"Jawaban itu membuat mereka menghadapi kesulitan," melanjuti si nyonya. "Jikalau dia dimerdekakan, apabila sebentar dia sadar dari pengaruhnya obat pulas, lantas tidak ada orang yang sanggup kendalikan dia lagi! Jikalau dia dibinasakan saja, lantas peta itu untuk selama-lamanya bakal lenyap, harta karunnya tak akan ada orang yang akan dapatkan... Maka akhirnya ayahku adalah yang berikan pikirannya yang bagus! Ha,ha! Sungguh cerdik dia, bukankah?"
"Ketika itu dia mulai jatuh pulas, aku sendiri pingsan. Ketika ini digunai mereka untuk menggeledah tubuhnya. Inilah aku ketahui sebab aku sudah lantas ingat akan diriku. Mereka tidak dapatkan peta itu, yang tidak tersimpan ditubuhnya. Maka mereka jadi sengit, mereka melakukan
334 penganiayaan hebat dan kejam, ialah urat-urat tangan dan kakinya telah dipotong putus!Dengan ini mereka hendak bikin percuma kepandaian ilmu silat liehay itu, supaya selanjutnya ilmu silat itu tak dapat digunakan pula! Habis itu Barulah dia dilepaskan dari belengguan. Dia masih dipaksa untuk serahkan peta bumi yang diarah sangat itu. Tidakkah itu ada cara cerdik sekali?"
Sin Cie terkejut. Nyatalah pikirannya si nyonya menjadi waswas seketika.
"Pehbo, baiklah kembali saja, beristirahat," katanya. "Tidak!" jawab Un Gie. "Asal kau pergi, mereka bisa
aniaya aku sampai binasa! Aku hendak tuturkan semua,
Baru aku puas! Kau tahu, mereka bawa dia pergi! Lima bersaudara itu tidak percaya satu kepada lain! Bersama mereka ada turut dua jago dari Ngo Bie Pay. Mereka semua ingin peroleh harta karun! Entah bagaimana, kemudian ternyata, dia bisa loloskan diri dan kabur! Mungkin dia telah berikan mereka peta itu, hingga, begitu lekas mereka kegirangan, penjagaannya jadi kendor. Mereka semua ada cerdik sekali, akan tetapi Kim Coa Long-kun bukannya seorang tolol! Bertujuh mereka telah dapatkan selembar peta, mereka saling berebut. Lima saudara itu bersekongkol, mereka curangi kedua jago Ngo Bie Pay sampai dua- duanya binasa!. "
Un Beng Gie dari luar paseban berseru dengan ancamannya :
"A Gie! Jikalau kau tetap ngaco-belo, awas!"
"Untuk apa aku mesti awas?" Un Gie balik menanya sambil tertawa. "Apa kamu sangka aku masih takut mampus?" Dia menoleh kepada si anak muda, akan berkata
: "Peta yang mereka dapati adalah yang palsu! Lima saudara itu pergi ke Lamkhia, mereka gali sana dan gali
335 sini, sampai setengah tahun lamanya, mereka hamburkan lebih dari selaksa tail perak, tapi sepotong kecil perak jua mereka tak dapatkan! Ha-ha! Sungguh tak ada yang lebih memuaskan daripada ini!"
Siasia saja lima saudara Un itu kertak gigi mereka diluar paseban. Mereka jeri terhadap si anak muda, tidak berani mereka lancang menerjang kedalam paseban itu.
Habis berkata-kata demikian, Un Gie berdiam melongo, kemudian dengan pelahan-lahan, Baru ia berkata pula. Suaranya pelahan :
"Setelah kepergiannya itu, selanjutnya aku tak peroleh lagi kabar dari atau tentang dia....Urat-urat tangan dan kakinya telah diputuskan, dia mirip dengan satu manusia tapadaksa....Dia beradat tinggi dan keras, karenanya, apabila dia tidak mati lantaran luka-lukanya itu, tentu mati karena mendongkol yang tak terlampias. "
Dari luar, Un Beng Tat menantang :
"Orang she Wan!" katanya," kau telah dengar perkataan dia tentang kami keluarga Un mempunyai Ngo-heng-tin, jikalau kau benar satu laki-laki, mari keluar, kau coba terjang!"
"Kau pergilah!" Un Gie dului si anak muda menjawab. Nyonya ini hendak mencegah. "Jangan kau layani mereka bertempur!"
Sin Cie tahu,apabila mereka bertempur satu sama satu, tidak ada seorang juga dari lima saudara itu yang nempil terhadapnya, akan tetapi apabila berlima mereka maju berbareng, sedang mereka pun punyai Ngo-heng-tin, barisan "Panca-logam", itulah lain.
Menurut Un Gie, Ngo-heng-tin itu berdasarkan Kim, Bok, Sui, Hoh dan Tou, ialah emas, kayu, air, api dan
336 tanah (ngo-heng), yang berhubungan satu dengan yang lain, yang saling ganti perubahannya. Maka itu, memang itu adalah "barisan" yang sulit untuk digempur. Dan lagi, ketika pertama kali mereka bertanding, mereka tidak mendendam satu dengan lain, masing-masing bisa berlaku sungkan, akan tetapi sekarang dia tekah ketahui rahasia mereka, dan mereka menyangka ia punya hubungan dengan Kim Coa Long-kun, pasti sekali mereka akan pandang ia sebagai musuh besar. Mereka bangsa telengas, mereka siap- sedia akan gunai segala tipu-daya, mungkin dia dibikin celaka. Satu kali dia tak berhati-hati, dia bisa tak ketolongan. Karena ini, sangsilah dia.
"Apa? Kau tidak berani?" Un Beng Gie tanya dengan ejekannya. "Kalau begitu hayo kau berlutut tiga kali dan manggut-manggut kepada kami, nanti kami ijinkan kau pergi!..."
Itulah ejekan yang hebat.
Un Beng Sie, dengan suara seram, pun berkata : "Sekarang ini walaupun kau berlutut dan manggut- manggut, sudah kasip!"
Lantas saja Sin Cie berkata dengan nyaring :
"Katanya Ngo-heng-tin dari keluarga Un ada liehay sekali tapi aku yang muda ingin mencoba-cobanya, untuk belajar kenal, namun saat ini aku letih sekali, maka kamu ijinkanlah aku beristirahat barang satu jam! Akur?" tanyanya.
"Satu jam ialah satu jam!" jawab Un Beng Gie dengan mengejek. "Walaupun kau beristirahat sampai delapan atau sepuluh hari, toh tak nanti kau mampu lolos!" "Jangan-jangan binatang ini hendak menggunai akal- muslihat," Beng San kata dengan pelahan. "Baik kita lantas kerjakan dia!"
"Jie-tee telah berikan perkataan padanya, biarlah dia hidup lebih lama satu jam," Beng Tat bilang. "Biarlah dia beristirahat, supaya dia tak usah sampai mati menyesal! Melainkan kita harus jaga jangan sampai dia kabur!"
"Kasi dia beristirahat didalam thia," Un Beng Go usulkan. "Disana kita kurung padanya."
Un Beng Tat akur, lalu dengan suara nyaring, dia kata: "Orang she Wan, pergi kau ke Lian-bu-thia untuk beristirahat. Dengan berdiam disini, kami kuatir kau lolos. "
"Baik!" sahut Sin Cie tak bersangsi sedikit jua. Lantas dia berbangkit.
Un Gie dan putrinya jadi bingung sekali, mereka tidak berdaya untuk mencegah. Maka terpaksa mereka ikuti anak muda itu.
Didalam Lian-bu-thia , ruang latihan silat, Un Beng Tat si Toa-yaya sudah lantas perintahkan orang-orangnya nyalakan puluhan batang lilin, dengan begitu, seluruh ruangan jadi terang sekali.
"Kapan nanti sebatang lilin ini telah menyala habis, bukankah telah cukup waktunya untukmu beristirahat?" tanya tertua Ngo Cou dari Cio Liang Pay.
Sin Cie tidak menjawab, dia melainkan manggut, habis itu dia lantas duduk atas sebuah kursi yang diletaki di- tengah-tengah ruangan itu.
Lima saudara Un angkat masing-masing sebuah kursi, untuk mereka duduk sendiri. Mereka mengurung di lima penjuru dengan sikapnya Ngo-heng. Mereka juga duduk diam dan meram, untuk sekalian beristirahat juga. Akan tetapi dibelakang mereka berkumpul enam belas orang lain diantara siapa ada Un Lam Yang dan Un Cheng, semua orang angkatan terlebih muda, semuanya duduk atas masing-masing sebuah kursi kate.
Sin Cie lihat kedudukannya enam belas orang itu, ia dapati mereka ambil sikap delapan penjuru, atau Pat-kwa, maka itu lengkaplah Ngo-cou punya barisan Ngo-heng Pat- kwa-tin itu, yang ringkasnya disebut Ngo-heng-tin.
"Benar-benar sulit untuk memecahkan barisan ini dan lolos," pikir si anak muda, sambil duduk diam, kedua tangannya dikasi turun. Ia merasa, dibawah kepungan dua puluh satu orang itu, paling bisa ia membela diri, untuk lolos, sukar sekali. Ia pun insaf, jikalau lama-lama ia dikurung, tenaganya bisa habis, hingga akhirnya, dia bakal dirubuhkan juga. Kim Coa Long-kun yang demikian liehay masih tidak sanggup pecahkan Ngo-heng-tin ini, maka pasti tin ini ada punyakan perubahan-perubahan luar biasa.
Selagi sibuk berpikir, tiba-tiba si anak muda ingat beberapa halaman terakhir dari Kim Coa Pit Kip. Itulah bagian-bagian yang pertama kali membingungkannya, karena ia tak dapat menginsyafi artinya, sampai perlu ia pergi pula kedalam gua untuk meyakinkan gambar-gambar di tembok gua, untuk diakuri dengan bunyinya kitab pusaka itu, sesudah mana, Barulah ia mengerti. Melainkan itu waktu ia masih belum insaf, apa perlunya ilmu silat yang nampaknya kusut sekali itu. Siapa bisa dengan satu gebrakan saja menyerang keempat atau ke delapan penjuru? Toh ilmu itu ada untuk melayani serangan berbareng dari pelbagai penjuru itu?
Terus Sin Cie memikir, hingga ia menduga, tentulah Kim Coa Long-kun, setelah lolos dari tangan musuh-
339 musuhnya, telah sembunyikan diri untuk memikirkan jalan guna pecahkan ngo-heng-tin itu dan dia akhirnya berhasil menciptakan ilmu silat istimewa ini. Tentu sekali maksud Kim Coa Long-kun untuk kembali ke Cio-liang, guna menuntut balas, maka sayanglah urat-urat tangan dan kakinya telah terputus hingga dia tak dapat bersilat terlebih jauh. Maka, untuk dijadikan warisan, ilmu silat itu dicatat rapi dalam kitabnya, dalam gambar-gambar ditembok gua. Dan sengaja dia bikin kitab yang palsu, yang diperlengkapi dengan panah rahasia dan beracun, guna menjaga kalau- kalau pihak Cio Liang Pay mencurinya.
"Syukur aku telah dapati kitab itu dan dapat memahamkan juga semua isinya," pikir pemuda ini lebih jauh. "Dengan gunai ilmu silat itu, kecuali dapat lolos dari bahaya, aku juga dapat tolong lampiaskan dendaman Kim Coa Long-kun, maka didunia baka, pastilah dia akan bersenyum puas, hingga tak sia-sialah capai lelahnya menciptakan ilmu silat itu. "
Sin Cie menjadi gembira hingga ketika ia buka kedua matanya, wajahnya ada terang-riang. Ia dapatkan lilin hampir habis terbakar, tinggal hanya satu dim saja.
Lima saudara Un juga membuka mata, mereka heran apabila mereka tampak roman bergembira dari anak muda itu, tak dapat mereka menerka pikiran anak muda ini. Akan tetapi mereka percaya betul ketangguannya Ngo-heng-tin, mereka tidak terlalu perhatikan sikap orang itu, mereka cuma membuka mata lebar-lebar, untuk bersiaga kalau- kalau orang lompat melesat untuk kabur....
Kembali Sin Cie rapati kedua matanya. Ia mencoba ingat diluar kepala segala pengunjukan Kim Coa Long-kun. Kemudian ketika ia sampai dibahagian "Koay too chan loan ma" atau "Dengan golok cepat memotong guni awut- awutan", mendadak ia keluarkan keringat dingin, ia terkejut sendirinya.
"Celaka!" demikian ia menjerit dalam hati. "Habis ini, pertempuran membutuhkan golok atau pedang mustika, untuk bikin lawan tak berani datang dekat, senjata tajam itu perlu untuk membikin kalut kepungan , akan tetapi Kim Coa Kiam tidak ada padaku, bagaimana?"