Pedang Kiri Pedang Kanan Chapter 41

NIC

Cuma iapun tidak menyadari bahwa jejaknya telah diketahui dan sedang diintai, ketika dia membawa barang curian dan melayang keluar dari istana pangeran itu, serentak ia terkepung oleh Tan Goan-hay berempat.

Sudah tentu ia kewalahan dikerubut empat jagoan itu.

apalagi ditambah The Kim-ciam yang menyusul tiba, ia lebih kepayahan, terpaksa ia bertahan sekuatnya.

Menjelang fajar, dengan beberapa jurus serangan pedangnya yang aneh dapatlah dia membobol kepungan dan lari pulang ke hotel.

Ia tahu dalam waktu singkat musuh pasti akan mencium jejaknya dan menyusul tiba, maka cepat ia meringkasi ketujuh benda pusaka hasil curiannya dan membangunkan kusir kereta lalu kabur keluar kota.

Ia yakin keretanya yang cukup cepat itu pasti dapat lolos dari kejaran musuh.

tak terduga Hwesio.

Tosu dan Preman, tiga gembong bandit sudah lama mengintainya dan telah mencegatnya tidak jauh di luar kota.

Waktu kereta itu menyerempet Soat Peng-say, hal ini bukannya disengaja melainkan karena gugupnya si kusir.

Soat Peng-say sendiri karena mengantuk diatas kudanya sehingga dengan mudah tersenggol jatuh terjungkal.

Sementara itu Tan Goan-hay berlima demi menjaga gengsi tetap tidak mau menghubungi pihak yang berwajib meski jejak si pencuri sudah diketahui.

Tentu saja hal ini sangat menguntungkan nona Soat, tanpa halangan dia dapat kabur keluar kota.

Sedangkan Tan Goan-hay berlima masih sibuk mencari jejaknya di tengah kota.

Untungluh setelah dicari kian kemari, akhirnya pada hotel yang dipondoki nona Soat itu diperoleh keterangan bentuk dan wajah maling benda pusaka yang serupa dengan nona Soat itu, maka mereka terus menyiapkan segala keperluan dan bermaksud mengadakan pengejaran jarak jauh dan bertekad membekuk maling perempuan itu.

Setiba dipintu gerbang timur, tiba2 mereka kepergok barisan opas yang dipimpin kepala opas Pakkhia yang bernama Ong Cin-ek.

Kepala opas Ong itupun kenal Tan Goan-hay dan konco2nya itu adalah para jago pengawal istana pangeran, dengan sendirinya ia menegur sapa dan memberitahu maksud tujuannya yang hendak mengejar kawanan bandit yang mengacau di kotaraja.

Tan Goan-hay dan lain2 pura2 menyatakan hendak membantu Ong Cin-ek, dengan sendirinya tawaran ini diterima baik.

Mereka tidak tahu bahwa Ong Cin-ek sudah tahu terjadinya pencurian2 itu, kedatangannya sekarang ini justeru hendak menangkap maling yang melakukan pencurian secara besar2an itu.

Kiranya majikan Li Yu-seng yang diam2 telah laporkan peristiwa pencurian itu kepada pihak yang berwajib, hanya saja untuk menjaga jangan sampai membikin malu jago pengawalnya sendiri, pihak yang berwajib hanya diminta agar meyelidikinya secara diam2 selama sisa batas waktu yang masih ada, yaitu lima hari.

Tugas penyelidikan itu dilakukan oleh Ong Cin-ek yang cukup berpengalaman.

Selama dua hari dia menyelidiki setiap orang yang kira2 harus dicurigai, diketahui kotaraja telah kedatangan kawanan bandit yang dipimpin oleh tiga gembong bandit Hwesio, Tosu dan Preman itu Berbareng itu juga ditemukan seorang tamu perempuan berkereta warna emas yang patut dicurigai, maka diam2 dikirim petugas untuk mengawasi perak-geriknya.

Malam hari ketika diketahui kawanan bandit telah meninggalkan kota, hal ini tidak diperhatikan oleh Ong Cin-ek, sebab kawanan bandit itu hanya beberapa hari berdiam di dalam kota dan laporan tentang pencurian sudah terjadi 20 hari, jelas pencurian bukan dilakukan oleh kawanan bandit itu.

Maka kecurigaannya tertuju kepada tamu perempuan muda she Soat yang sudah sebulan tinggal di kotaraja itu, begitu kawanan bandit itu pergi, perhatiannya lantas dipusatkan kepada diri tamu she Soat.

Pengawasan diperketat.

Maka begitu mendapat laporan bahwa pagi2 perempuan muda she Soat itu telah angkat kaki, Ong Cin-ek menjadi sibuk dan cepat2 pimpin belasan anak buahnya melakukan pengejaran dan kebetulan bergabung dengan rombongan Tan Goan-hay.

Di tengah jalan diperoleh laporan pula bahwa di luar kota terjadi pembegalan, setelah ditanya lebih jelas, diketahuinya kawanan bandit hendak main hitam makan hitam.

Maka cepat ia mengerahkan barisannya ke sana.

Akhirnya tersusul juga kereta yang dimaksud.

tapi Tan Goan-hay menganggap kereta itu kosong dan tidak perlu digeledah.

Sudah tentu Ong Cin-ek serba susah dan tidak berani membantah.

Hanya Li Yu-seng saja, karena batas waktunya tinggal dua hari saja.

bila besok juga terlewatkan dengan sia2, berarti periuk nasinya akan berantakan.

Maka ia coba menggertak Soat Peng-say pula dengan ayunan cambuknya, sekali sabat ujung kabin kereta sempal sebagian, lalu bentaknya: "Lekas katakan, siapa yang membunuh belasan orang di sana tadi" Dilakukan seorang perempuan bukan?" Soat Peng-say tetap duduk saja tanpa bergerak, ia berlagak pilon seperti tidak tahu betapa lihaynya sabatan cambuk Li Yu-seng itu, dengan tertawa ia menjawab: "Eh.

tuan ini hendaklah bersabar sedikit, bila ingin tahu apa yang terjadi, harap tenang dan dengarkan cerita hamba." Li Yu-seng menjadi gusar dan mendamperat: "Kentut makmu! Lekas ceritakan, jika rewel, sekali hantam kuhancurkan kepala-anjingmu!" Saking gregetan ia benar2 ingin membinasakan Soat Peng-say dengan sekali hantam.

Tapi Tan Goan-hay telah mencegahnya: "Li-laute, apa yang dikatakan saudara cilik ini memang betul juga, tenanglah dan dengarkan ceritanya." Di antara mereka ilmu silat Tan Goan-hay terhitung paling tinggi, walaupun tidak resmi dan telah menjadi kepala rombongan, maka terpaksa Li Yu-seng menurut, begitu pula yang lain.

Ho Kong-lim dan Tan Yam-bok adalah kedua orang yang menghentikan kereta tadi.

mereka masih memegangi kuda penarik kereta dan mengikuti perkembangan selanjutnya, kedua orang ini cukup percaya kepada kemampuan Tan Goan-hay, segalanya mereka serahkan kepada keputusannya.

Tapi Li Yu-seng lantas mendesak lagi: "Hayo, lekas ceritakan!" Namun Soat Peng-say justeru bicara dengan seenaknya, ucapnya dengan pelahan: "Pagi tadi hamba sendirian meninggalkan kota.

" "Jadi sejak pagi keluar kota kereta ini memang kosong?" sela Tan Goan-hay.

Peng-say tertawa, ia tidak membenarkan secara langsung, tapi berkata pula: "Hamba sendirian keluar kota, sampai di sini.

" "Bohong kau!" bentak Ong Cin-ek mendadak.

"Di dalam keretamu kan ada seorang penumpang perempuan, lekas katakan siapa dia"!" "Kubohong atau tidak ada sangkut-paut apa dengan kau?" jawab Peng-say dengan tertawa.

Ong Cin-ek jadi melengak sehingga tidak sanggup bersuara lagi.

Padahal Soat Peng-say memang tidak bohong, dia memang keluar kota sendirian.

Maka ia lantas menyambung: "Setiba di sini, kulihat belasan penjahat menghadang di tengah jalan dan mengatakan didalam kereta ada benda mestika segala, malahan mereka terus mengganas, ya panah, ya golok, semuanya tertuju kereta ini, se-akan2 dengan begitu benda mestika akan keluar dengan sendirinya dari dalam kereta." Dia sengaja menekankan suaranya pada istilah "benda mestika" sehingga bagi pendengaran si nona Soat di dalam kereta, rasanya ialah yang dimaksudkan sebagai "mestikanya".

Keruan ia sangat mendongkol.

"Pada saat itulah tiba2 datang seorang Lihiap (pendekar perempuan) yang berbusur kecil," tutur Peng-say pula.

"Terdengar suara jepretan beberapa kali dan kontan beberapa orang lantas roboh Hanya tersisa tiga pentolan bandit saja tidak terpanah ulu hatinya yang mematikan.

Tapi panah kecil itu beracun, meski cuma mengenai lengan kanan mereka, hanya sebentar saja lengan mereka lantas berubah menjadi hitam." "Hm, kiranya dia murid ahli racun Cu Hway-tong!" jengeK Tan Goan-hay.

"Siapa itu Cu Hway-tong?" tanya Tan Yam-bok.

"Berapa usia Tan-hiaute tahun ini?" tanya Tan Goan-hay.

Di antara kelima orang usia Tan Yam-bok memang paling muda, ia jadi melengak karena tidak tahu apa sebabnya mendadak orang menanyakan umurnya, jawabnya kemudian: "Tahun ini 27." "Pantas kau tidak kenal nama Cu Hway-tong," tutur Tan Goan-hay.

"Pada 30 tahun yang lalu Cu Hway-tong itu sudah malang melintang di dunia Kingouw, bukan saja ilmu pedangnya, bahkan keahliannya menggunakan racun sangat ditakuti setiap orang persilatan.

Tapi entah mengapa, 27 tahun yang lalu mendadak dia menghilang dari dunia ramai, bisa jadi dia sengaja mengasingknn diri untuk mempelajari semacam ilmu pedang dan ilmu pedangnya sudah sama2 kita ketahui." "Dilihat dari ilmu pedang muridnya, agaknya tidak sia2 selama 27 tahun Cu Hway-tong mengasingkan diri," ujar Tan Yam-bok.

Nyata ia sangat mengagumi ilmu pedang si maling perempuan she Soat itu.

Diam2 Peng-say membatin: "Kiranya nona itu pun mahir ilmu pedang.

entah selama 27 tahun ilmu pedang apa yang diciptakan oleh gurunya yang bernama Cu Hway-tong itu sehingga musuh juga merasa kagum sekali." Mendadak Li Yu-seng membentak: "Kemudian bagaimana.

Posting Komentar