Thian ho-tang (Kuil Pardamaian Langit) di lorong Coa-san (Bukit Ular) merupakan sebuah kuil yang dihuni belasan orang nikouw (pendeta Buddhis wanita) dan kuil ini dikunjungi banyak tamu yang berdatangan dari dusun-dusun di sekitar daerah pegunungan itu
Mereka datang untuk bersembahyang, mohon bermacam-macam berkah.
Ada yang minta kesembuhan bagi orang sakit, minta ringan jodoh, minta bertambahnya rejeki , naik pangkat dan segala macam keinginan lagi
Bahkan diam-diam banyak pula yang minta kutukan bagi orang lain yang dibencinya
Kuil Thian ho tang berada di luar dusun Mo-kim cung, sebuah dusun yang makmur karena tanah di pegununagn itu s ubur
Pe nduduknya semua petani dan mungkin kuil Thian ho-tang merupakan satu di antara sebab yang mendatangkan ketenteraman pada penduduk dusun itu
Selain tiga belas orang nikouw yang bekerja di kuil itu, melayani para pengunjung, terdapat pula seorang nikouw tua yang pekerjaannya hanya membaca kitab, berdoa dan bersamadhi saja
Para nikouw di kuil itu menyebutnya Lo Nikouw (Nikouw Tua) dan tidak pernah mengusiknya
Lo Nikouw berada di situ sejak dua tahun yang lalu dan ia tinggal di kuil itu sebagai tempat peristirahatan atau pertapaan, dan kehadirannya ini dibiayai oleh pute rinya yang tinggal di dusun Mo kim-cung
Puterinya bernama Sim Lan Ci, berusia tigapuluh dua tahun yang tinggal di dusun itu bersama suaminya bernama Coa Siang Lee, dan anak tunggal mereka bernama Coa Thian Ki yang berusia lima tahun
Mantu dan pute rinya itulah yang membawanya ke kuil, dan minta kepada para nikouw di situ untuk menerima nenek itu menjadi seorang nikouw dan bertapa di kuil itu
Mereka membiayai keperluan hidup nenek itu dengan sumbangan yang memadai sehingga biarpun Lo Nikouw tidak bekerja, namun para nikouw yang lain menghormatinya
Hal ini bukan saja karena Coa Siang Lee dan isterinya membiayai kebutuhan hidup Lo Nikouw, akan tetapi juga karena suami isteri itu terkenal di dusunnya dan di daerah sekitarnya sebagai suami isteri yang budiman
Mereka juga hidup sebagai petani sederhana, namun suami isteri itu te rkenal pandai ilmu pengobatan dan selalu meno long penduduk dusun itu yang menderita sakit, bahkan ada yang mengabarkan bahwa suami is teri itu selain budiman dan pandai mengobati, juga memiliki ilmu untuk menolak segala ancaman bahaya
Pernah dusun itu diganggu beberapa ekor harimau yang suka menerkam kambing milik para penghuni dusun
Setelah pada suatu malam suami isteri itu pergi menyelidik sedangkan para penghuni lain bersembunyi di dalam rumah karena takut, binatang-binatang buas itupun menghilang dan tidak pernah datang lagi
Tidak ada seorangpun penghuni yang tahu bahwa suami isteri itu sebetulnya memiliki ilmu kepandaian s ilat tinggi yang amat kuat! Andaikata para nikouw mengetahui, siapa sebetulnya Lo Nikouw yang tampak alim itu, tentu mereka akan merasa ngeri
Ibu dari Nyonya Coa Siang Lee yang mereka kenal sebagai Lo Nlkouw yang nampaknya le mah ini, pada dua tahun yang lalu masih merupakan seorang datuk sesat yang ditakuti orang dan berjuluk Ban tok Mo li (I blis wanita Selaksa Racun)
Dari nama julukannya sudah dapat diketahui bahwa ia adalah Iblis Betina yang amat kejam
Para pembaca kisah Naga Sakti Sungai Kuning te ntu mengenal siapa Ban-tok Moli, siapa pula puterinya dan mantunya itu
Ban-tok Mo li bernama Phang Bi Cu, seorang wanita yang berwajah cantik jelita namun berhati kejam
Bahkan setelah menjadi nlkouw di Thian ho-tong masih nampak bekas kecantikannya walaupun usianya sudah hampir enam puluh tahun
Dua tahun yang lalu, ia masih meraja lela, bersekongkol dengan orang-orang lihai lainnya di dunia sesat
Putrinya, Sim Lan Ci, walaupun putri seorang datuk sesat, namun tidak menjadi penjahat
Apalagi setelah Sim Lan Ci bertemu dan jatuh cinta dengan Coa Siang Lee
Ban tok Mo li menentang perjodohan putrinya dengan Coa Siang lee
Mereka nekat dan minggat meninggalkan Ban tok Mo li, kemudian hidup sebagai suami istri petani di dusun Mo kim cung, tidak lagi mencampuri urusan dunia persilatan
Kini mereka telah mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Coa Thian Ki, sudah berusia lima tahun
Karena suami isteri ini pernah menderita sengsara akibat kekerasan yang selalu terjadi dalam kehidupan para ahli silat, maka setelah mereka mempunyai seorang anak, mereka berdua bersepakat untuk tidak mengajarkan ilmu silat kepada Thian Ki, pute ra mereka
Mereka menganggap bahwa kehidupan seorang ahli silat penuh dengan perte ntangan, permusuhan dan perkelahian, balas membalas dan dendam mendendam
Mereka hendak menjauhkan anak mereka dari semua kekerasan itu, maka sejak kecil Thian Ki hanya belajar membaca menulis dan kebudayaan lain, akan tetapi sama sekali tidak pernah diperkenalkan dengan ilmu silat
Dalam ilmu silat, Coa Siang lee cukup lihai karena dia te lah mewarisi ilmu-ilmu dari He khouw-pang (Perkumpulan Harimau Hitam) dari kakeknya sendiri, Cou Song yang menjadi ketua Hok-houw-pang yang berada di dusun Ta-buncung dekat kota Po-yang sebelah utara sungai Huang ho di Propinsi Ho-nan
Adapun is terinya, Sim Lan Ci, bahkan lebih lihai lagi karena wanita ini adalah puteri dan murid Ban tok Mo li Phang Bi Cu, memiliki ilmu silat dari golongan sesat yang penuh tipu daya, bahkan juga menguasai pukulanpukulan yang mengandung hawa beracun
De mikianlah keadaan suami isteri ahli silat yang hidup te nte ram sebagai petani di dusun Mo-kimcung itu
Tak seorangpun penduduk dusun tahu bahwa suami isteri ini sesungguhnya merupakan orang-orang yang amat lihai sehingga tidak mengherankan kalau mereka dengan mudahnya dapat mengusir harimau-harimau yang mengusik dusun itu
Akan te tapi dua tahun yang lalu, ketika itu Thian Ki berusia tiga tahun muncullah pada suatu malam tanpa diketahui orang lain, Ban-tok Mo-li di dalam rumah keluarga itu
Dapat dibayangkan betapa kaget dan herannya suami isteri itu melihat munculnya orang yang tidak pernah mereka sangka akan datang berkunjung itu
Bagaimanapun juga, Ban tok Mo-li Phang Bi Cu adalah ibu kandung Sim Lan Ci, maka nyonya ini segera menghampiri ibunya dan mereka berangkulan
I bu......!
dan Sim Lan Ci menangis dalam rangkulan ibunya yang pernah mengusirnya karena ia hendak berjodoh dengan Coa Siang Lee
Sejak itu ia tidak pernah bertemu dengan Ibunya
Dan ia merasa heran akan tetapi juga te rharu ketika melihat bahwa ibunya juga menangis! Hampir ia tidak percaya ibunya menangis! Bahkan sejak ia kecilpun belum pernah ia melihat ibunya menangis
Akan tetapi kini ibunya menangis seperti anak kecil
Melihat ini Siang Lee yang berhati le mbut juga menjadi terharu, I bu mertuanya itu adalah seorang datuk sesat yang amat kejam seperti iblis
Kini menangis seperti anak kecil dan hal ini membuktikan bahwa ibu mertuanya itu te rnyata juga seorang wanita biasa yang berhati le mah dan cengeng
I bu, selamat datang di rumah kami.
Diapun memberi hormat, tidak mau mengingat lagi betapa dahulu Ban-tok Mo-li ingin membunuhnya karena dia meminang Lan Ci
Hanya karena Lan Ci melindunginya maka dia tidak sampai terbunuh oleh wanita iblis itu
Mendengar suara Siang Lee, nenek itu menghentikan tangisnya, melepaskan rangkulannya dan memandang kepada mantunya
Coa Siang Lee, kau maafkanlah sikapku dahulu kepadamu.
Kembali Siang Lee dan isterinya merasa terkejut dan heran
Sungguh te rjadi perubahan sikap yang luar biasa pada wanita itu! Dahulu, jangan harap Ban-tok Mo-li akan sudi minta maaf, apalagi kepada seorang muda yang menjadi mantunya! Siang Lee memberi hormat
Ibu, harap jangan ingat lagi urusan yang lalu
Mari silakan duduk, ibu.
Duduklah, ibu, dan ceritakan apa yang ibu kehe ndaki maka datang mengunjungi kami,
kata pula Lan Ci yang masih merasa heran, bahkan diam-diam ia rasa curiga
I a sudah mengenal benar bagaimana watak ibunya ini yang penuh kelicikan dan kekejaman! Ban-tok Mo-li duduk dan menghela napas panjang
Terbayanglah semua pengalaman yang pahit
Semenjak ditinggal pute rinya, ia berulang kali mengalami kegagalan
Bahkan yang te rakhir sekali ia nyaris tewas di tangan para pendekar ketika perkumpulan di mana ia menjadi ketuanya, yaitu Thian-te-pang, dibasmi oleh para pendekar
Ia menjadi putus asa, lalu melarikan diri ke rumah pute rinya yang selama ini tidak di akuinya lagi
Semua cita-citanya kandas dan ia hampir putus asa
Lan Ci, aku datang minta tolong kepada engkau dan suamimu.
Suami isteri itu s aling pandang
Hampir mereka tak dapat mempercayai pendengaran mereka
Bantok Mo-li minta tolong kepada mereka
Tentu saja, ibu
Kalau kami dapat membantumu, te ntu akan kami lakukan, ada apakah, ibu?
Aku sudah bosan dengan kehidupan lama
Hanya kegagalan, kehancuran dan kekecewaan saja yang kurasakan
Aku sudah muak, Lan Ci
Aku ingin beris tirahat, aku ingin hidup te nteram
Aku ingin........menebus dosadosaku dan menjadi nlkouw
Aku minta tolong agar kalian dapat mencarikan te mpat yang baik untukku
Aku ingin bertapa, aku ingin menjadi nikouw untuk mene bus dosa.
Nenek yang masih cantik itu menutupi mukanya dengan kedua tangan
Ia tidak berpura-pura dan jelas sekali bahwa ia memang sedang berduka dan te rtekan perasaannya
Suami isteri itu kembali saling pandang
Di luar dusun ini, tak jauh dari sini terdapat sebuah kuil yang dihuni beberapa orang nikouw, ibu
Kalau ibu suka............
Bagus!
Ban-tok Mo-li berseru
Usahakan agar aku dapat dite rima menjadi nikouw di sana dan dapat bertapa mengasingkan diri di sana.
De mikianlah, Siang Lee dan Lan Ci akhirnya berhasil membujuk para nikou w di Kuil Thian hotang untuk menerima Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu sebagai seorang nikouw dan bertapa di sebuah kamar belakang kuil itu
Mereka menerima dengan senang hati ketika mendengar bahwa yang akan menjadi nikouw adalah ibu dari Sim Lan Ci yang mereka kenal sangat dermawan dan baik hati, apa lagi karena suami isteri itu memberi biaya secukupnya untuk keperluan nikouw tua yang kini disebut Lo Nikouw (Pendeta Wanita Tua) itu
Lo Nikouw digunduli kepalanya dan mengenakan jubah pendeta
Kerjanya setiap hari hanyalah mempelajari agama, berdoa dan bersamadhi