Mestika Golok Naga Chapter 43

NIC

Jalan darah di pundak itu tertotok dengan cepat sekali oleh ujung tongkat. Im Seng Cu memang seorang ahli totok yang hebat, akan tetapi sekali ini dia terkejut, setengah mati melihat totokannya itu tidak merobohkan si pemuda, sebaliknya dengan Tai-lek-kim-kong-jiu Tiong Li menyerangnya dan menangkap tongkatnya. Demikian hebatnya pukulan kilat itu sehingga Im Seng Cu terpaksa melompat ke belakang dan melepaskan tongkatnya yang terampas oleh Tiong Li !. Kiranya ilmu I-kiong-hoan-hiat yang dapat memindahkan jalan darah dan menahan aliran darah itu membuat dia kebal terhadap totokan yang tepat mengenai jalan darah di pundaknya itu tidak mengenai jalan darah yang sudah dipindahkan, maka dia pun tidak terpengaruh.

"Siancai.....! Engkau memang hebat sekali, orang muda!" kata Im Seng Cu memuji dan dia menyambut ketika Tiong Li mengembalikan tongkatnya, lalu melangkah kebelakang dengan wajah agak basah oleh keringat. Meli hat ini, dua orang Tosu yang lain menjadi gembira bukan main. Pemuda itu dapat menandingi bahkan mengugguli Im Seng Cu, ini hebat!

Ban Hok Seng-jin lalu maju dan mencabut pedangnya. "Tan-sicu, pinto juga ingin sekali merasakan kelihaianmu. Akan tetapi karena pinto biasa menggunakan pedang, maka sekarangpun terpaksa pinto mempergunakan pedang. Harap kau orang muda suka menggunakan senjata pula, karena kalau bertangan kosong sungguh membuat pi nto merasa tidak enak."

"Koko, kau pergunakanlah pedangku ini!" Tiba-tiba Siang Hwi berkata sambil memberikan pedangnya kepada Tiong Li. Pemuda itu meragu. Kekasihnya adalah murid Ban-tok Sian-li maka pedangnya tentu pedang beracun dan dia tidak mau mempergunakan pedang beracun, akan tetapi untuk menolaknyapun dia merasa tidak enak terhadap kekasih nya. Agaknya Siang Hwi memaklumi keraguan kekasihnya, maka ia tersenyum manis dan berkata :

"Koko, jangan khawatir. Pedangku ini bersih!"

Tiong Li menjadi girang sekali dan tanpa ragu lagi dia menerima pedang itu, sebatang pedang yang terbuat dari baja yang baik sehingga mengkilat bersih. Tidak ada tanda-tanda bahwa pedang itu mengandung racun. Dia memegang pedang menghadapi Ban Hok Seng-ji n. "Kalau to-tiang memaksa hendak menguji ilmu pedang, silakan, to-tiang. Saya sudah bersiap!" katanya sambil melintangkan pedangnya di depan dada. Biarpun kelihatannya dia hanya melintang kan pedangnya depan dada bertemu dengan ujung jari tangan kiri nya yang juga berada di depan dada dengan lengan terlipat, namun sesungguhnya itu adalah sebuah pasangan dari ilmu pedang Hui-eng-kiam-hoat (ilmu Pedang Garuda Terbang), yaitu pasangan Garuda Melipat sayapnya.

"Bagus, kalau begitu sambutlah seranganku ini, orang muda!" bentak Ban Hok Seng-ji n yang sudah menyerang dengan sabetan pedangnya dari kiri ke kanan. Sepasang lengan yang membentuk sayap dilipat itu terbuka dan pedang di tangan Tiong Li menangkis. Pedang beradu beruntun sampai tiga kali dan mereka masing-masi ng menarik pedangnya untuk diperiksa.

Ternyata pedang tidak menjadi rusak hanya Ban Hok Sen-ji n merasa betapa tangannya tergetar keras. Maka dia lalu menyerang lebih hebat lagi. Pedangnya lenyap, bentuknya berubah menjadi sinar bergulung-gulung menyilaukan mata. Tosu ini memang seorang ahli pedang yang pandai sekali, Akan tetapi Tiong Li mengimbanginya dengan ilmu meri ngankan tubuh Jauw- sang-hui.

Tubuh pemuda yang memainkan ilmu pedang Hui- eng-kiam-hoat ini seperti berubah menjadi seekor burung walet yang amat lincah. Beterbangan ke sana sini di antara sambaran pedang lawan dan pedangnya sendiri pun digerakkan membalas dengan serangan yang tidak kalah hebatnya.

Terjadi saling serang dengan hebatnya, ditonton dua orang tosu dan juga Siang Hwi yang merasa semakin kagum kepada kekasihnya, ia melihat tubuh kekasihnya itu seperti berubah. menjadi bayangan yang berkelebatan di antara dua gulungan sinar pedang.

Tentu saja Tiong Li tidak ingin merobohkan atau melukai lawan maka dia mencari akal bagaimana untuk mencapai kemenangan tanpa harus melukai lawan. Akhirnya dia mendapatkan akal. Pada saat pedang lawan menusuk ke arah lehernya, dia memapak! dengan pedangnya dan mengerahkan si n-kang menyedot pedang itu sehi ngga pedang tosu itu melekat pada pedangnya. Diputarnya pedang itu dengan pengerahan sin-kang sehingga mau tidak mau pedang tosu itu ikut berputar. Pada saat kedua pedang berputar itulah, Tio ng LI menyerongku pedangnya dan menusuk ke depan, mengancam pergelangan tangan lawan!

Ban Hok Seng-jin terkejut bukan main ketika tahu-tahu pergelangan tangannya sudah terancam ujung pedang laan. Untuk meli ndungi pergelangan tangannya. terpaksa dia melepaskan pedang yang menempel pada pedang lawan itu dan melompat ke belakang!. Pedangnya masih menempel pada pedang Tiong Li yang kemudian mengambilnya dan menyodorkan kepada pemiliknya, mengembalikannya sambil berkata, "Terima kasih bahwa to-tiang telah mengalah kepada saya."

"Siancai ....... !" Ban Hok Seng-jin menerima kembali pedangnya dan memandang penuh kagum. "Belum pernah pinto bertemu tanding seperti engkau, orang muda. Kalau boleh pinto bertanya, ilmu pedang apakah yang kaumainkan itu?"

"Itu adalah Hui-eng-kiam-hwat, to-tiang."

"Hui-eng-kiam-hwat? Bukankah ilmu pedang itu menjadi ilmu Pek Hong Sa jin, pertapa di Pek-hong-san?" "Beliau adalah seorang di anta guru-guru saya, to- tiang."

"Siancai. ... ! Pantas engkau begitu lihai!" kata Ban Hok Seng-ji n kagum,"Dan siapakah guru-gurumu yang lain, orang muda?" ki ni Sin Gi Tosu yang bertubuh tinggi besar.

"Saya masih mempunyai dua orang guru lagi, to-tiang, yaitu Thian Kui lo-jin dan Tee Kui Lo-ji n."

"Wah, sepasang pendekar sakti dari puncak Ki lin- san? Bukan main!" seru Sin Gi Tosu sambil menyelipkan kebutannya di pinggangnya. "Kalau begitu pi nto tidak ingin mencoba ilmu silatmu, orang muda, karena Ilmu silatmu yang diajarkan oleh tiga orang sakti itu pasti hebat. Pinto ingin menguji ketangguhan tenagamu."

"Silakan, to-tiang," kata Tiong Li sambil mengembalikan pedang kepada Siang Hwi.

"Nah, sambutlah ini, orang muda!" kata Sin Gi Tosu sambil mendorong dengan kedua tangan terbuka ke depan, kearah dada Tiong Li. Pemuda itu melihat dorongan itu mengandung kekuatan yang hebat dan angin dahsyat menyambar, segera memasang kuda- kuda dan diapun menggerak kan kedua tangan terbuka ke depan dengan ilmu Thai-lek-kim-kong-ji u. Dua tenaga sin-kang amat kuat bertemu di udara dan keduanya seolah bertemu dengan di nding baja yang kuat. Keduanya saling dorong dan mengerahkan tenaga.

0o—dw—o0

Tiong Li maklum bahwa biarpun adu kepandaian seperti ini nampaknya tidak apa-apa karena tangan merekapun tidak saling menyentuh, akan tetapi sesungguhnya amatlah berbahaya. Kalau seorang di antara mereka sampai tidak kuat menahan dan tenaga yang lain terlanjur mendesak, maka yang tidak kuat itu dapat menderita luka parah!

Karena itu, diapun hanya bertahan saja dan tidak mau mendesak maju. Karena itu, Sin Gi Tosu merasa seolah- olah kedua telapak tangannya menolak sebuah bukit karang yang amat kokoh kuat. Betapapun dia mengerahkan tenaga, dia tidak mampu mendorong mundur kedua tangan pemuda itu. Sampai beberapa lamanya keduanya hanya saling bertahan dan perlahan- lahan muka Sin Gi Tosu menjadi kemerahan dan berkeringat. Dia merasa penasaran sekali. Dia yang sudah berlatih selama puluhan tahun, harus mengaku kalah terhadap seorang pemuda yang pantas menjadi cucunya? Dia lalu mengeluarkan suara bentakan panjang dan kedua tangannya mendorong sepenuh tenaga.

Tiong Li yang hanya bertahan, terdorong ke belakang, akan tetapi kedudukan kuda-kuda kakinya masih tetap tidak bergeming. Sebaliknya, Sin Gi Toso kehabisan tenaga dan dia terhuyung kedepa n, terengah-engah. Dia tidak sampai terluka karena Tiong Li tidak mendorongkan tenaganya, hanya terguncang karena tenaganya yang bertemu tenaga yang lebih kuat itu membalik. Cepat Sin Gi Tosu duduk bersila dan mengatu pernapasan untuk menjaga agar di dalam tubuhnya tidak sampai terluka. Kemudiian dia bangkit berdiri dan wajahnya penuh kagum.

Posting Komentar