Kisah Si Bangau Merah Chapter 11

NIC

"Teecu juga tidak tahu bagaimana Adik Sian Li bisa berada di dalam kuil itu, Subo...."

"Aku diajak naik perahu oleh Bibi baju merah. Ia baik sekali, Ibu. Kami menangkap ikan dan Bibi memasak ikan untukku. Enak sekali! Setelah turun dari perahu, kami berjalan-jalan ke lereng bukit dan memasuki kuil tua itu, Setelah malam menjadi gelap, aku ingin pulang, mengajaknya pulang dan.... dan.... aku lupa lagi, tertidur."

Sin Hong bertukar pandang dengan isterinya. Pantas usaha mereka mencari jejak gagal. Kiranya anak mereka dibawa naik perahu oleh penculiknya.

"Yo Han, kalau engkau tidak tahu bahwa Sian Li dibawa ke kuil tua itu, bagaimana engkau dapat langsung pergi ke sana?"

Sin Hong mendesak, memandang tajam penuh selidik. Yo Han menarik napas panjang dan menggeleng kepalanya.

"Teecu tidak tahu Suhu. Teecu membiarkan kaki berjalan tanpa tujuan, ke mana saja untuk mencari adik Sian Li. Dan tahu-tahu teecu tiba di sana dan menemukan mereka."

"Tapi, bagaimana penculik itu membiarkan engkau mengajak Sian Li pulang? Bagaimana engkau dapat menundukkannya?"

Hong Li bertanya, semakin heran dan merasa bulu tengkuknya meremang karena ia mulai merasa bahwa ada "sesuatu"

Yang ajaib telah terjadi pada diri muridnya itu. Yo Han tersenyum memandang subonya, lalu memandang suhunya.

"Teecu membujuknya untuk membiarkan teecu membawa adik Sian Li pulang. Ia tidak tahu bahwa adik Sian Li adalah puteri Suhu dan Subo. Teecu beritahu kepadanya dan mengatakan bahwa kalau ia tidak mengembalikan Sian Li, tentu Suhu dan Subo akan dapat menemukannya dan ia akan celaka. Teecu mengatakan bahwa kalau ia mau menyerahkan kembali Sian Li, teecu yang akan menggantikan adik Sian Li menjadi muridnya, menjadi pelayannya, dan ikut dengannya. Nah, ia setuju dan teecu membawa adik Sian Li, pulang. Akan tetapi teecu harus segera kembali kepadanya. Ia masih menunggu teecu di tepi sungai...."

"Yo Han! Engkau hendak ikut dengan penculik itu? Ah, aku tidak akan membiarkan! Menjadi murid seorang penculik jahat? Tidak boleh!"

Kata Hong Li marah.

"Aku bahkan akan menghajar iblis itu!"

Kao Hong Li sudah meloncat dengan marah, akan tetapi gerakannya terhenti ketika terdengar Yo Han berseru,

"Subo, jangan!"

"Hah? Iblis itu menculik anakku, kemudian menukarnya dengan engkau untuk dibawa pergi. Dan engkau melarang aku untuk menghajar iblis itu?"

"Maaf, Subo. Apakah Subo ingin melihat murid Subo menjadi seorang rendah yang melanggar janjinya sendiri, menjilat ludah yang sudah dikeluarkan dari mulut?"

"Ehhh....? Apa maksudmu?"

"Subo, bagaimanapun juga, teecu (murid) adalah murid Subo. Teecu sudah berjanji kepada wanita berpakaian merah itu bahwa setelah teecu mengantar Sian Li pulang, teecu akan kembali kepadanya dan menjadi muridnya, pergi ikut dengannya. Kalau teecu sudah berjanji, lalu sekarang teecu tidak kembali kepadanya, bahkan Subo akan menghajarnya, bukankah berarti teecu melanggar janji sendiri?"

"Tidak peduli akan janjimu itu! Engkau tidak perlu melanggar janji, engkau pergilah kepadanya. Akan tetapi aku tetap saja akan menemuinya dan menghajarnya!"

Kata Hong Li dengan marah.

"Subo!"

Kata pula Yo Han dan suaranya tegas.

"Kenapa Subo hendak menghajar wanita itu? Kalau Subo melakukan itu, berarti Subo jahat!"

"Ehhh?"

Hong Li terbelalak memandang kepada anak itu.

"Yo Han!"

Kata pula Sin Hong.

"Subomu hendak menghajar penculik kenapa engkau katakan jahat?"

Dia bertanya hanya karena ingin tahu isi hati anak itu yang amat dikaguminya sejak dia tadi mendengarkan kata-kata anak itu kepada isterinya.

"Suhu, wanita berpakaian merah itu memang benar tadinya hendak melarikan Sian Li, akan tetapi ia bersikap baik terhadap Sian Li, dan ia melarikannya, karena ingin mengambilnya sebagai murid. Ia sayang kepada Sian Li. Kemudian, teecu menemukannya dan teecu membujuk agar ia mengembalikan Sian Li. Dan ia sudah memperbolehkan Sian Li teecu bawa pulang. Teecu sendiri yang berjanji untuk ikut dengannya. Kalau sekarang Subo dan Suhu menghajarnya, bukankah itu sama sekali tidak benar?"

Sin Hong memberi isarat dengan pandang matanya kepada isterinya lalu menarik napas panjang dan berkata kepada muridnya itu.

"Baiklah kalau begitu, Yo Han. Kami tentu saja tidak menghendaki engkau menjadi seorang yang melanggar janjimu sendiri. Engkau sudah yakin ingin menjadi murid wanita itu? Kalau engkau ingin memperoleh guru yang baik, tempat tinggal yang lain, kami sanggup mencarikannya yang amat baik untukmu."

Yo Han menggeleng kepalanya.

"Tidak Suhu. Teecu akan ikut dengan wanita itu seperti telah teecu janjikan. Teecu akan berangkat sekarang juga agar ia tidak terlalu lama menunggu."

Dia lalu pergi ke dalam kamarnya, mengambil buntalan pakaian yang memang telah, dia persiapkan semalam. Memang semalam dia sudah merencanakan untuk pergi meninggalkan rumah itu, akan tetapi karena hatinya terasa berat meninggalkan Sian Li, pagi itu ia ingin menyenangkan Sian Li dengan mengajaknya bermain-main di tepi sungai sebelum dia pergi. Suami isteri itu juga merasa heran melihat demikian cepatnya Yo Han mengumpulkan pakaiannya karena sebentar saja anak itu sudah menghadap mereka kembali. Yo Han menjatuhkan diri berlutut di depan kedua orang gurunya.

"Suhu dan Subo, teecu menghaturkan terima kasih atas segala budi kebaikan yang telah dilimpahkan kepada teecu, terima kasih atas kasih sayang yang telah dicurahkan kepada teecu. Dan teecu mohon maaf apabila selama ini teecu melakukan banyak kesalahan dan membuat Suhu dan Subo menjadi kecewa. Teecu mohon diri, Suhu dan Subo"

Suaranya tegas dan sikapnya tenang, sama sekali tidak nampak dia berduka, tidak hanyut oleh perasaan haru.

"Baiklah, Yo Han. Kalau memang ini kehendakmu. Dan berhati-hatilah engkau menjaga dirimu,"

Kata Sin Hong.

"Setiap waktu kalau engkau menghendaki, kami akan menerimamu kembali dengan hati dan tangan terbuka, Yo Han,"

Kata pula Kao Hong Li, dengan hati terharu. Terasa benar ia betapa ia menya-yang murid itu seperti kepada adik atau anak sendiri.

"Terima kasih, Suhu dan Subo"

Yo Han membalik-kan tubuhnya dan hendak pergi.

"Suheng, aku ikut....!"

Tiba-tiba Sian Li yang sejak tadi melihat dan mendengarkan saja tanpa mengerti benar apa yang mereka bicarakan, kini turun dari pangkuan ibunya dan berlari menghampiri Yo Han. Yo Han memondong anak itu dan mencium kedua pipi dan dahinya, lalu menurunkannya kembali.

"Sian Li, aku mau pergi dulu, engkau tidak boleh ikut. Engkau bersama ayah dan ibumu di sini. Kelak kita akan bertemu kembali, adikku."

Dan dengan cepat Yo Han lari meninggalkan anak itu, tidak tega mendengar ratap tangisnya dan melihat wajahnya.

"Suheng! Aku ikut...., aku ikut....!"

Anak itu merengek walaupun tidak menangis, dan terpaksa Sin Hong memondong-nya karena anak itu hendak lari mengejar Yo Han.

"Hemm, aku mau melihat siapa iblis betina itu!"

Hong Li sudah meloncat keluar dan Sin Hong yang memondong anaknya hanya menggeleng kepala, lalu melangkah keluar pula dengan Sian Li di pondongannya. Yo Han berlari-lari menuju sungai. Dia tidak ingin wanita berpakaian merah itu mengira dia melanggar janji. Dan benar saja, ketika dia tiba di tepi sungai, wanita itu tidak lagi berada di dalam perahu, melainkan sudah duduk di tepi sungai dengan wajah tidak sabar. Perahunya berada di tepi sungai pula, agaknya sudah ditariknya ke darat. Melihat Yo Han datang berlari membawa buntalan, wajah yang tadinya cemberut itu tersenyum.

"Hemm, kusangka engkau membohongiku! Kiranya engkau datang pula!"

Yo Han juga cemberut ketika dia sudah berdiri di depan wanita itu.

"Sudah kukatakan, aku bukan seorang yang suka melanggar janji. Aku harus berpamit dulu kepada Suhu dan Suboku, dan mengambil pakaianku ini."

"Andaikata engkau menipuku sekalipun engkau tidak akan terlepas dari tanganku Hayo kita berangkat!"

Kata Ang I Moli Tee Kui Cu.

"Tahan dulu...!"

Bentakan merdu dan nyaring ini mengandung getaran dan wibawa yang amat kuat sehingga Ang I Moli terkejut sekali dan cepat ia membalikkan tubuh. Kiranya di depannya telah berdiri seorang wanita cantik dan gagah, berusia kurang lebih dua puluh enam tahun. Wajahnya bulat telur, matanya lebar dan indah jeli, sinarnya tajam menembus.

"Subo....!"

Yo Han berseru melihat wanita cantik itu.

"Diam kau!"

Kao Hong Li membentak muridnya, matanya tidak pernah melepaskan wajah wanita berpakaian merah. Ia belum pernah melihat wanita itu dan memperhatikannya dengan seksama. Wajah yang cantik itu putih oleh bantuan bedak tebal, nampak cantik seperti gambar oleh bantuan pemerah bibir dan pipi, dan penghitam alis. Pakaiannya yang serba merah ketat itu menempel tubuh yang ramping dan seksi, dengan pinggulnya yang bulat besar. Mendengar Yo Han menyebut subo kepada wanita muda ini. Ang I Moli terkejut. Tak disangkanya subo dari anak itu masih demikian mudanya. Jadi inikah cucu dari Naga Sakti Gurun Pasir, pikirnya.

"Hemmm, siapakah engkau dan mengapa engkau menahan kami?"

Ang I Moli bertanya, senyumnya mengandung ejekan dan memandang rendah.

"Aku Kao Hong Li, ibu dari anak perempuan yang kau culik!"

Jawab Hong Li, juga sikapnya tenang, akan tetapi sepasang mata yang tajam itu bersinar marah

"Siapakah engkau ini iblis betina yang berani mencoba-coba untuk menculik anakku kemudian membujuk murid kami untuk ikut denganmu? Jawab, dan jangan mati tanpa nama!"

Sikap garang Kao Hong Li sedikit banyak menguncupkan hati Ang I Moli. Ia seorang tokoh sesat yang tidak mengenal takut dan memandang rendah orang lain, akan tetapi ia teringat akan ancaman Yo Han tadi bahwa wanita ini adalah cucu Naga Sakti Gurun Pasir, bahkan suaminya adalah Si Bangau Putih yang namanya amat terkenal itu.

"Hemm, bocah sombong. Jangan mengira bahwa aku Ang I Moli takut mendengar gertakanmu."

Ia membesarkan hatinya sendiri.

"Aku tidak menculik, puterimu, hanya mengajaknya bermain-main. Dan tentang bocah ini, dia sendiri yang ingin ikut aku menjadi muridku. Kalau, tidak percaya tanya saja kepada anak itu."

"Subo, memang teecu sendiri yang ingin ikut dengan Bibi ini. Harap Subo jangan mengganggunya!"

Posting Komentar