Istana Pulau Es Chapter 36

NIC

Akan tetapi, tak mungkin dia dapat melupakan hal yang mengecewakan hatinya, yaitu tentang Sung Hong Kwi yang akan dikawinkan dengan Raja Yucen. Kalau teringat kepada kekasihnya, Mau tidak mau Han Ki termenung. Hanya kelincahan Maya saja yang selalu membuyarkan kedukaan ini dan mendatangkan kegembiraan di hatinya. Sementara itu, rombongan telah melakukan perjalanan jauh dan pada suatu hari mereka memasuki sebuah hutan besar disebelah utara tapal batas kota raja. Hutan ini sudah lama terkenal sebagai daerah yang berbahaya karena di situ sering kali dihuni oleh perampok-perampok ganas yang menghadang perjalanan yang menghubungkan kota raja dengan daerah utara. Khu Tek San yang mengenal daerah ini segera memperingatkan para piauwsu. Para piauwsu itu tertawa dan berkata,

"Setelah kami ditemani oleh Khu ciangkun, masa perlu takut menghadapi gangguan perampok? Nama Gin to Piauw kiok bukan tidak terkenal di antara kaum liok lim dan kang ouw. Sungguh kebetulan sekali kami bertemu dengan Ciangkun, pertemuan yang menguntungkan kedua pihak, karena kita dapat bekerja sama saling bantu, bukan? Keselamatan barang kawalan kami, dan keselamatan dua orang keluarga Ciangkun, dapat sama sama kita lindungi!"

Mendengar ini, Khu Tek San hanya mengangguk angguk, di hatinya merasa geli karena ia tahu bahwa para piauwsu ini memandang rendah kepada Kam Han Ki yang dianggapnya sebagai orang yang patut dilindungi!

Han Ki yang berada agak jauh dari mereka, dengan pendengarannya yang tajam sekali, juga mendengar kata kata permimpin piauwsu, akan tetapi dia tidak peduli dan melanjutkan percakapannya dengan Maya sambil menjalankan kuda perlahan lahan. Matahari telah naik tinggi ketika mereka tiba di sebuah tikungan dan tiba-tiba terdengar suara lengkingan lengkingan panjang dari depan, kanan dan kiri tempat itu. Para piauwsu cepat menghentikan kereta kawalan mereka, mencabut golok dan siap karena mereka maklum bahwa suara itu adalah tanda-tanda yang dikeluarkan oleh para perampok. Dengan golok di tangan, tujuh orang piauwsu itu kelihatan gagah sekali. Golok mereka terbuat dari pada perak, mengkilap putih tertimpa sinar matahari.

Tangan kiri bertolak pinggang, tangan kanan memegang golok melintang depan dada, kedua kaki berdiri tegak di kanan kiri agak melebar mata mereka bergerak gerak mengerling ke kanan kiri penuh kewaspadaan. Melihat semua piauwsu telah turun dari kuda, Khu Tek San juga. meloncat turun dan menggiring semua kuda mereka ke pinggir, mencancangnya pada pohon. Kam Han Ki bersikap tidak peduli, malah membawa kudanya ke kanan. meloncat turun dan duduk di atas batu di bawah pohon, menunduk. Maya memandang tegang kepada para piauwsu gadis cilik ini pun maklum bahwa tentu akan terjadi serbuan para perampok, maka dia juga turun dari kuda, mengikat kendali kudanya dan kuda Han Ki di pohon, kemudian ia berdiri tak jauh dari Han Ki,

Jantungnya berdebar karena dia ingin sekali melihat bagaimana sepak terjang Khu Tek San dan Han Ki. Akan tetapi, dia kecewa rmelihat Han Ki sama sekali tidak ambil peduli, bahkan kini pemuda itu menundukkan mukanya seperti orang mengantuk! Suara suitan melengking makin berisik dan dekat, kemudian muncullah dua puluh orang lebih yang dipimpin oleh seorang laki laki berjubah berwarna merah, mukanya brewok dan matanya lebar dan liar seperti mata singa! Berbeda dengan para anak buahnya yang semua memakai topi kain dikerudungkan di atas kepala sampai menutupi leher, pemimpin itu sendiri tidak bertopi, rambutnya yang panjang diikat ke belakang dan kalau semua anak buahnya memegang senjata pedang, golok atau tombak, Si Pemimpin ini bertangan kosong dan sikapnya angkuh sekali.

Khu Tek San yang melihat dandanan para perampok, segera dapat menduga bahwa mereka bukanlah perampok perampok biasa, melainkan pasukan yang terlatih, pasukan yang memakai pakaian seragam. Dia tidak tahu dan tidak dapat menduga, entah dari mana datangnya pasukan itu yang kini telah menjadi gerombolan perampok. Akan tetapi Maya dapat mengenal mereka sebagai suku bangsa Kerait yang terkenal ganas dan kejam kalau sudah berperang melawan musuh! Dan memang dugaan Maya ini benar. Pasukan yang kini telah berubah menjadi gerombolan perampok itu adalah bekas pasukan Kerait yang terpukul hancur oleh pasukan Mongol. Sisa pasukan yang cerai berai itu kemudian dipimpin oleh kakek brewok ini dan menjadi gerombolan perampok yang ganas.

"Ha ha ha ha! Segerobak benda benda berharga yang berat! Dan dijaga oleh tujuh orang piauwsu Gin to Piauwkiok! Bagus! Bagus! Selain kami dapat bertanding secara menggembirakan, juga akan mendapat hadiah segerobak harta!"

Kakek Brewok berjubah merah itu tertawa bergelak. Permimpin piauwsu melangkah maju, menjura dan berkata.

"Maaf, sobat. Kami adalah piauwsu piauwsu Gin to Piauwkiok yang selamanya tidak permah bentrok dengan sobat sobat dari liok lim. Karena kami tidak pernah mendengar namamu maka tidak tahu dan lewat tanpa memberi kabar lebih dulu. Harap suka memaafkan dan suka memperkenalkan namamu agar kami dapat mengirim bingkisan kehormatan. Aku yang mermimpin rombongan ini dan namaku adalah Chi Kan."

Si Brewok itu mengelus jenggotnya yang pendek akan tetapi memenuhi mukanya itu, tangan kirinya bertolak pinggang. la mengangguk angguk dan berkata dengan suara nyaring, matanya yang lebar melirik lirik ke arah kereta, kemudian ke arah Maya yang berdiri tenang.

"Bagus! Bagus! Gin to Plauw kiok memang dapat menghargai persahabatan! Kami pun bukan orang-orang yang tak tahu Kebaikan orang, maka kami tidak akan mengganggu kalian asal kalian meninggalkan kereta dan gadis itu untuk kami. Nyawa kalian sembilan orang di tukar dengan segerobak benda mati dan seorang gadis kecil mungil. Sudah cukup adil dan menguntungkan bagi kalian, bukan?"

Jawaban ini tentu saja merupakan jawaban yang sengaja mencari perkara, maka Chi Kan, pemimpin piauwsu itu menjadi merah mukanya. Dengan sikap gagah ia berkata,

"Hemm, agaknya kalian hendak memilih jalan keras. Baiklah perkenalkan namamu dan nama gerombolanmu sebelum kami mengambil keputusan atas permintaanmu tadi."

Si Brewok kembali tertawa sambil menengadahkan mukanya ke langit.

"Ha-ha ha! Pantas kalau kalian belum mengenalku, memang perang dan kekacauan yang merobah kami menjadi begini! Aku adalah bekas perwira pasukan Kerait dan mereka ini adalah anak buahku!"

"Ah, kalau begitu lebih baik lagi! Sebagai seorang perwira Kerait yang tidak memusuhi Kerajaan Sung, tidak boleh engkau mengganggu barang kawalanku. Hendaknya diketahui bahwa barang-barang ini adalah barang sumbangan dari pedagang dan pembesar setempat untuk pernikahan puteri Kaisar dengan Raja Yucen!"

Kata Chi Kan yang hendak menggunakan nama Kerajaan Sung dan Yucen untuk mengundurkan orang orang Kerait itu tanpa pertempuran. Akan tetapi, permimpin rombongan piauwski ini kecelik karena orang brewokan itu tertawa bergelak mendengar ucapannya dan menjawab.

"Kebetulan sekali kalau begitu! Bangsa Yucen adalah musuh kami, dan Kerajaan Sung bukanlah sahabat kami. Serahkan saja gerobak itu dan gadis cilik itu, dan kalian boleh pergi dengan aman!"

"Perampok busuk!"

Chi Kan menjadi marah sekali dan tampak sinar berkilauan ketika golok peraknya menyambar ke arah leher Si Brewok, mengeluarkan angin yang berdesingan bunyinya. Kakek bangsa Kerait itu sambil tertawa miringkan tubuhnya dan tangan kirinya bergerak cepat menangkis ke arah sinar putih itu dengan jari terbuka.

"Krekkk!!"

Chi Kan terkejut bukan main dan sambil berseru kaget ia meloncat ke belakang, memandang golok peraknya yang sudah patah! Dia adalah murid kepala dari Gin to Piauw kiok, akan tetapi dalam segebrakan saja orang Kerait itu telah mematahkan goloknya hanya dengan tangkisan tangan kosong! Sekarang dapat dimengerti mengapa bekas perwira Kerait itu berani maju dengan tangan kosong, kiranya tangannya itu memiliki keampuhan melebihi golok atau pedang!

"Ha ha ha, bangsa piauwsu rendahan berani membantah perintahku?"

Orang brewok itu berkata sambil tertawa.

"Aku adalah Ganya, jagoan Kerait yang belum permah bertemu tanding!"

Para piauwsu menjadi gentar, akan tetapi mereka tentu saja tidak akan menyerahkan gerobak yang mereka kawal dan akan melindunginya dengan nyawa mereka. Adapun Khu Tek San yang menyaksikan kelihaian orang Kerait yang bernama Ganya itu dan mendengar namanya, teringatlah ia karena ketika ia menjadi panglima di Yucen, pernah ia mendengar narma ini yang kabarnya memiliki kepandaian hebat dan tenaga yang luar biasa. la maklum bahwa para piauwsu takkan marmpu menang menghadapi orang kuat itu, maka ia meloncat maju dan membentak

"Manusia sombong, akulah lawanmu!"

Sambil meloncat, Khu Tek San sudah mengeluarkan senjatanya yang ampuh, yaitu sebuah kipas! Sebagai murid Menteri Kam Liong, tentu saja ia mewarisi ilmu silat yang ampuh ini. Di antara keturunan Suling Emas, yang menuruni kedua ilmu silat sakti pendekar itu hanyalah Menteri Kam Liong, yaitu ilmu silat suling emas Pat sian Kiam sut (Ilmu Pedang Delapan Dewa) dan Ilmu Silat Lo hai San hoat (1lmu Kipas Pengacau Lautan).

Karena kedua ilmu ini adalah ilmu yang hebat hebat dan sukar dipelajari, maka Khu Tek San hanya memperdalam ilmu kipasnya saja sehingga dia menjadi seorang ahli ilmu silat kipas Lohai San hoat. Ilmu silat Lo hai San hoat ini bukanlah ilmu sembarangan. Biarpun hanya dimainkan dengan sebuah kipas, namun kipas itu lebih berbahaya daripada senjata tajam yang bagaimanapun juga. Gagang dan batang batang kipas itu merupakan alat alat penotok jalan darah yang banyak jumlahnya, sedangkan kain kipasnya sendiri dapat dikebutkan dan mendatangkan angin yang mengacaukan lawan. Terbuka maupun tertutup kipas itu dapat menjadi alat penyerang maupun penangkis yang ampuh, apalagi kalau dimmainkan oleh seorang ahli seperti Khu Tek San yang memiliki limu kepandaian hebat! Begitu mellhat senjata aneh ini menyarmbar, Ganya berseru kaget dan sebagai seorang berilmu tinggi, dia pun sudah mengerti akan kehebatan lawan.

Maka tidak seperti tadi, kini dia sama sekaii tidak berani menangkis hanya mengelak kemudian kedua tangannya bergerak, yang kiri menangkis lengan lawan yang memegang kipas karena dia tidak berani menangkis kipasnya, yang kanan mencengkeram ke arah muka lawan. Gerakannya cepat dan mantap tanda bahwa kepandaiannya memang tinggi dan tenaganya besar. Melihat cara lawan mengelak dan balas menyerang. Khu Tek San berlaku hati hati. Dia maklum bahwa lawannya memang benar benar hebat, maka ia membalikkan kipasnya dengan permutaran pergelangan tangan, menggunakan ujung cabang kipas menotok telapak tangan kiri Si Brewok, sedangkan lengan kirinya sengaja ia gerakkan menangkis cengkeraman tangan kanan Ganya.

"Dukkk!"

Ganya dapat menyelamatkan tangan kirinya yang tertotok, akan tetapi dia sengaja mengadu lengan kanannya dengan lengan kir lawan. Dua buah lengan yang sama kuat dan mengandung getaran tenaga sin kang bertemu, membuat keduanya terhuyung ke belakang! Ganya memandang terbelalak dan kaget, sebaliknya Khu Tek San mermandang kagum. Jarang ada orang yang dapat mengimbangi tenaga sin kangnya, akan tetapi lawan ini agaknya tidak kalah kuat olehnya. Maka ia menerjang lagi dan terjadilah pertandingan yang amat dahsyat dan seru antara kedua orang gagah itu. Melihat betapa pemimpin mereka sudah bertanding anak buah perampok itu berteriak dan maju menyerbu, disambut oleh Chi Kan yang sudah mengambil senjata baru dan enam orang temannya.

Perang kecil terjadi dengan ramainya, senjata tajam berdencingan bertemu lawan, teriakan teriakan dan maki makian saling susul menyeling suara berdebuknya kaki mereka yang sedang bertanding mengadu nyawa. Maya berdiri memandang dengan kagum ke arah Khu Tek San. Hebat memang penolongnya itu, permainan kipasnya indah sekali dan gerakannya armat kuat. Akan tetapi ia menjadi gemas dan penasaran melihat betapa Kam Han Ki masih saja duduk di atas batu di bawah pohon seperti tadi, malah kini pemuda itu menggigiti rumput yang dicabutnya dari dekat kakinya, duduk menggigiti batang rumput sambil termenung dengan alis berkerut. Memang saat itu Han Ki kembali teringat akan kekasihnya yang makin sering diingatnya setelah perjalanan mendekati kota raja.

"Eh, kenapa engkau malah melamun saja?"

Posting Komentar