Golok Sakti Chapter 53

NIC

"Ya, aku heran sekali, dia betul betul mati. Apakah dia mati karena serangan ganas si nikow

tadi?"

"Ya, sudah tentu karena serangan nikow itu. Dia menyerang dengan kejam kearahku dan kearah Tiong Jong dengan berbareng. Aku tidak bisa melindunginya dari sebab aku sendiri juga repot untuk menghindari serangan si nikouw."

"Ha ha ha..." Kim Toa Lip tertawa.

" Dalam hal ini, mana dapat orang menyalahkan padamu. Kau tak usah kuatir orang akan mencelamu?"

Setelah berkata. Kim Toa Lip lalu turun mendekati Ho Tiong Jong yang ketika itu dapatan masih dirantai pada sebuah tiang batu. Ia meneliti sejenak. tiba-tiba ia menghela napas.

"Sungguh sayang orang ini mati konyol. Tulang-tulang bakatnya untuk menjadi satu akhii silat bagus sekali. Dalam seratus tahun belum tentu ada muncul satu orang yang mempunyai bakat seperti dia bagusnya."

Sampai disini tiba-tiba ia seperti ingat sesuatu setelah menatap wajahnya Ho Tiong Jong, lalu berkata lagi kepada co Tong Kang.

"Hei, co Hiante, kau tentu tahu. orang ini pada lima tahun yang lalu pernah datang ke- rumah ku, dia telah mendapat hadiah pelajaran delapan belas jurus ilmu golok keramat dari Siauw-lim pay. cuma sayang, baru dua belas jurus, ia sudah meninggalkan rumah kami"

"Bagaimana dia dapat hadiah begitu mudah, apakah dia sudah berbuat jasa?"

"Duduknya perkara sederhana saja. Gara-gara boneka anakku Hong Jie kecemplung ke-dalam sawah, dia yang telah menolong ambilkan. Hong Jie sudah merasa sangat berterima kas ih kepadanya dan merasa kalau dia dalam keadaan kedinginan- Maka atas desakan Hong Jie pada ayahku, maka ia diberi hadiah ilmu golok terkenal itu."

"Tapi kenapa dia baru belajar dua belas jurus sudah meninggalkan rumah toako?"

"Kau tentu kenal tabeat ayahku, yang paling suka dengan kebersihan. Waktu itu Tiong Jong masih merupakan anak gelandangan, Ayahku meskipun benar memberi pelajaran dengan sungguh sungguh, tapi beliau sikapnya agak dingin terhadapnya. Sedang Tiong Jong bertabeat angkuh, tidak bisa terima perlakuan ayahku itu. Keduanya tidak cocok. maka ketika Tiong Jong disuruh pulang dahulu setahun untuk melatih dalam peraktek apa yang diajarkan dan diminta kembali setelah tempo setahun itu, ternyata dia tidak balik kembali Jadi masih ada enam jurus ilmu yang lihay itu belum diturunkan kepadanya. Sungguh sayang sekali."

co Tong Kang menganggukkan kepalanya. "Memang harus dibuat sayang " ia menggrendeng.

"Ayahku sebenarnya tahu bahwa bakat Tiong Jong sangat bagus, sukar didapatkan yang keduanya, akan tetapi karena tabeatnya pun ada luar biasa, maka ketika Tiong Jong tidak kembali lagi beliau sudah tidak mau ambil pusing lagi."

"Sayang." kata co Tong Kang.

"Aku tidak nyana, setelah lima tahun berselang Tiong Jong berubah demikian rupa. Kalau waktu itu dia sudah begini gagah, tentu ia sudah diangkat menjadi wakil dari Kim pocu."

co Tong Kang hanya anggukkan kepala dan mengikuti Kim Toa Lip naik tangga lagi dan keluar dari kamar tahanan itu.

sebelum melangkah pintu, Kim Toa Lip berkata co Tong Kang.

"Eh, hal kematian Tiong Jong sebaiknya ditutup pada rapat-rapat, jangan sampai tersiar keluar, sebab darinya kita bisa gunakan sebagai umpan untuk membasmi musuh kita."

"Mana bisa," jawab co Tong Kihg. "Kita bisa menutup rahasia ini, tapi ceng ciauw Nikouw bagaimana? Dia tentu tak dapat merahasiakan, apalagi senjata rahasianya yang mengambil jiwanya Tiong Jong tentu dia akan suruh orang minta kembali bersama dengan yang aku sudah punahkan dengan senjataku."

Kim Toa Lip jadi melongo.

Pikirnya, betul juga soal kematiannya Ho Tiong Jong itu sukar dirahasiakan berhubung cong ciauw Nikow sudah mengetahuinya.

"Ya, apa mau dikata." akhirnya ia berkata. "Tapi baiknya kau tidak sampai membunuh ceng ciauw Nikow, kalau sampai kejadian demikian, wah, bisa runyam kita meladeni suhunya yang tentu tidak mau mengerti. Harap saja dia pulang ke kiauw teng Kit-sin-san tidak berurusan lagi dengan kita."

Sambil berjalan mereka bercakap-cakap. dengan tidak terasa sudah sampai ke pintu gerbang dari tempat tahannan itu.

"Nah, sampai disini saja kita berpisah." kata co Tong Kang. "Aku-harus bertugas, harap toako saja yang menyampaikan apa yang telah terjadi disini kepada Seng Pocu."

Kim Toa Lip anggukkan kepalanya. Setelah Pocu dari Kim-Liong-po itu berlalu, co Tong Kang lalu balik lagi ketempatnya dengan mengambil jalan dari pintu rahasia.

Kim Toa Lip juga melalui jalanan rahasia sampai kerumahnya Seng Pocu, yang saat itu sedang duduk dikursi kebesaran berunding dengan empat anak muda, dua yalah laki laki, dan dua anak perempuan-

Munculnya Kim Toa Lip telah membikin satu antaranya dua pemudi tadi berjingkrak kegirangan dan lari menubruk pada Kim Toa Lip. dengan roman yang aleman telah menyenderkan kepalanya didadanya Kim Pocu.

"Ayah, kau baru datang? kemana saja kau pergi?" Pemudi itu bukan lain Kim Hong Jie adanya.

Sebagai anak yang di manjakan, kelihatannya Kim Hong Jie tidak malu malu lagi di-depan orang menggelendot terus dan nyerocos bicara pada ayahnya.

"Hai, kau ini budak kecil memang paling aleman, apakah kau tidak malu dilihat oleh orang orang yang ada disini? Kau toch sudah bukan gadis cilik lagi?"

Demikian sang ayah menegur, tapi dengan suara menyayang dan Ia antapkan anaknya menggelendot didadanya yang lebar. Tangannya juga tidak tinggal diam, telah mengusap usap rambutnya si nona yang hitam sangat halus.

Seng Eng yang melihatnya telah tertawa gelak-gelak. "Hong Jie anak tunggal, tentu saja dia kolokan- Asal tahan saja yang menjadi ayah." katanya.

Nona Kim cemberut dikatakan anak kolokan matanya mengerling penasaran kepada Seng Pocu yang ganda tertawa saja kelakuannya, hingga nona Kim kewalahan dan ia juga turut ketawa gembira.

"Ayah." katanya, "kau baru datang, disini banyak urusan-.."

"Aku tahu semua." memotong sang ayah ketawa.

Kim Hong Jie deliki matanya. "Ayah memang begitu, orang ngomong belum habis sudah main potong saja" kata sinona agak cemberut.

"Habis, apa yang mau kau katakan lagi, semua aku sudah tahu." jawab ayahnya.

"Ayah..." si nona urung melanjutkan bicaranya karena dipotong oleh Seng Eng yang berkata.

"Sudah, sudah Hong jie kau suka mau menang sendiri saja. Sedikit-sedikit mau debat dengan ayah sendiri, sebaiknya kita beritahukan kepada ayahmu kabar yang hangat menyangkut pada dirimu. Ha ha ha... "

"Hei. ada urusan apa dengan Hong jie?" tanya Kim Toa Lip.

Kim Hong Jie tundukkan kepalanya sambil buat main ujung bajunya.

"Hei, Hong jie, kau ini macam anak kecil saja. Ada apa urusan lekas cerita, kenapa malu-malu, apa memangnya rahasia?" Kim Toa Lip tegur anaknya sambil ketawa. Tapi Kim Hong Jie tidak menjawab, ia masih terus tundukkan kepalanya.

Kim Toa Lip jadi heran, lalu berpaling pada Seng Eng, matanya dikedipkan seakan-akan menanyakan ada urusan apa, tapi Seng Eng hanya ketawa saja juga Seng Giok cin kelihatan bersenyum-senyum mengawasi si nakal yang seperti kemalu-maluan-

"Baiklah," kata Kim Toa Lip tiba-tiba, "Kalian ada kabar penting belum mau menceritakan kepadaku. Sekarang aku juga ada punya kabar penting yang tidak mau diceritakan pada kalian sebelum kalian bercerita terlebih dahulu."

Kim Hong Jie yang dari tadi tundukan kepalanya, kini mendengar ayahnya ada kabar penting lantas dong akan mukanya yang cantik menarik. Dua sujennya memain memikat ketika ia bersenyum-senyum dan berkata pada ayahnya. "Ayah, tidak bisa. Ayah yang harus cerita lebih

dahulu."

"Mana bisa, kalian mau tutup rahasia, ayahmu juga mau tutup mulut. Ha ha ha... "

Kim Hong Jie sudah timbul lagi adatnya yang kolokan. Ia memeluk ayahnya dan mendesak. "Ayah yang baik, kau tentu tidak bikin kecewa anakmu yang hanya satu-satunya maka lekas ceritakanlah, ayah bawa kabar penting apa ?"

Kim coa Lip bohwat (kewalahan) melihat kelakuan anak tunggalnya ini.

"Betul adik Hong, kita dengar dahulu ayahmu cerita kabar pentingnya, baru sebentar kita beritahukan urusan itu." demikian co Goen Tiong menimbrung, tapi ia tak dapat melampiaskan bicaranya, karena Kim Hong Jie sudah pelototkan matanya.

Kim Toa Lip menyaksikan itu semua, kembali perdengarkan tertawanya yang terbahak-bahak. hingga nona Kim jadi tidak sabaran-

"Ayah, kau memangnya mau terus tutup mulut saja? HmmmA ayah jangan bikin Hong jie ngambek.. "

"Huaha." menyela k Seng Eng sambil ketawa.

"Ayah sih... " Kim Hong Jie mengerlingkan matanya dengan senyum urung pada ayahnya yang ketawa terbahak-bahak.

"Sudah, sudah." Seng Pocu berkata lagi, "ayoh, kau Goen Tiong yang menerangkan pada- Kim pekhu. "

co Goen Tiong tidak berlaku ayal. ia lalu ceritakan pada Kim Toa Lip tentang perlombaan yang dilakukan oleh tiga pemuda Khoe cong, In Kie seng dan Kong soe Tek, pergi ke tempatnya orang aneh dipuncak Si-ban-lenggoa Pek se ong-tong untuk mengambil Hwe giok guna dihadiahkan kepada Kim Hong Jie. Kim Toa Lip terkejut setelah mendengar co Goen Tiong cerita.

Mukanya berubah. "Sungguh berbahaya " ia menggrendeng, matanya melirik pada Seng Eng

dan berkata. "Itu ada perbuatan yang sangat berbahaya."

"Aku juga sedang memikirkan hal itu, tapi yang penting orang tua kukway itu harus disingkirkan jiwanya, karena dengan adanya dia kita tak leluasa bergerak." Demikian Seng Pocu menyatakan pikirannya .

"Masih bagus dia belum muncul," jawab Kim Pocu, "Kalau dia muncul rasanya runyam juga urusan kita. Tapi tidak apa, lihat saja nanti bagaimana perkembangannya, kita akan berusaha untuk mengatasinya. Tadi, ada nikouw tua dalam penjara air sudah bercakap-cakap dengan Tiong

Jong."

"Hei, pekhu." menyelak Seng Giok cin yang dari setadian berdiam saja. "ada kabar penting yang hendak disampaikan oleh pekhu itu mengenai dirinya Tiong Jong."

"Bukan-" jawab Kim Toa Lip sambil geleng-gelengkan kepala ketawa nyengir.

"Apa Tiong Jong ikut pada nikow tua itu?" menimbrung Kim Hong Jie.

Besar perhatian dua gadis jelita itu yang terpikat hatinya oleh Ho Tiong Jong yang gagah dan tampan parasnya.

Tampak Kim Toa Lip menggeleng-gelengkan kepalanya.

Posting Komentar