Golok Sakti Chapter 48

NIC

Meski Pek Boe Taysu mencoba dengan sungguh untuk menjatuhkan lawan mudanya, ternyata tidak berhasil. Kesudahannya lima belas jurus telah dilewati dan pertandingan dinyatakan seri, hal mana telah disambut dengan suatu tampik sorak yang ramai sekali oleh penonton-I Hadiah telah diberikan kepada Kong Soe Jie oleh Seng Pocu sendiri.

Seng Giok Cin berseri-seri. sedang Kim Hong Jie juga tampak merasa puas dengan kesudahan pertandingan itu. Diam diam nona Kim yang nakal teluh mengutik lengannya nona seng. "Encie Giok betul-betul kau banyak untung hari ini. Si orang she Kong sebentar lagi akan menghadiahkan barang yang diperolehnya itu kepadamu. Kenapa kau tidak cepat-cepat bangun berdiri untuk menyambutnya."

"Adik Hong. kau nakal betul, paling bisa memang kau menggoda orang." ia berkata sambil mencubit tangannya yang dicubit tadi.

Nona Kim lucu sekali membuang aksinya hingga mau tidak mau nona Seng ini menekap mulutnya yang mungil untuk menahan ketawanya. Berdua mereka bersenda gurau dengan gembira.

Tampak Kong Soe Jin jalan menghampiri mereka, lewat didepannya Hui Seng Kang yang duduk disitu, terhadap pecundang ini Kong Soe Jin melirik sejenak dan tidak memandang mata.

Seng Giok Cin menyambut dengan gembira ketika Kong Soe Jin menghadiahkan barangnya.

"Nona Seng. " katanya. "barang ini kudapatkan bukan secara mudah, aku harap kau menerimanya dengan segala senang hati."

"Terima kasih, kau sungguh baik sekali saudara Kong." jawab Seng Giok Cin sambil bersenyum girang dan melirikan matanya yang jeli. Kong Soe Jin merasa girang dan bangga kelihatannya.

Seng Giok Cin kemudian berpikir dan berkata kepada sekalian pemuda yang ada di-sekitarnya.

"Saudara saudara, adik Hong Jie bersedia menerima hadiah untuk yang ada minat, aku di anjurkan untuk mengunjuk kepandaiannya agar mendapat hadiah sutera lagi untuk dihadiahkan kepada adik Hong Jie. Ayo, lekas, aku anjurkan-.. "

Kim Hong Jie pelototkan matanya, mulutnya yang mungil berkemak kemik seperti yang mau mengatakan apa-apa kepada Seng Giok Cin, tapi nona Seng hanya ganda ketawa saja kelakuannya Kim Hong Jie.

Tapi kemudian Kim Hong Jie sudah unjuk senyumannya yang ramai pula diparasnya sujennya memain memikat hati. Tidak heran kalau banyak pemuda sudah ketarik hatinya dan ingin unjuk kepandaiannya diatas panggung untuk merebut barang hadiah dan diberikan kepada nona Kim yang cantik jelita.

Pertama-tama Kong soe Tek yang berdiri disusul oleh in Kie Seng.

Khoe cong juga kelihatan bangkit berdiri, dengan muka tidak enak dilihat ia perdengarkan ejekannya kepada Kong Soe Tek.

"Hmm, perkara memberi hadiah kepada perempuan sudah biasa. Tidak mengherankan, tapi janganlah unjuk kelakuan sendiri yang tidak tahu diri hingga ditertawai orang." Khoe cong sangat memandang rendah kepada Kong soe Tek.

In Kie Seng menambahkan- "Kau benar saudara Khoe, pertandingan diatas luitay ini dilakukan bukan karena napsu menghadiahkan barang kepada seseorang." Kong soe Tek melotot matanya terhadap In Kie Seng.

Mereka jadi bertengkar, saling menantang untuk menyelesaikan pertengkaran itu diatas luitay, Khoe cong yang menjadi "bibit"-nya pertengkaran itu hanya ketawa gembira saja. Pikirnya, ia puas sudah dapat mengadu dombakan mereka berdua. Tiba-tiba terdengar suaranya nona ciauw Yoe Soe berkata.

"Hai, kalian tidak perlu bertengkar tidak keruan- Paling baik kalau kalian bertiga mau betul-betul bertanding harus saling berjanji." Nona ciauw berkata " bertiga"

maksudnya supaya Khoe cong, tukang mengadu-ngadu orang itu, juga turut terlibat dalam pertandingan-

Terdengar beberapa orang berteriak setuju dengan kata katanya nona ciauw, mereka kelihatan benci betul kepada orang she Khoe tukang mengadu dombakan orang itu. Pemuda bernama co Goen Tiong telah mengusulkan perlombaan pertandingan lain, katanya.

"Ya, kain sutera yang untuk dihadiahkan kepada adik Hong Jie hanya barang biasa saja, bukannya merupakan benda yang aneh. Maka, menurut pendapatku, lebih baik kalian bertanding dengan lain cara dalam suasana damai."

"Bagus, bagus," menyelak In Kie heng, "kau mau usulkan kami berlomba dengan cara bagaimana? coba ceritakan kasih orang-orang dengar."

"Pertandingan itu aku pikir baik diatur begini," kata co Goan Tiang sambil bersenyum.

"yalah kira kira sepuluh Li jauhnya dari sini ada sebuah gunung Hui-cui-san, setelah mendaki puncaknya membelok kearah barat kira-kira juga sepuluh Li ada sebidang ladang yang tandus. Setelah berjalan dari tempat itu kira-kira lima Li, disitu terdapat gunung kecil yang lancip dan sebuah lembah yang sempit, tanahnya semua disitu pasir melulu lembah ini jalanannya berliku-liku. Kalau orang berjalan lempang mengikuti sepanjangnya bisa kembali balik ketempat semula, asalnya darimana mereka masuk. Melalui sepanjang lembah yang sempit ini, orang akan menemui tebing-tebing gunung ada terdapat banyak sekali goa." sampai di sini ia bicara, terhenti sebentar, mengawasi kepadanya anak muda yang sedang asyik mendengarkannya.

Dilain pihak. orang orang dari perserikatan Perkampungan- semuanya sudah tahu ke-mana juntrungannya pembicaraan co Goen Tiong ini.

"Saudara co, lembah itu namanya apa ?" tanya Koen Soe Tek.

co Goen Tiong ketawa "Lembah itu dinamai Liu soa- kok" jawabnya, "puncak gunung ini ada goanya yang dinamai Pek cong. Nah saudara Kong, apakah sudah mendengarnya nama-nama

ini?"

Kong soe Tek terkejut mendengar disebutnya nama goa Pek-cong tong, maka ia lalu melirik pada engkonya, kemudian pada si "Muka Merah" Him Toa Ki dari oey-san-pay. Lirikannya itu seolah olah memohon petunjuk.

"Ya," kata Him Toa Ki dengan suara dingin "lembah itu kabarnya ada berbahaya, tidak kusangka adanya tidak jauh dari sini. Dipuncak Si ban-ieng dalam goa Pek- cong tong ada berdiam seorang tua yang sudah lama mengasingkan diri dari dunia kangouw, yalah su-hengnya si "Dewi obat Kong Jat Sin bernama Souw Kie Han- Setelah lima puluh tahun lamanya ia berjarah disana, telah melarang orang mengujuk tempatnya itu."

"Menurut katanya orang cerita dalam kamarnya orang tua itu ada digantung sebuah mutiara ajaib untuk menolak hawa racun. Maka itu kawannya binatang berbisa tidak ada yang berani memasuki kamarnya itu. Dalam kamar hawanya panas, karena sebagian dari dinding goa itu ada dari batu Hwe giok (batu kumala berapi). Nah. kalau kalian sudah sampai disana, bawalah sepotong batu Hwe giok kemari sebagai tanda bukti bahwa kalian sudah sampai ditempat itu Hwe giok itu dilain tempat tidak ada, kecuali disitu tempatnya. Batu itu. merupakan benda yaag berharga maka jikalau diantara kau orang ada yang beruntung mendapatkannya dan dibawa kemari untuk dihadiahkan kepada nona Kim, memang ada harganya daripada barang hadiah kain sutera." Terdengar Kong Soe Tek berkata.

"Aku pun pernah mendegar bahwa goa Pek cong tong di puncak Si ban leng ada tempat yang berbahaya. Kita kebetulan sudah sampai disini. maka ada baiknya untuk pergi kesana, hitung-hitung sebagai menambah pengalaman- Bagaimana dengan Pocu dan ceng-cu apakah juga akan turut pergi kesana?"

Pocu dan cengcu dimaksudkan Khoe cong dan ln Kie Seng.

Mendengar kara-katanya Kong soe Tek yang paling belakang matanya Khoe cong melotot kearahnya seorang In Kie Seng dengan marah besar. "Biarpun tempat itu berbahaya, aku berani pergi kesana?"

"Ya, kita pergi berkuda, tentu tidak membawa pembantu." kata Khoe cong dengan mata melotot mengawasi kepada Kong soe Tek. Kong soe Tek hanya ganda ketawa saja semua itu. Seng giok cin dan Kim Hong Jie mendengarkan perundingan mereka. Tiba-tiba Seng giok cin mendekati Kim Hong Jie dan berkata bisik2.

"Adik Hong, kau lihat. Mereka hendak menempuh bahaya, tentu ada salah satu yang akan menjadi korban hilang jiwanya." Kim Hong Jie anggukkan kepalanya.

"Nah, sekarang kalian bertiga sudah setuju." kata co Goen Tiong pula, rupanya ia sebagai wasitnya dari pertandingan ini. "tapi harus diterangkan syaratnya disini, yalah didalam tempo dua puluh empat jam kalian harus sudah pulang lagi kesini. Karena tempat itu tidak jauh letaknya dari sini, maka syarat ini rasanya sangat sederhana." Tiga pemuda itu hampir berbareng menganggukkan kepalanya.

Mereka tinggal menanti temponya berangkat saja. Tiba tiba ada Li oh hweshio dari Tibet menghampiri mereka.

co Goen Tiong berseru. "Nah, ini Taysu yang dapat mengantar kalian kesana. Tapi, tunggu dulu ia menyelesaikan pertandingannya diatas luitay." Mereka setuju dengan bicaranya co Goen Tiong.

Li Dho saat itu sudah naik keatas luitay, disusul deh Boen Kay Teng lawannya.

Boen Kay Teng ini umurnya kira-kira lima puluh tahun, matanya merah dan berbadan sedang, tindakan kakinya perlahan, tapi mantap. Ia adalah keponakannya Boen-lt Kong, salah satu dari Lima Tokoh terkuat pada masa itu dalam rimba persilatan-

Posting Komentar