Seng Giok cin dengan bersenyum menggiurkan telah berkata pada tiga pemuda itu, "Ya, aku dengan adik Hong mendoakan kalian selamat. sekarang kami mohon diri dahulu ada sedikit urusan- Besok sore pada hari begini, kami harap kalian dapat kembali dengan tidak kurang suatu apa dan membawa Hwe giok untuk dihadiahkan kepada adik Hong Jie."
Sambil berkata ia menarik tangannya Kim Hong Jie diajak berlalu dari situ, dengan sedikitpun tidak merasa kuatir akan keselamatannya tiga pemuda itu.
Tiga pemuda yang tidak akan menempuh bahaya, hanya tertawa saja melihat dua jelita itu mengundurkan diri dan lenyap bayangannya dari pandangan mereka. Kemudian mereka bersiap-siap hendak melakukan perjalanan sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh co Goen Tiong.
Kong Soe Jin lalu menarik tangannya sang adik dan berbisik dikupingnya.
"Sute sudah terlanjur kau menyanggupi, biar bagaimana juga harus menghadapi bahaya, kau tak dapat mundur lagi. Hanya aku memesan kau lebih baik mati di tangan orang tua penyepi atau
oleh binatang berbisa disana dari-pada kau kena dicelakakan oleh dua pemuda yang menjadi saingan kau berlomba."
"Toako, kau jangan kuatir." jawab Kong Soe Tek. "aku akan menjaga diriku sebaik-baiknya. Legakan hatimu. Apa kau takut aku kalah berusaha?"
"Bukan itu maksudku. Kalau menang tidak menjadi soal, hanya aku tidak puas kalau dirimu nanti dianiaya oleh dua orang licik itu."
"Aku paham. Mereka itu ada orang-orangnya "Perserikatan Benteng Perkampungan- tapi aku sudah siap saja, aku tidak takut. Legakan hatimu toako, aku juga mendoakan toako tidak mengalamkan kesulitan apa-apa sementara aku tidak berada didamping mu." Kong Soe Jin merasa sedih mendengar perkataannya sang adik.
Ia tidak tahu apakah perpisahan dengan sang adik ini nanti akan berjumpa pula dengan selamat atau sang adik mengalamkan bahaya yang tidak diingini? Kong Soe Jin kelihatan berat sekali melepaskan adiknya.
Sementara itu tampak Sa Kie Sang juga bercakap-cakap dengan ciauw Hauw, sedang Khoe cong kasak kusuk dengan Hui Seng Kang.
Setelah tiga pemuda yang hendak berlomba itu berunding sebentaran, Kong Soe Jin ajak adiknya untuk berangkat terlebih dahulu.
Terdengar Hoan SiangJle dan Kun-lun Pay mengucapkan doa restunya.
"Ya, saudara Kong, aku bantu mendoakan semoga kau nanti kembali dengan kemenangan dan selamat walaftat..."
"Terima kasih" jawab Kong Soe Tek.
Kemudian dengan diantar oleh engkonya Kong Soe Jin dan Hoan Siang Jie, berangkatlah Kong soe Tek terlebih dulu.
sekarang mari kita ajak pembaca melihat Ho Tiong Jong.
Ketika dua nona jelita yang mempesonakan hatinya sudah berlalu, Ho Tiong Jong girang bercampor masgul. Girang karena totokannya sudah terbuka dan masgul karena dengan cara bagaimana ia memutuskan rantai yang membikin dirinya tidak merdeka ? Dalam keadaan bingung. tiba-tiba ia mendengar suaranya co Kang cay berkata.
"Hei, bocah, legakan hatimu, aku lihat dua nona itu tidak akan membunuhmu. Nah, sekarang coba lihat, barang apa yang si nona berikan padamu tadi."
Ho Tiong Jong baru jengah. Barusan ketika Kim Hong Jie membuka totokannya, bergerak menyesapkan suatu benda ditangannya. ia segera memeriksa, kiranya benda itu ada kikir kecil yang dapat mengikir putus rantai yang membelenggu dirinya. Ho Tiong Jong kegirangan.
"Terima kasih, adik Hong." katanya dalam hati. Lalu berkata pada co Kang cay. "Dia memberi kikir untuk mengikir rantai."
"Bagus, bagus Untungmu sangat bagus bocah ..." co Kang cay ketawa terkekeh kekeh. Sambil mergerjakan tangannya, Ho Tiong Jong pasang omong dengan co Kang cay.
Antaranya ia berkata "Lopek, aku ingin lekas-lekas keluar dari sini. Bagaimana, kalau umpamanya aku sudah merdeka dan hendak keluar, apakah lopek mau turut aku?"
"Bocah, "jawab co Kang cay "hatimu mulia sekali, cuma sayang aku sudah tua, tidak ada gunanya lagi hidup beberapa tahun."
"Tapi aku ingin kau ikut aku keluar."
"Tidak. Dengan adanya aku, tapi memberabekan kau bergerak."
"Apa pun yang akan terjadi, aku harus menolong lopek keluar bersama-sama dari neraka ini. Aku harap kau suka menerima bantuanku yang tidak berarti ." Co Kang Cay menghela napas. Agaknya ia terharu akan kebaikan hati si anak muda.
Ketika Ho Tiong Jong menanyakan tentang jalanan rahasia untuk keluar dari kamar tahanan itu, tiba-tiba terdengar seperti ada tindakan kaki yang mendatangi.
Sebentar lagi. tampak ada terbuka sebuah lubang pada pintu kamar, sepasang mata yang bersinar mencorot kedalam. Ho Tiong Jong tidak tahu siapa orang itu, tapi ia tidak perduli. Ia pura-pura tidak tahu ada orang yang mengintai dari lubang tersebut. Kemudian lubang itu telah tertutup kembali.
Dalam hati Ho Tiong Jong berpikir. "Kenapa orang sangat perhatikan diriku? Aku biar bagaimana harus membawa keluar Co lope dari sini. Kalau aku keluar sendiri, mana aku bisa pergi ke kota Yang cio untuk menikmati keindahan bangunan istimewa seperti yang dibicarakan oleh Tio lopek?" Lalu Keduanya tidak berkata-kata, Ho Tiong Jong yang memecahkan kesunyian.
"Co lopek, kau jangan kuatir. Kalau aku lolos, kau juga harus lolos"
"Hai, bocah, hatimu memang sangat mulia. Aku sebenarnya sudah tua dan tidak ada gunanya lagi, cuma saja aku sudah mempelajari itu bangunannya istimewa di Yang-co dua puluh tahun lamanya, kalau aku tidak bisa membuktikan kepandaianku untuk mendapatkan jalan masuk kedalam bangunan gunung-gunungan itu, memang aku mati juga rasanya sangat penasaran-"
Hatinya Ho Tiong Jong tergetar mendengar kata-katanya si orang tua.
Sambil terus mengerjakan kikirnya untuk membebaskan diri dari rantai. Ho Tiong Jong menanyakan jalan keluar dari situ.
Menurut keterangan Co Kang Cay, untuk dapat keluar dari kamar tahanan itu orang harus melalui s ebuat selokan yang mempunyai beberapa tikungan- Harus diperhatikan bilukan-bilukan itu jangan sampai salah membiluknya, barulah bisa keluar dari kamar tahanan yang tidak enak itu.
Selagi mereka asyik pasang omong tiba-tiba terdengar orang menanya dengan suara keras. "Hei, apakah didalam betul ada Ho Tiong Jong ?"
"Ya, betul aku Ho Tiong Jong." jawabnya.
Tidak lama, pintu kamar tahanan telah terbuka dan muncul seorang berjenggot putih, matanya berkilat kilat mengawasi Ho Tiong Jong. ia berkata perlahan-
"Hei. Tiong Jong, aku ini Ngo ho San-jin bernama Cia Peng San, aku datang hendak menolong kau, harap kau jangan bicara keras-keras"
Ho Tiong Jong melongo. ia tak kenal pada orang itu. Apa maksudnya ia hendak menolonGi dirinya yang tidak kenal satu dengan lain-
"Sahabat." kata Ho Tiong Jong: "aku dengan kau tidak saling mengenal, untuk apa kau hendak menolonGi diriku?"
"Soal itu, sebentar kalau kau sudah keluar dari sini nanti aku terangkan dengan jelas apa sebabnya." kata cia Peng san-
Setelah berkata demikian cia Peng San sudah hendak gerakkan badannya meluncur kebawah menghampirinya Ho Tiong Jong berkata.
"Hei, sahabat, nanti dahulu? Aku tidak mau sembarangan menerima budi orang, maka aku harap kau suka memberi keterangan lebih dahulu?"
"Ah, kau ini banyak cerewet. Kalau sebentar diluar aku menerangkan padamu bukankah sama saja dengan disini"
Sebelum Ho Tiong Jong membuka suara lagi, tiba-tiba terdengar seorang berkata. "Aaaa saudara cia, kau rupanya kelebihan tempo jalan-jalan sampai disini" Itulah suara mengejek dari si Rajawali Botak Ie Yong. Kiranya kedatangan cia Peng san kesitu sudah kena diintai oleh Ie Yong.
Mendengar perkataannya si Rajawali Botak cia Peng San tidak jadi takut. Dengan suara tenang ia menjawab. "oo, ie congkoan juga ada melakukan ronda sampai di sini? Benar-benar kamar tahanan ini sangat dijaga rapih sekali." Si Rajawali Botak tertawa dingin
"cia Peng San kau ini ada ke sorga bukan dijalani malah berjalan masuk ketempat jebakan disini. Ha ha ha... "
"ie Congkoan," kata pula cia Peng San, "aku tidak mengerti apa artinya kau kata barusan? Apakah kau maksudkan tempat ini terlarang untuk orang melihat- lihatnya?"
Sambil berkata demikian, cia Peng San matanya celingukan mencari tahu. kalau- kalau dibelakangnya si botak ini ada lagi yang akan membantunya. Tapi lantaran keadaan gelap.
maka ia tidak dapat lihat orang lain-
"Ha ha ha, Cia Peng San, kau jangan berlaga bodoh dengan maksudmu yang sebenarnya. Aku tahu namamu ada terkenal juga di kalangan kangouw, aku si orang she le ingin menjajalnya disini. Mari, mari kita bertempur"
Setelah berkata, tangan kirinya menyerang dengan senjata, sedang tangan kanannya membuka telapakan tangannya dan lima jarinya yang runcing mengancam hendak mencengkeram pada si orang she Cia.
Cia Peng San marah melihat kelakuannya si Rajawali Botak.
Ilmu mencengkeram dari le Yong dianggap tidak ada artinya bagi Cia Peng San, sebab ia juga ada akhli ilmu demikian- Ia dapat menggunakan tiga puluh enam jalan menyerang dari ilmu menceng kramnya. Tidak heran, kalau dalam tempo pendek saja si botak sudah ke-desak oleh musuhnya, akhirnya ia hanya dapat menangkis tapi tak dapat balas menyerang.
Ho Tiong Jong menyaksikan pertandingan kedua lawan itu dengan nyata. Pikirnya hendak membantunya Cia Pek San, tapi diluar dugaannya dalam dua tiga gerakan saja le Yong sudah kena dijatuhkan oleh lawannya.
Berbareng Ho Tiong Jong mendengar Co Kang Cay berkata.
"Tiong Jong, kau jangan enak-enakan- Kau harus waspada, sebab orang yang hendak menolongmu itu aku lihat bukannya orang baik-baik."