Hoan siang Jie memang ada menantikan nona Seng. maka ia tidak mengubris kata-katanya Khoe Ciong tadi ia hanya menerimakan sutera hadiah dari kemenangan dalam pertandingan kepada nona Seng.
Kong Soe Jin, yang tertua dari Im yang Siang-kiam, tiba-tiba telah mendengarkan suaranya berkata.
"Ya, aku Khong Soe Jin, juga hendak naik panggung untuk mendapat segeblok kain sutera yang akan ku hadiahkan kepada nona Seng ha ha ha... "
Para tetamu yang mendengarnya menjadi melengak. Perkataannya Kong soe Jin itu sungguh kasar sekali sebab tidak seharusnya ia berkata demikian kalau memang hatinya ada niatan untuk memikat hatinya putri dari Seng Pocu. Kelakuannya dengan otomatis tampak menjemukan-Matanya terus menerus mengawasi pada siJelita Seng Giok Cin
Kim Hong Jie sebal melihatnya, ketika ia melirik pada Khoe Cong, tampak pemuda muka buruk ini unjuk sikap yang gusar sekali? Wabahnya berubah bengis dan menakutkan matanya bersinar buas mengawasipada Hoan Siang Jie yang tengah menerimakan geblokan sutra kepada nona Seng.
Diam-diam Kim Hong Jie menghela napas.
Pikirnya, karena banyak pemuda yang setolol Khoe Cong ini, maka didunia sering terbit keonaran yang tidak diingini.
Perkataan Kong Soe Jin dibuktikan dengan melompat naiknya ia keatas panggung, hingga si hati Khoe Cong melototkan matanya lebar-lebar, kemudian ia anjurkan kawannya bernama Hui Seng Kang untuk melayani Kong Soe Jin.
Hui Seng Kang lalu minta permisi pada Seng Pocu untuk ia melayani Kong Soe Jin, untuk mana Seng Pocu tidak berkeberatan-
"KAU juga ingin naik panggung, boleh saja," kata Seng Pocu sambil mengurut- urut jenggotnya, "tapi aku harap kalian berdua akan mengunjukkan ilmu silat yang sebaik-baiknya supaya penonton merasa puas. Nah, pergilah kau layani dia... "
"Terima kasih atas perkenan Pocu." kata Hui Seng yang lantas menghampiri panggung luitay. Dengan sekali enjot saja badannya telah melayang dan sebentar lagi ia sudah berhadapan dengan Kong Soe Jin dengan mata melotot.
Kong Soe Jin lihat wajahnya Hui Seng Kang yang hitam legam ditambah dengan mata yang kejam dan licik, maka pikirannya ia harus berhati-hati melayaninya orang ini. Setelah ia bersedia, lantas mempersilahkan lawannya menyerang.
Hui Seng Kang tidak sungkan-sungkan lagi, lantas gerakkan tangannya menyerang.
Betul hebat tenaga dalamnya orang she Hui itu, karena serangan dengan telapakan tangannya itu telah perdengarkan suara "wut wut" yang hebat sekali.
Kong Soe Jin tidak mengira bahwa tenaga dalam dan luarnya sang lawan ada demikian lihay, maka ia berikan perlawanan dengan hati-hati, supaya dalam sepuluh gebrakan saja ia sudah dapat menjatuhkan lawan-lawannya.
Hui Seng Kang melihat Kong Soe Jin tak berani menyambut keras lawan keras, maka ia terus melancarkan serangan yang bertubi-tubi, hingga penontonnya dibikin kagum oleh ilmu silatnya yang lihay.
Kong Soe Jin terus didesak. Kelihatannya dengan susah payah ia dapat menangkis serangan lawannya. Hal mana telah membikin hatinya sang adik Kong soe Tek, berdebaran melihatnya. Ia sangat menguatirkan kekalahan engkonya.
Khoe Cong yang duduk tidak jauh dari Kong Soe Tek sudah keluarkan ejekannya dan menghina. " orang she Kong itu hanya sebegitu saja kepandaiannya, aku kira tidak sampai tiga puluh jurus ia sudah harus mencium papan sedikitnya kalau tidak terpental jatuh kebawah luitay,
ha ha ha... "
Kong soe Tek merasa tertusuk hatinya oleh kata kata Khoe Cong yang menghina, akan tetapi ia tidak sempat meladeni orang she Khoe itu karena perhatiannya dibikin gelisah oleh pertandingan diatas panggung.
Engkonya kelihatan terus-terusan di desak oleh lawannya, hingga ia hanya dapat menangis tetapi tidak dapat membalas menyerang. Kong soe Tek diam diam merasa heran bahwa engkonya hari ini bertanding telah unjukkan kepandaiannya yang jelek sekali. Apakah sang engko itu tidak enak badan, entahlah tapi ia diam-diam sudah menyiapkan dirinya kalau kiranya yang saudara tua itu dikalahkan oleh Hui Seng Kang, ia akan naik panggung untuk menebus kekalahan engko nya.
Kong Soe Jin hanya mengandalkan ilmu mengentengi tubuhnya saja antuk saban-saban meluputkan diri dari serangannya Hui Seng Kang yang dahsyat.
Semakin lama Hui seng Kang tampak semakin gesit dan lincah, ilmunya beberapa macam seperti gaya "Kepelan kilat". semua kuli berbareng membunyikan tambur, Angin puyuh menyapu dedaunan, dan sebagainya telah diperlihatkan dengan baik sekali.
Karena mana Kong Soe Jin jadi terdesak terus-terusan, sampai terdesak keping gir lui-tay. hinggi Kong soe Tek yang melihatnya semakin tidak enak hatinya.
"Hei sahabat jangan lemas begitu semangatnya. Bangun sedikit, kenapa sih?" Demikian terdengar Khoe Cong mengejek pada Kong Soe Jin. Hatinya sudan kegirangan, bahwa kawannya Hui Keng berada diatas angin-
Kong Soe Jin kuatir melihat darinya sudah kepepet begitu, tapi lawannya juga merasa gelisah karena sampai sebegitu jauh masih belum dapat menjatuhkan musuhnya yang sudah hampir tidak berdaya menangkis serangan-serangannya yang hebat.
Pertandingan masih berjalan terus dengan seru, masih Kong Soe Jin tidak mau menyerah kalah meski sudah tidak berdaya kelihatannya.
Tiba-tiba terdengar suara Hui Seng Kang membentak, disusul oleh serangannya yang dirubah. Kali ini ia menggunakan gaya pukulan- Piauwsu membalikkan kereta, suatu serangan hebat, tapi Kong Soe Jin masih dapat meluputkan diri dengan suatu tangkisan memotong dari samping.
Hui Seng Kang penasaran masih belum dapat memukul rubuh lawannya, lalu ia keluarkan serangannya yang paling berat, tipu pukulan yang dinamai. "Tenaga sakti membelah gunung Hoa san, telapakan tangannya dimiringkan, persis seperti golok ia menyerang hendak membelah kepala musuhnya.
Melihat hebatnya serangan, Kong Soe Jin terpaksa kerahkan Seantero kekuatannya dan menangkis serangan dahsyat itu. Terdengar suara "Praaaakkk" lantas badannya Kong Soe Jin seloyongan dan hampir jatuh dilantai luitay.
Ia masih bisa pertahankan diri. Hui Seng Kang sudah mau susulkan serangannya dengan satu tendangan dan telapakan tangan yang dilakukan berbareng dari bawah mengarah perut musuh, akan tetapi baru saja lututnya ditekuk. la urungkan serangan demikian, dikuatirkan lawannya mahir dengan tipu pukulan itu, nanti kesudahannya seperti senjata makan tuan-
Dengan cepat ia merubah gaya serangan tadi, ia menendang sambil miringkan badannya. Kong Soe Jin tahu gaya serangan ini, maka secepat kilat ia balas menyerang dua kali, hingga lawannya gelagapan-
Saat itu pertandingan sudah berjalan tiga puluh jurus dinyatakan serie keduanya lompat mundur untuk mengasoh sebentaran, untuk dalam babakan selanjutnya pertandingan dilakukan dengan menggunakan senjata.
-ooo0dw0ooo-
KETIKA pertandingan dimulai lagi, Kong Soe Jin telah menghunus pedangnya yang berkilauan hijau warnanya, belakang pedang ada lebih tipis dari pedang biasa, inilah pedang yang dinamai. Im kiam pedang Ying kiam, dipakai oleh Kong See Tek.
Berdasarkan nama pedang itu, maka kedua saudara she Kong itu mendapat julukan Im-yang Siang kiam atau Sepasanng pedang Im- yang.
Hui Seng Kang bersenjatakan "Siang hay-tiang atau, Tongkat "Siang hay-tiang" atau Tongkat sepasang jantung hati. Senjata orang she Hui itu berat sekali, kira-kira tujuh puluh delapan puluh kati, hingga dibawanya juga harus digotong dua orang.
Penonton yang melihat itu diam-diam menguatirkan akan dirinya Kong Soe Jin. Mereka lihat pertandingan dengan tangan kosong saja kelihatan Kong Soe Jin sudah tidak tahan, apa lagi sekarang ia harus melayani Hui Seng Kang punya senjata berat, mendapat ia pertahankan diri?
Sekali saja pedang kebentur dengan senjata beratnya Hui Seng pasti pedang nya orang she Kang itu akan terbang melayang-layang.
Khoe Cong mengawasi pada Kang soe Tek yang tengah memandang ke atas panggung dengan hati sangat tidak enak, kuatir engkonya dikalahkan-orang she Khoe itu benar benar menyebaikan, terdengar ia mengejek lagi.
"Benar benar kita dari "Perserikatan Benteng Perkampungan tak usah malu keluar dalam pertandingan, nona Kim. seperti tadi nona Seng dengan mudah saja menjatuhkan Ho Tiong Jong, maka sebentar lagi Hui Seng Kang juga tentu akan keluar sebagai pemenang dari pertandingan yang ia sedang lakukan- Ha ha ha... "
Sambil ketawa matanya melirik kepada Kong soe Tek yang berdiri menjublek tidak ambil pusing perkataannya itu. Sebenarnya dua saudara Kong itu, sebagai "im yang Siang kiam" biasanya sangat sombong tidak memandang mata kepada siapa juga.
Tapi kini, semua hinaan dari Khoe Cong terpaksa ditelannya, karena jangan lagi ia menimbulkan urusan baru, sedang memandang engkonya saja melawan Hui Seng Kang hatinya sudah kedat kedut takut engkonya dijatuhkan oleh lawannya.
Kim Hong Jie hanya bersenyum mendengar kata-katanya Khoe Cong, sedang nona Seng sendiri tinggal adem adem saja.
Hui Seng Kang setelah menerima sepasang senjatanya, lantas mendemenstrasikan permainan tongkat mengaung-ngaung dan ujungnya telah mengeluarkan letikan seperti kembang api.
seng Giok Cin yang melihat itu telah kerutkan alisnya dan berkata sendirian-
"Hmm orang itu tolol benar. Untuk apa dia membuang-buang tenaga dengan permainannya yang meminta tenaga besar, bukankah lebih baik digunakan untuk bertempur? Celaka, kalau sebentar dia kehabisan tenaga baru dia tahu rasa... " Khoe Cong tidak senang kawannya di kritik.
Ketika ia hendak membuka mulut, dilihatnya Kim Hong Jie sedang manggut-manggutkan kepalanya, seperti yang merasa setuju dengan pendapatnya nona Seng, maka ia tidak jadi membuka suara karena disalahkan oleh kedua nona jelita itu Diatas luitay dua lawan sudah mulai bergebrak lagi.
Kong Soe Jin pandai memasukan pedangnya. ia kelihatan berputar-putar mengeliling luitay seperti yang menari-nari, hingga Hui Seng Kang terpaksa mengikuti gerakkannya. Setelah mendapat lowongan segera orang she Hui itu kerjakan sepasang tongkatnya yang berat menyerang lawannya.