Golok Sakti Chapter 42

NIC

Jago Kun lun-pay iiu berdiri tegak dengan pedang dirapatkan pada sikutnya, kemudian sendai pedang dimiringkan mengacung ia mempersilahkan lawannya menyerang terlebih dahulu. Dalam pertandingan ini Hoan Siang Jie menggunakan ilmunya yang dinamai "Tanduk naga menggempur, yang mempunyai dua daya guna, yalah menjaga diri dan menyerang. Satu ilmu yang sangat

diandalkan dalam partainya. juga kun-lun-pay ada menurunkan pada anak muridnya ilmu yang dinamai Thian liong IHeng kang atau Berjalannya tenaga naga sakti suatu ilmu serangan yang dahsyat sekali.

Ho Yan tidak berani sembarangan menyerang, ia menggunakan sepasang pentungannya dengan sangat hati-hati. Belum beberapa lama bergebrak lantas terdengar suara "tang" kilaunya sebilah pedang.

Hoan Siang Jie, telah menyontek pentungan lawan- Gerakan itu tampaknya sederhananya, akan tetapi mengandung tenaga kekuatan yang tidak diduga-duga, sebab pentungannya ho Yan yang tersontek hampir saja terlepas dari cekalan- Tidak heran kalau siorang she Ho menjadi kaget dibuatnya.

Seng Giok Cin kagum melihat gerakan Hoan Siang Jie itu, maka ia berkata kepada Kim Hong

Jie. "Adik Hong kau lihat, apa salah kalau pandanganku dia akan merupakan pendekar ternama

dikemudian hari? Lihat dia punya mata, semangat dan kemasan digunakan serentak dalam

penyerangannya, betul-betul hebat "

Kim Hong Jie kerutkan alisnya yang lentik menarik. "Ya, katanya, kalau sontekan demikian saja tidak dapat memainkannya, mana dapat dia masuk dalam rimba persilatannya ?"

Ho Yan sudah keteter, untung baginya gwakang (tenaga luar) cukup mahir, hingga menggunakan pentungannya untuk menjaga diri terus-terusan- Biarpun bagaimana hebat serangan lawan, ternyata tak dapat menembusi pertahanannya.

Ia dapat mewaraskan dirinya pada pertandingan persahabatan, tidak mau berlaku nekad-nekadan yang tidak ada perlunya.

Hoan Siang Jie berdasarkan latihan Iwee-kang amat memperhatikan musuhnya punya gerak-gerik, kalau musuh menyerang pasti ia balas menyerang dengan kontan, tapi kalau lawannya diam ia nya hentikan serangannya.

Diantara tetamu yang menonton, banyak yang menilai bahwa Ho Yan bukan tandingannya Hoan Siang Jie. Penonton kini hanya tinggal menunggu, bagaimana sebentar kalau orang she Hoan itu menghadapi Pek Boe Taysu yang mendapat gilirannya menggantikan Ho Yan, apakah ia sanggup menandinginya atau tidak.

Pek Boen Taysu juga kelihatan sudah bersiap-siap bangkit dari duduknya.

Seng Eng yang melihat sahabat karibnya hendak naik panggung sudah berkata.

"Taysu. orang itu benar bagus ilmu silatnya. Apakah Taysu hendak menempurnya?"

Pek Boe Taysu sudah hendak menjawab, tapi urung karena melihat keatas panggung berkelahi tampak Ho Yan sedang marah marah katanya. "Aku sudah menerima pelajaran istimewa dari Kun-lunpay. Ilmu silatmu tinggi. Aku mulai hari ini tidak akan melupakan untuk pelajaranmu ini."

Ho Yan berkata sambil lompat turun dari luitay.

Rupanya Hoan Siang Jie keterlaluan mengocok Ho Yan yang sudah tidak berdaya, maka telah membikin orang she Ho itu marah dan mengucapkan kata katanya tadi.

Kauw Sang Ngo, susioknya Hoan Siang Jie melihat kejadian tersebut telah mengkerutkan alisnya dengan tidak berkita apa-apa.

Seng Giok Cin melihat Pek Boe Taysu yang akan naik panggung diam-diam dalam hatinya mengeluh. Hoan Siang Jie mana dapat melayani Pek Boe Taysu yang ilmunya tinggi? Maka ia tidak bernapsu untuk menontonnya, lalu bangkit dari duduknya berjalan pulang kerumah.

Kim Hong Jie tidak membiarkan nona Seng pergi begitu saja, maka ia sudah lompat mengejar.

"Enci Giok. kau mau kemana?" tanyanya sambil memegangi lengan orang. Seng Giok Cin tidak menjawab.

"Aaa, aku tahu." katanya lagi Kim Hong Jie, "kau tentu mau menengoki Tiong Jong dalam kamar tahanan berair, bukan?" seng Giok Cin bersenyum.

"Aku ikut," Kata Kim Hong Jie.

Seng Giok Cin anggukkan kepalanya. Mereka kemudian jalan sama-sama menuju ke-tempat tahanan Ho Tiong Jong.

Tidak berapa lama mereka sudah sampai ketempat tujuannya.

Sambil menunjuk pada pintu besi, Seng Giok Cin berkata. "Nah, didalam kamar itulah Ho Tiong Jong ditahan-"

"Mari kita masuk." Kim Hong Jie mengajak seraya menarik tangannya Seng Giok Cin menghampiri pintu besi tadi.

Pintu dibuka, mereka berjalan mnsuk dan melihat dari atas tangga kebawah HoTiong Jong kelihatan sama sekali tidak takut mati. la masih berdiri tegak di rendam dengan air hingga dadanya.

"Adik Hong, tuh dianya Ho Tiong Jong" kata Seng Giok Cin sambil menunjuk dengan jarinya. Kim Hong Jie mengawsi kearah yang ditunjukkan, benar saja Ho Tiong Jong ada disana. "Mari kita turun" nona Kim mengajak.

"Dia suka marah-marah, kalau nanti di marahi dan angkar kaki, aku tanggung jawab, ia" jawab seng Giok Cin. Kim Hong Jie kerutkan alisnya bersenyum.

"Kalau betul dia berani berbuat begitu kepadaku awas, aku nanti tinju mukanya, baru dia tahu rasa." katanya dengan jenaka sekali.

Seng Giok Cin yang merasa geli dengan kelakuannya sang kawan telah menekap mulutnya yang mungil menahan ketawanya.

Mereka lalu turun kebawah, tapi Seng Giok tidak turut menghampiri ketika Kim Hong Jie nyelonong terus mendekati Ho Tiong Jong.

Ho Tiong Jong kenali sang dara, ada Kim Hong Jie, tapi ia pura-pura tidak tahu, ia tinggal diam saja.

Terdengar Kim Hong Jie menegur.

"Hei, kau ini apa bukannya yang bernama Ho Tiong Jong."

"Betul aku Ho Tiong Jong. Kau siapa?"

"Aku Kim Hong Jie" jawabnya bersenyum sepasang sujennya memain karenanya. Ho Tiong Jong menatap wajah si gadis sebentar lalu tundukkan kepalanya.

"Aku mau tanya kau, apa kau takut mati tidak?" Kim Hong Jie menanya lagi. Ho Tiong Jong membisu.

"Hei, aku tanya kau, apa kau tuli tidak menjawab?"

Ho Tiong Jong mendelu hatinya, tapi ketika menatap parasnya si nona yang ramai dengan senyuman amarahnya lumer seketika.

"Ya," jawabnya, "aku bukannya orang luar biasa, mana tidak takut mati?"

Pikirnya Ho Tiong Jong, dengan menjawab begitu si nona akan membukai rantai dan totokan pada tubuhnya, kemudian ia bisa merdeka lagi. la rela untuk membantu nona disampingnya yang dahulu pernah berbuat baik kepadanya.

Tapi ia tidak tahu pikirannya Kim Hong Jie ada lain- si nona pikir, kalau Ho Tiong Jong menjawab "tidak takut mati" ia akan membuktikan matanya menghajar pemuda itu. Keduanya menjadi salah paham dalam anggapannya masing-masing.

si nona tiba tiba unjuk roman serius, ia mendekati Ho Tiong Jong. tangannya diangkat seakan akan yang hendak menghajar muka si anak muda itu. Ho Tiong Jong melihat kelakuannya Kim Hong Jie telah tertawa.

"Nona Kim." katanya, "Kalau kau mempunyai keberanian teruskanlah tanganmu memukul diriku. Aku tak dapat menipu dan berkata bohong kepadamu."

Kim Hong Jie melengah ia tarik pulang tangannya sebentara n akan kemudian secepat kilat tangannya digerakkan memukul lehernya.

Seng Giok Cin yang menyaksikan itu sudah menjadi sangat kaget. Cepatlah ia menghampiri dan menarik tangannya Kim Hong Jie diajak berlalu dari situ. Dengan tergesa-gesa mereka naik tangga dan kemudian menggabruti pintu tahanan-

Kiranya pukulan tadi dari nona Kim bukannya pukulan yang membinasakan sekali-pun kelihatannya dilakukan dengan hebat sekali. Pukulan itu justeru yang membuka totokan pada jalan darahnya sipemuda. Ho Tiong Jong tidak menyangka akan kejadian itu, hingga diam-diam bukan main girangnya.

Kiai ia sudah bisa gerakkan lagi tubuhnya dengan leluasa.

Seng Giok Cin dan Kim Hong Jie setelah berada diluar, telah membicarakan halnya Khoe Cong punya kelakuan dan pertandingan Hoa Siang Jie dengan Pek Boe Taysu bagaimana kesudahannya.

Kelakuannya Khoe Cong sangat ceriwis, mata nya yang seperti alap-alap selalu mengawasi orang, hanya muka tidak bosan bosannya, maka keduanya telah mengambil keputusan untuk seberapa bisa menjauhkan diri dari Khoe Cong dan tidak mau mengajak bicara pula.

Selagi mereka sedang enaknya berjalan hendak ke tempat pertandingan pula, tiba-tiba ada satu bayangan meluncur datang. Kiranya bayangan itu ada Khoe Cong yang mereka sangat benci.

"Hei, nona-nona kemana saja kalian pergi?" tanyanya sambil cengar-cengir.

Menurut keputusan mereka berdua, memang sudah tidak kepinginan lagi bicara dengan orang ceriwis ini, akan tetapi karena ingin mengetahui kesudahannya pertandingan Pek Boe Taysu dengan Hoan Siang Jie, maka Kim Hong Jie terpaksa tekan rasa ditemuinya dan menanyakan pada orang she Khoe itu halnya pertandingan Pek Boe Taysu dengan Hoan Siang Jie.

"Hmm " jawabnya, dengan nada suara tidak enak. "Benar Pek Boe Taysu sudah bertempur

dengan Hoan Siang Jie. akan tetapi kelihatannya ia menempur lawannya secara main-main saja."

Seng Giok Cin mendengar itu, dalam hatinya berpikir, mungkin kesudahan itu atas pesan ayahnya, yang tidak ingin melukai hatinya Kun- lun-pay, jangan menambah musuh lagi yang tidak ada perlunya.

Demikian, Seng Giok Cin lalu mengajak kawan-kawannya untuk pergi ke lapangan adu silat untuk menyaksikan pertandingan selanjutnya.

Ketika mereka lewat ditempatnya Hoan Sian Jie, nona Seng bersenyum dan manggut-kan kepalanya, yang telah disambut dengan gembira oleh pemuda kosen itu

Tapi Khoe Cong yang melihatnya merasa cemburu, lantas saja keluarkan perkataannya yang mengejek. "Siauwhiap benar benar jempol ilmu silatnya Kun- lun-pay tak usah malu diwakili olehmu. Nah sutera yang indah itu yang didapatkan sebagai hadiah tadi kini boleh diterimakan kepada nona Seng."

Posting Komentar