Tetapi maksud kedatangan Hiong-ki dan sikap yang diambil oleh Leng Souw-hiang masih saling berhubungan.
Dalam hatinya rasa was-was Wie Kie-hong menghilang.
"Mohon tanya, apa motivasimu memberi-tahukan hal ini" Apakah kau melakukannya demi orang lain" Demi diri sendiri" Atau demi Tu Liong?" "Aku melakukan demi Tu Liong" "Kata-katamu sangat mengharukan, namun sangat sulit dipercaya.
Apa hubunganmu dengan Tu Liong" Bukankah Tu Liong baik ataupun jahat, hidup ataupun mati, sama sekali tidak ada hubungannya dengan dirimu" "Dia seorang pemuda yang berbakat.
Tidak hanya kau yang mengatakannya, banyak orang juga sudah mengatakan demikian.
Menurut pandanganku pun demikian.
Mana mungkin aku rela melihatnya terbenam didalam lumpur dan tidak datang menolong menariknya keluar?" "Tinggalkanlah Cu Siau-thian! kata kata ini sangat sederhana, sangat mudah untuk diucapkan, namun sangat sulit untuk dilakukan........betul, mengapa kau tidak langsung memberitahukan hal ini kepadanya?" "Hari ini aku sudah bertemu dengan Tu Liong, aku juga sudah berbicara sangat banyak kepadanya.
Aku takut tenagaku tidak cukup untuk membujuknya.
Karena itu aku datang kemari mencarimu" "Tentu aku harus memiliki sebuah alasan untuk mengatakan ini, betul tidak?" "Kau katakan saja perkara mengenai Cu Siau-thian yang sudah mencelakai Tiat Liong-san.
Cu Siau-thian adalah orang yang sangat berbahaya dan menakutkan" "Hiong-ki, alasan ini tidak memiliki dasar yang kuat.
Dunia persilatan sangat rumit, pada dasarnya, dunia dimana yang kejam yang akan berkuasa.
Yang menang akan menjadi raja, yang kalah akan tersingkirkan.
Betul atau salah sudah tidak penting lagi.
Siapa yang tahu apakah Tiat Liong-san pernah berbuat salah pada Cu Siau-thian sebelumnya" "Wie Kie-hong, pada saat ini sangat banyak urusan yang belum bisa dikatakan.
Aku sudah sepenuh hati ingin menolong, kau pikirkanlah sendiri" "Hiong-ki, aku ingin bertanya padamu" "Apa" "Kalau kau benar-benar orang yang baik, kau harus menjawab yang sebenarnya" "Orang yang mengaku dirinya orang baik belum tentu orang yang benar-benar baik, tapi yang sudah pasti aku bukanlah orang jahat." "Apakah kau berdiri di sisi yang sama dengan Thiat-yan ?"" "Tidak" "Kalau begitu....?" "Kau tidak perlu bertanya lebih lanjut" Hiong-ki segera memotong perkataan Wie Kie-hong.
"Kalau dilanjutkan lagi pasti akan muncul banyak pertanyaan.
Aku tidak yakin aku akan memiliki jawaban untuk setiap pertanyaan itu.
Dan lagi belum tentu aku mau menjawab semua pertanyaan itu.
Asalkan ada sebuah pertanyaan yang tidak membuat-mu senang, pasti akan mengurangi penilaianmu terhadap diriku.
Kalau seperti itu, untuk apa kau bertanya" kau sudah bisa membedakan yang baik dan yang buruk.
Yang benar dan yang salah.
Sebaiknya kau pikirkan lagi sendiri...." Setelah kata-katanya habis, Hiong-ki langsung pergi, gerakannya sangat lincah dan cepat, sekejap saja orang itu sudah meloncati tembok.
Diam diam Wie Kie-hong mengaguminya.
Kalau orang ini menjadi musuhnya, dia pasti akan berada dibawah angin Dia kembali berpatroli berjalan ke depan dan kebelakang.
Setelah capek, Wie Kie-hong kembali pulang ke kamarnya untuk beristirahat, setelah memasuki pintu, mendadak dia menyadari ada yang tidak beres.
Ketika dia pergi keluar kamar, lampu masih menyala terang, namun sekarang lampu sudah padam.
Lampu pijar buatan barat ini memiliki gelas yang melindungi nyala api dari tiupan angin.
Tidak mungkin lampu ini mati karenanya.
Karena itu hanya ada satu kemungkinan, lampu mati karena minyaknya habis.
Namun rumah kediaman yang besar seperti ini, pegawai disini sangat banyak.
Hal ini pun tidak mungkin terjadi, jadi hanya tinggal satu kemungkinan yang tersisa, pasti ada seseorang yang sudah mematikannya.
Terlebih lagi orang yang sudah mematikan lampu pasti masih berada didalam ruangan.
Secara reflek Wie Kie-hong menghela nafas panjang.
Dia segera bersiap siaga, sekarang sikapnya menjadi serius.
Penjagaan sudah sedemikian ketatnya, namun tetap saja banyak orang yang bisa keluar masuk dengan sangat mudah.
Bukankah ini suatu hal yang sangat menakutkan" Dia perlahan-lahan melangkah masuk, dengan berhati hati menutup pintu.
Setelah itu dia menaruh palang pengunci pintu tanpa mengeluarkan suara.
Setelah itu dia bersiap siap ingin menyalakan lampu.
Tiba-tiba ditengah-tengah kegelapan ruangan terdengar sebuah suara.
"Jangan nyalakan lampu itu.
Kau duduklah dibelakang meja buku" Wie Kie-hong sudah tahu dari awal kalau didalam kamarnya pasti ada orang, pada waktu yang sama dia juga tahu orang ini tidak mungkin melukai dirinya.
Kalau memang orang itu bermaksud untuk melukainya, dia memiliki kesempatan emas ketika tadi dia pertama kali memasuki pintu...
Sekarang dia merasa lebih tenang, karena yang berkata tadi adalah Thiat-yan Dia tidak mengeluarkan suara.
Dia hanya duduk dibelakang meja buku.
"Kie-hong..." Kalau dinilai dari sumber suaranya, sepertinya Thiat-yan juga sedang duduk didekat jendela.
"Maafkan aku karena harus menemuimu dengan cara seperti ini.
saat ini aku membawa sebuah cerita yang kurang menyenangkan" "Nona, kalau seseorang menemukan aku sedang berada disini berbicara denganmu, tidak saja aku akan kehilangan muka tinggal didalam rumah ini, di dunia yang luas ini aku pun akan kehilangan harga diri untuk tinggal.
Karena itu sebaiknya persingkat ceritamu." "Baiklah.
Aku datang kemari karena ingin memintamu menolongku" "Nona! berdasarkan pendirianku, aku tidak mungkin membantumu." "Kau berkata seperti ini, kalau misalkan aku sudah hampir mati dan membutuhkan pertolongan, apakah kau tidak akan menjulurkan tangan untuk membantu?" "Aku tidak mahir berbelit-belit.
Kau tadi mengatakan bahwa kau membawa sebuah cerita yang kurang menyenangkan, sekarang aku bertanya pada-mu, apakah benar ada sebuah cerita yang kurang menyenangkan" Kau sudah melukai ayah angkatku, karena itu seharusnya kita berdua berdiri di sisi yang berseberangan.
Hanya karena aku menghargai perasaanmu, ditambah lagi Leng Taiya tidak ingin mempermasalahkan hal ini lebih jauh, jadi aku tidak menganggapmu sebagai musuh." "Baiklah ! kau tidak perlu mengatakan lebih banyak lagi.
Kau pun tidak akan menyukai kalau aku menggunakan kabar ayahmu sebagai sebuah syarat, kalau begitu apakah masih ada hal yang bisa dibicarakan lagi"...
....
aku sudah mencari kabar, pada dasarnya hatimu sangat welas asih.
Demi orang lain membela kebenaran.
Kalau kau memang orang yang seperti itu, kau harus membantu diriku." "Baiklah ! kau katakanlah permintaanmu !" Wie Kie-hong belum lama terlibat di masyarakat, dia segera berkompromi.
Namun dia tetap masih menjaga martabatnya: "Aku akan menolongmu kalau aku bisa" "Sebagai teman baik Tu Liong, tolong bantulah aku untuk memperingatkannya agar dia tidak ikut campur dalam masalah ini." "Oh...! apa karena dia sudah menghalangi jalanmu untuk melukai Cu Siau-thian?" "Aku tidak mau melukai sembarang orang" "Kau tidak ingin sengaja melukai orang?" Tiba-tiba saja Wie Kie-hong menjadi emosi.
"Kata-katamu sangat enak didengar, namun sekali bertindak kau sudah melukai empat orang sekaligus, salah seorang diantaranya karena tidak kuat menahan rasa sakit sudah memutuskan untuk bunuh diri.
Bukankah semua ini adalah hasil dari perbuatan-mu?" "Mereka semua pantas mendapatkannya." Nona Thiat-yan tidak terdengar seperti sedang emosi, tapi lebih terdengar seperti sedang membela diri.
"Pantas?" "Betul, Wie Kie-hong, kalau kau ada di posisiku, kau pun akan berbuat yang sama" "Walaupun kau berbuat seperti ini, kau tidak mungkin bisa kembali menghidupkan ayahmu" "Baiklah, jangan mengatakan kata-kata yang tidak ada gunanya ini.
apakah kau bisa menyetujui permintaan tolong ku tadi?" Tiba-tiba Wie Kie-hong terpikirkan tentang satu hal, karena itu dia segera membelokkan topik pembicaraan: "Pada waktu itu ayahmu dicelakai, ayah angkatku yang menulis surat pengaduan palsu, karena itu kau sudah memotong tangannya.
Tuan besar Hui mengaku sudah melihat sendiri kalau ayahmu sudah membunuh seorang prajurit kerajaan, sehingga mata-nya dicongkel.
Tan Po-hai mengaku sudah mendengar bahwa ayahmu menghasut orangorang untuk mem-berontak, karena itu kau memotong daun telinganya.
Oey Souw adalah orang yang sudah menjatuhkan hukuman mati, hanya karena dia sudah meninggal, kau menimpakan dosanya pada keturunannya.
Bagaimana-pun juga tindakanmu itu tidak dapat dibenarkan.
Aku hanya ingin mengetahui tentang satu hal.
Pada waktu ayahmu mendapat celaka, tidak seorangpun tahu tentang kematiannya.
Tindakan beberapa orang ini pun tidak pernah tersebar keluar, bagaimana kau bisa mengetahui kejadian yang sesungguhnya?" "Apakah ini syaratmu sebagai balasan perminta an tolongku?" "Bukan syarat, aku hanya ingin tahu" "Kalau aku mengatakan asal-usul berita ini, apakah kau bisa berjanji untuk memperingatkan Tu Liong agar tidak ikut campur dalam urusan ini?" "Dalam kondisi seperti apapun aku tidak bisa memberikan janjiku.
Tu toako memiliki pendirian yang kuat.
Dia takut Cu Taiya mendapat celaka.
Siapapun tidak akan mau orang yang dihormatinya mendapat celaka.
Betul tidak?" "Bagaimanapun juga, aku tetap bersedia menceritakan hal yang ingin kau ketahui" "Kalau begitu aku berterimakasih" "Semua peristiwa itu diceritakan oleh Boh Tan-ping.
Didalam kota ini dia memiliki relasi yang luas" "Boh Tan-ping?" "Dia dengan ayahmu adalah kakak beradik sehidup semati" "Jujur saja, aku tidak menyukainya" "Itu hanya pandangan subyektif dirimu saja.
sebenarnya dia orang yang baik" "Orang yang baik ataupun orang yang jahat, semuanya aku tidak perduli.
Nona, aku besok pasti akan menceritakan semua pesanmu tadi pada Tu toako, dan aku akan berusaha semampuku untuk memper-ingatkannya.
Namun apakah nanti aku akan berhasil, aku tidak bisa berjanji." "Aku berterimakasih padamu ....
mengenai kematian ayahmu...." "Jangan katakan!" "Mengapa" Apakah sekarang kau sudah tidak ingin mengetahuinya lagi?" "Setelah bertahun-tahun mencari tahu apa yang menjadi penyebab kematian ayahku sudah menjadi obsesi ku." "Kalau begitu aku semakin harus memban-tumu memenuhi obsesimu" "Tidak.
Aku tidak ingin mendengar tentang masalah ini dari mulutmu" "Mengapa?" "Karena aku pasti akan mencurigai apakah yang kau katakan adalah kejadian yang sesungguhnya terjadi" "Apakah kau mengganggapku sebagai seorang yang senang berbohong?" "Baiklah nona! sebaiknya kita hentikan pembicaraan kita disini" "Wie Kie-hong! jika suatu hari nanti kau ingin mengetahui penyebab kematian ayahmu, kau datanglah padaku.
Aku berjanji padamu bahwa kau pasti akan mendapatkan informasi yang paling akurat dari ku." Setelah itu jendela kamar terbuka, semilir angin malam yang dingin bertiup masuk.
Dan sekelebat saja Thiat-yan sudah meloncat keluar.