Mencegah Thiat-yan melakukan tindak kejahatan, mencari tahu sampai jelas barang apa yang sedang dicari Thiat-yan.
Dia bahkan bersedia menolong dirinya.
Namun sekarang keadaan berubah sampai seperti ini.
bahkan hubungan balas budi sudah berubah sampai seperti ini, semakin lama semuanya terasa semakin rumit.
Sebenarnya kemana dia harus melangkah" Tu Liong merasa bimbang.
Dia hanya tahu kalau dia sedang menapakkan kaki di jalan yang sangat berbahaya.
Tidak ada satu orang pun yang ingin menapakkan kakinya di jalan yang berbahaya.
Namun dia malah memutuskan untuk terus berjalan disana.
Dia tidak takut, dia hanya merasa kesepian.
Satu-satunya orang yang dapat dipercaya adalah Wie Kie-hong.
Namun dia tidak ingin menarik Wie Kie-hong untuk berjalan bersama dirinya di jalan yang berbahaya ini.
Tu Liong kembali melihat wajah yang sudah sangat dikenalnya.
Boh Tan-ping.
Dari tatapan mata lawannya, bisa terlihat Boh Tan-ping sudah memperhatikannya sangat lama.
Dia bermaksud ingin menghindar.
Namun ternyata Boh Tan-ping menghampirinya.
"Adik Tu, aku ingin meminta maaf atas apa yang sudah kulakukan kemarin ini." ternyata sikap Boh Tan-ping sangatberbalikkan.
"lukanya tidak parah kan?" "Kau sedang merencanakan apa?" Jawaban Tu Liong sangat terus terang.
"Adik Tu, aku hanya ingin menunjukkan ketulusanku minta maaf, tidak ada maksud lain" "Kalau begitu, mengapa kemarin ini...?" "Kemarin ini karena kau adalah anak buah Cu Siau-thian, aku menganggapmu sebagai kaki tangan-nya.
Setelah aku dengar kau sudah memutuskan hubungan dengan Cu Siauthian, karena kau sudah membulatkan tekadmu dan membuatnya marah" Tu Liong sangat terkejut.
Bagaimana bisa berita ini begitu cepat menyebar" Bukankah Boh Tan-ping mempunyai hubungan yang akrab dengan Cu Siau-thian" Mengapa sekarang dia menunjukkan sikap yang seperti ini" Jika Hiong-ki dibandingkan Boh Tan-ping, tentu saja Hiongki lebih bisa dipercaya, dengan demikian berarti perkataan Boh Tan-ping tidak tulus" Apa taktik yang sedang dikerjakannya" "Adik Tu, kita harus berbicara" "Apa yang masih bisa dibicarakan?" Balas Tu Liong masih terdengar dingin "Adik Tu, jangan emosi dulu" semua kata kata Boh Tanping terdengar lemah lembut, "aku berterus terang padamu, musibah besar sekarang sudah ada didepan mata.
hanya kau yang bisa menyelesaikannya" "Kau terlalu berlebihan menilaiku" "Aku mengatakan hal yang sebenarnya.
Tapi keputusannya ada ditangan Leng Taiya.
Orang yang berada di sisi Leng Taiya adalah Wie Kie-hong.
Orang yang berada di sisi Wie Kiehong adalah dirimu." Diam-diam hati Tu Liong tergerak.
Namun dia tidak menunjukkannya.
Dia hanya menggeleng gelengkan kepala dan berkata: "Aku tidak mengerti apa maksudmu" "Kalau kau tidak mengerti, aku akan mengata-kan lebih detail lagi.
Dulu ketika Tiat Liong-san datang ke kota, dia membawa sebuah kopor kulit berwarna kuning.
Didalam kopor itu tersimpan sebuah barang yang sangat penting.
Ketika Tiat Liong-san ditangkap oleh orang suruhan pemerintah, kopor kulit itu disimpan di gudang penyimpanan barang peninggalan terdakwa.
Namun tidak lama kemudian Leng Taiya menyuruh orang untuk mengambilnya.
Kami sudah menyelidikinya" "Buktinya?" "Kalau kami memiliki bukti, apa mungkin Leng Taiya tidak mengakuinya?" "Aku tidak percaya" "Aku juga tidak percaya.
Sebelum datang ke Pakhia, aku dan Thiat-yan selalu menyangka kopor ini jatuh ke dalam tangan Cu Taiya.
Karena itu kami sudah salah sangka....adik Tu, barang itu sangat berharga.
Berdasarkan perkiraan kita, pada waktu itu Leng Taiya sudah pernah membawanya ke Hui Taiya untuk menanyakan perkiraan harganya.
Hui Ci-hong mengetahui tentang hal ini, karena itu dia dibunuh." "Kalau menurut kata-katamu, orang yang sudah membunuh Hui Taiya adalah Leng Taiya" "Sepertinya tidak mungkin salah" "Tidak ada alasan" "Dibunuh untuk menutup mulut....apakah alasan ini tidak cukup?" "Leng Taiya sudah menderita luka yang berat.
Dia kehilangan tangannya.
Mana mungkin dia bisa pergi membunuh orang lain?" "Dia tidak perlu turun tangan sendiri" "Kalau begitu siapa yang sudah membantu membunuh Hui Taiya?" "Bukankah Leng Taiya memiliki seorang pengikut yang sangat setia padanya?" "Wie Kie-hong?" "Bukan Wie Kie-hong, tapi Wie Ceng ayahnya" Tu Liong terkejut, dia terdiam sangat lama.
Boh Tan-ping melanjutkan kata-katanya, "Mungkin juga Leng Taiya sejak lama sudah memperhitungkan keadaan hari ini, karena itu dia mengatur sebuah siasat.
Sebenarnya Wie Ceng tidak pernah pergi mengemban tugas, dia juga belum mati.
Diam-diam dia membunuh untuk Leng Taiya." Kata kata Boh Tan-ping sangat berkebalikan dengan kesimpulan yang dibuat oleh Thiat-yan.
Ini membuktikan bahwa walaupun mereka berdua saling berhubungan, namun pendirian mereka jauh berbeda.
Karena itu Tu Liong kembali menaikkan penilaian dirinya terhadap Hiong-ki.
"Apakah kau percaya?" "Setengah percaya setengah tidak percaya" "Aku sudah sangat puas.
Orang yang satunya lagi sangat tidak percaya kata-kataku" "Siapa?" "Thiat-yan" "Oh,?" dia tidak percaya kata-katamu?" "Dia menyangka kopor itu berada didalam tangan Cu Siauthian.
Dia memang seorang yang tidak sabaran.
Dia langsung merencanakan menggunakan kekerasan, bukankah ini berbahaya?" "Kau kedengarannya membela Cu Taiya" "Tidak.
Sebenarnya aku sedang memikirkan kebaikan Thiatyan.
Aku tidak ingin dia salah mem-bunuh orang dan menanggung akibat yang berat." Tu Liong hanya diam.
setelah beberapa lama, dia baru berkata: "Aku pasti akan menyelidiki hal ini.
bagaimana kalau nanti kita bertemu lagi?" "Boleh saja.
Malam ini di lapangan besar bagian belakang sebelum fajar menyingsing."
0-0-0
Penyelesaian Didalam sebuah rumah makan di sebelah barat kota, Tu Liong menjumpai nona Thiat-yan.
Berdasarkan kata-kata Hiong-ki, pertemuan ini tidak diketahui oleh Boh Tan-ping.
Tu Liong datang kesana bersama Hiong-ki, Namun Hiong-ki tidak ikut makan.
Dia duduk diluar ruang makan untuk berjaga-jaga dan melihat-lihat keadaan, sekaligus menikmati pemandangan alam.
Pada saat itu langit cerah berwarna biru muda, hanya sedikit awan putih yang terlihat di langit.
"Seharusnya sejak awal kita bertemu dan berbicara santai seperti ini" Ini adalah kalimat pembuka yang diucapkan nona Thiatyan.
"Betul" sebelum datang kesini, Tu Liong sudah membuat draft catatan yang ingin dibicarakan, karena itu dia membalas kata-katanya dengan sangat tenang.
"Namun sebelumnya kita berdua harus mempersiapkan diri untuk berkata dengan jujur" "dari awal aku memang bermaksud jujur, bagaimana dengan dirimu?" Thiat-yan masih terlihat santai.
"Tentu saja aku akan jujur padamu" jawab Tu Liong berusaha untuk ikut santai.
Setelah itu Tu Liong langsung mengajukan pertanyaan "Kau datang kemari dan langsung melukai banyak orang.
Apa tujuanmu melakukan hal itu?" "Semua orang yang kulukai adalah mereka yang sudah menjadi kaki tangan dalang kejahatan membantu mencelakai ayahku, aku hanya melukai bagian kecil tubuh mereka, itu sebenarnya sudah sangat baik sekali." "Nona Thiat-yan, aku tertarik dengan kata yang tadi kau gunakan 'kaki tangan'........kalau begitu menurutmu siapakah pelaku kejahatan sesungguh-nya?" Thiat-yan menjawabnya patah demi patah kata dengan jelas: "Cu Siau-thian" Tu Liong terus mendesaknya.
"Apakah kau punya bukti?" "Sebenarnya punya, namun saat ini sulit ditunjukkan" "Kalau begitu mengapa kau tidak langsung menghukum pelaku kejahatan?" "Waktunya belum tepat" "Memangnya apa yang sedang kau tunggu?" "Menunggu sampai kopor kulit peninggalan ayahku sudah ditemukan." "Aku dengar kabar yang beredar.
Menurut gosip katanya ketika ayahmu mendapat celaka, kopor kulit itu sudah di sita di gudang barang sitaan.
Setelah itu Leng Souw-hiang menyuruh orang datang meng-ambilnya" "Ini memang kenyataan, hanya saja belakangan aku ketahui kalau kopor ini jatuh ke tangan Cu Siau-thian.
Leng Souw-hiang selalu menghormati Cu Siau-thian, karena itu dia tidak berani membocorkan rahasia ini keluar" "Mengapa kau tidak pergi mencari Cu Siau-thian?" "Karena kau selalu berada di sisinya" "Kau terlalu tinggi menilai diriku.
Apakah kau takut pada orang yang tidak memiliki nama sepertiku?" "Tentu saja aku tidak takut padamu.
Namun aku tidak ingin melukai orang yang tidak ada hubungannya dengan masalah ini.
aku sudah pernah memperingati Wie Kie-hong hal yang serupa, sekarang ini aku juga ingin memberimu peringatan yang sama.
Jangan menghalangi ku, kalau tidak..." Aku datang kemari bukan untuk men-dengarkan peringatanmu.
Aku datang kemari karena aku ingin mengerti masalah yang sebenarnya terjadi.
Kau tadi mengatakan bahwa kopor ini sedang berada di dalam tangan Cu Siau-thian.
Aku ingin melihat bukti apa yang mendukung kata-katamu ini" "Cepat atau lambat aku pasti akan menunjukkannya padamu." Tu Liong lalu mengajukan topik yang baru.
"Apakah Boh Tan-ping tahu kau datang kemari?" "Dia tidak tahu.
Bukankah tadi Hiong-ki sudah mengatakannya padamu?" "Sebenarnya sebelum aku datang kemari, aku sudah bertemu dengan Boh Tan-ping" "Oh...?" nona Thiat-yan merasa terkejut, "apakah kau yang sudah mengundangnya untukbertemu?" "Tidak.
Dia tiba-tiba datang mencariku" "Apa yang kalian bicarakan?" "Membicarakan tentang masalah ayah Wie Kie-hong.
Menurut kata-katamu pada Wie Kie-hong, ayahnya masih hidup.
Hanya saja sekarang ini dia sedang berada dibawah penindasan Cu Siau-thian.