Katakanlah! dimana ayahku?" "Aku tidak tahu" Cu Siau-thian tetap berkeras sambil marah marah.
"Jangan kau kira aku tidak berani turun tangan.
Aku sungguh bisa membunuhmu" "Kalau aku tidak tahu ya tidak tahu" Wie Kie-hong mengangkat pisau yang di pegangnya, sepertinya dia sungguh akan membunuh-nya.
"Berhenti!" tiba tiba Tu Liong muncul "Tu Toako!" "Wie Kie-hong, kau tidak boleh berlaku kurang ajar seperti itu pada Cu Taiya" "Tu Toako, kau tidak mengerti...." "Cepat lepaskan Cu Taiya" "Kalau aku lepaskan, tidak ada kuburan yang mau menerima jazad ku" "Tenanglah, aku jamin keselamatanmu" Wie Kie-hong lalu melepaskan Cu Siau-thian, didepan Tu Liong, dia tidak berani terus melanjutkan tindakannya.
Cu Siau-thian membalikkan tubuh dan mera-yap berdiri.
Masih dengan marah-marah dia berkata: "Tu Liong, kau didik anak kecil yang tidak tahu sopan santun ini." Tu Liong berkata dengan dingin: "Cu Taiya, anda tentu sudah mendengar kata- kataku tadi.
Aku mau menjamin keselamatan dirinya.......
Wie Kie-hong, cepat kau pergi" "Tu toako, maksud kedatanganku kemari bukanlah untuk...." "Aku tidak perduli apa maksud kedatangan-mu.
Sekarang kau cepat pergi.
Lebih cepat lebih baik.
Kau jangan membuat kesulitan sendiri, juga jangan membuat sulit diriku.
Suatu saat nanti, kau dan aku pasti akan ada kesempatan lagi" Wie Kie-hong sangat pintar, mana mungkin dia tidak mengerti apa yang ingin dikatakan oleh Tu Liong.
Tu Liong sedang berada ditengah situasi terjepit, hutang budi harus dibalas, persahabatan pun harus dijaga....berpikir sampai disini, dia pergi keluar tanpa membalikkan kepala lagi.
Sekarang Cu Siau-thian menjadi lebih tenang, dia berkata dengan lembut: "Tu Liong, aku tahu kau dan Wie Kie-hong mempunyai hubungan persahabatan yang sangat akrab, tapi aku tidak tahu apakah didalam hatimu kau menghormati aku" "Aku sudah dibesarkan oleh anda, tentu saja aku menghormati anda" "Tu Liong, aku tidak ingin membuatmu merasa serba salah.
Aku juga tidak ingin menyalahkan Wie Kie-hong.
Sebenarnya Wie Kie-hong memiliki hati yang sangat baik, hanya saja ada orang yang sedang menyetirnya dari belakang.
Tu Liong, bisakah kau membantuku mencari tahu, siapakah orang yang sedang menghasutnya selama ini?" "Urusan ini aku khawatir aku tidak bisa ikut campur" "Oh..." kenapa begitu?" "Sebelumnya aku sudah berpikir ingin memecahkan misteri ini.
sekarang ini aku menjadi takut.
Karena semakin menebak semakin jauh, aku semakin merasa bahwa jawaban dari misteri ini sangat menakutkan" "Rupanya ada maksud lain dalam kata-katamu" "Semua orang pasti memiliki sebuah rahasia, rahasia yang tidak ingin diberitahukan pada orang lain, mengapa aku harus mengorek rahasia orang lain?" "Kau harus berkata lebih jelas sedikit.
Kalau kau merasa kau memiliki rahasia yang tidak bisa dikatakan pada orang lain, sebaiknya kau segera mengatakannya padaku" "Kalau anda mengijinkan, aku ingin meng-ajukan serentetan pertanyaan padamu" "Tanyakanlah" "Mengapa Hui Taiya bunuh diri?" "Bagaimana mungkin aku tahu?" "Apakah anda sama sekali tidak mencurigai kematian Hui Taiya?" "Jangan berbelit-belit.
Sebaiknya kau katakan secara langsung padaku." "Hui Taiya sudah dibunuh orang" "Apakah kau pikir aku yang sudah membunuhnya?" "Aku tidak berani mengatakan seperti ini.
sekarang ini aku ingin menanyakan suatu hal yang lain.
Pada waktu itu Tiat Liong-san mendapatkan celaka, apakah anda sudah memberikan sebuah surat rahasia pada semua orang?" "Tidak salah" "Apakah maksudnya?" "Sama sekali tidak ada maksud apa-apa.
Aku hanya ingin menenangkan hati semua orang.
Pada waktu itu aku hanya bermaksud untuk bercanda saja." "Apakah anda masih ingat apa yang sudah anda tulis pada surat surat tersebut?" "Sudah lupa" "Pada surat yang diterima oleh Hui Taiya hanya tertuliskan kata-kata berikut: 'Cepat lah mati! untuk menghindari membuat susah teman temanmu'" "Oh?" Cu Siau-thian tampak sangat terkejut.
"Lalu apakah Hui Ci-hong menganggapnya dengan serius?" "Tidak.
Dia tidak ingin mati, lagipula dia sudah merundingkan masalah ini dengan orang lain.
Hasilnya tetap saja dia mati" "Karena itu kau mengambil kesimpulan kalau aku yang sudah membunuhnya?" "Tidak.
Aku punya kesimpulan yang lain" "Katakanlah" "Kedua mata Hui Taiya sudah tidak bisa melihat, sakitnya pun pasti tidak tertahankan.
Tidak mungkin dia bisa mencari peralatan untuk meng-gantung dirinya sendiri dengan mudah." Cu Siau-thian menghela nafas dalam-dalam, tapi dia tidak berkata apa-apa.
"Aku tidak ingin menutupinya darimu.
Semua urusan ini sudah diberitahukan padaku oleh Wie Kie-hong.
Dia sudah meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk memeriksa banyak hal.
Cu Taiya, ini membuatku merasa serba salah." Cu Siau-thian memangku wajahnya dan bertanya: "Apa yang membuatmu serba salah?" "Banyak situasi dan kondisi yang sudah memberatkan dirimu.
Di satu sisi aku selalu berusaha sekuat tenaga untuk menyelidiki kebenaran, di sisi yang lain aku juga mengingat budimu yang sudah merawatku dari kecil.
Bagaimana mungkin aku tidak merasa serba salah?" "HUH!" Cu Siau-thian lalu mengeluarkan sebuah tawa dingin.
"Apapun yang sudah kau katakan tadi, kesimpulannya kau mencurigai kalau aku yang sudah membunuh Hui Taiya, betul tidak?" "Tidak, aku tidak berani memastikan seperti itu" "Paling tidak kau mencurigai aku, betul?" Tu Liong mengatupkan rahangnya kuat kuat.
Sepertinya dia tidak ingin mengatakan apa yang sedang dipikirkannya, namun pada akhirnya kata-kata itu terlepas dari mulutnya.
"Betul.
Aku memang merasa curiga" PLAK! Tiba-tiba Cu Siau-thian menampar Tu Liong dengan kuat.
Dia merasa sangat emosi, dengan sangat marah dia berteriak "Cepatlah kau pergi dari sini jauh-jauh.
Kau tidak perlu memikirkan lagi balas budi padaku.
Pergi...!!!! Pergi ...!!!! Pergi...!!!!" Kata-kata ini terdengar bagaikan kilat yang terdengar sangat keras di telinga Tu Long, bahkan sampai merasa pusing mendengarnya.
"PERGI ...
!!!!" amarah Cu Siau-thian sama sekali tidak berkurang walau sudah dikeluarkan tadi.
Bahkan sekarang dia tampak lebih emosi lagi.
"PERGI ...
!!!! PERGI ...
!!!! PERGIIIIIIIIIIIII ...
!!!! kau dengar tidak kata-kataku?" Di ujung bibir, Tu Liong mengeluarkan darah, hatinya pun sedang berdarah, namun dia masih menjaga sikapnya.
Dia lalu berlutut, dan lalu menundukkan kepalanya sampai menempel tanah, tata krama ini menunjukkan kalau hubungan balas budinya dengan Cu Siau-thian sekarang sudah putus.
Setelah itu dia berdiri, dan lalu pergi keluar.
0-0-0
Tu Liong tidak hanya pergi keluar dari kamar tidur Cu Siauthian, tapi dia juga terus melangkah keluar dari rumah kediaman Cu Taiya.
Dia terus melangkahkan kakinya menuju masa depan yang serba tidak pasti....
Orang yang berlalu lalang di jalanan sangat banyak.
Suasana hiruk pikuk dan hari sangat panas, namun hati Tu Liong merasa dingin.
Tapi ketika Hiong-ki muncul dihadapan matanya, mendadak sinar matanya kembali cerah.
Kemunculan Hiong-ki selalu mendadak dan tepat waktu.
"Tu Liong!" Hiong-ki bertanya kaget "Apa yang terjadi denganmu?" "Tadi aku sudah bertengkar dengan seseorang" Tu Liong belum menyeka darah yang mengucur dari sisi bibirnya.
"Dengan siapa?" "Dengan orang yang tidak pantas dibicarakan" dia sepertinya tidak ingin membahas kejadian yang baru saja menimpanya.
"Hiong heng, aku ingin merepotkanmu dengan sebuah permintaan" "Tidak usah sungkan, katakanlah" "Bantulah aku mencari Boh Tan-ping" "Dia tinggal bersama Thiat-yan di gang San-poa" "Aku tahu.
Hanya saja aku tidak ingin menemuinya disana.
Bisakah kau mencari cara agar dia bisa keluar dari kediamannya untuk menemuiku?" "Kalau harus menariknya keluar sepertinya tidak mungkin.
Tapi aku sangat ingin tahu, apa niatmu memanggilnya keluar?" "Aku ingin berbicara dengannya" "Hanya berbicara?" "Tentu saja, kalau harus melawannya, aku bukanlah tandingannya, membalas dendam pun bukan waktu yang tepat.
Dalam hatiku masih ada pertanyaan untuknya, aku ingin mendapatkan jawaban itu langsung dari mulutnya." "HUH!" lalu Hiong-ki tertawa dingin, "Bukankah ini hal yang mustahil?" "Hiong heng, walaupun dia berkata bohong, aku tidak perduli." "Kalau dia berbohong, apa manfaatnya bagimu menanyakan padanya?" "Setidaknya aku bisa membuktikan perkataan seseorang yang lain" Pertama-tama Hiong-ki tertegun, setelah itu dia tertawa lagi.
Walaupun kejadian ini berlangsung sangat singkat, namun perubahannya sangat rumit.
Dia lalu berkata seperti sedang bertanya sepintas: "Ternyata kau sedang mencurigai kata-kataku." "Maaf.
Aku tidak boleh hanya mendengar dari satu pihak saja" "Kata-katamu tidak salah, mendengar penjelas-an dari satu pihak saja akan membuat orang menjadi salah paham.
Ini sangat berbahaya.
Tapi kalau kau ingin membuktikannya, paling baik kau jangan menemui Boh Tan-ping." "Kalau begitu harus mencari siapa?" Hiong-ki mengatakannya sepatah demi sepatah kata.
"Carilah Thiat-yan" "Wie Kie-hong sedang mencari dirinya.
Dia mendapatkan kabar yang sangat mengejutkan.
Mungkin berita yang didengarnya ini adalah sebuah kebohongan yang sangat enak didengar.
Kalau kau orang yang baik, aku ingin meminjam sebuah barang darimu" "Katakanlah! asalkan aku memilikinya" "Aku ingin meminjam surat yang sudah kau tunjukkan padaku dulu" "Surat?" "Betul.
Surat yang ditulis oleh Cu Siau-thian untuk Boh Tanping" sekejap saja rasa terkejut Hiong-ki menurun.
Dia bertanya dengan ramah.
"Untuk apa kau ingin meminjam surat itu?" "Menjadi sebuah bukti untuk menginterogasi seseorang" "Menginterogasi siapa?" "Menginterogasi orang yang terlibat pada waktu itu" "Apakah kau tahu mengapa waktu itu aku hanya memperlihatkan surat itu sekilas padamu dan setelah itu menyimpannya kembali" Ini karena aku takut kau akan mendapatkan masalah" "Mendapat masalah" Aku tidak mengerti apa yang kau maksud." "Tidak masalah apakah Cu Siau-thian, ataukah Boh Tanping, kau bukan lawan tandingan mereka" Tu Liong menjadi muram.
Dia lalu berkata: "Kata-katamu ini harus diralat.
Dunia ini bukanlah dunia dimana semua urusan bisa diselesaikan hanya dengan menggunakan tenaga manusia saja.
masih ada hukum negara, aturan langit, etika antarmanusia." "Dengarlah kata-kataku.
Kau carilah Thiat-yan dan berbicara dengannya" "Thiat-yan dengan Boh Tan-ping sering ber-sama-sama.
Kalau gerak-gerikku terlihat olehnya, tetap saja dia bisa bertindak tegas menghadapiku" Hiong-ki berpikir, lalu berkata: "Setelah Wie Kie-hong berbicara dengan Thiat-yan, apakah dia akan meminta pendapatmu?" "Pasti" "Kalau begitu, dia pasti sudah memberi-tahumu tentang satu hal.
Boh Tan-ping dan Cu Siau-thian selama bertahuntahun ini selalu menjaga hubungan.
Sebenarnya Thiat-yan juga mengerti hal ini, karena itu asalkan salah mengaturnya, pertemuanmu dengan nona Thiat-yan, Boh Tan-ping juga pasti akan mengetahuinya." "Kalau begitu aku ingin meminta tolong Hiong heng untuk mengaturnya" Hiong-ki menyetujuinya, lalu meminta Tu Liong pergi ke sebuah rumah makan satu tingkat yang berada di sebelah barat untuk menanti.
Ini membukti-kan satu hal, Hiong-ki diam-diam bisa menghubungi nona Thiat-yan.
Tapi apa gunanya informasi ini" dari awal, Tu Liong selalu dipenuhi rasa percaya diri, karena dua tujuan.