“Hushh, jangan keras-keras, nanti orang lain mendengarnya. Terus terang saja, baru sekali ini terjadi,
“Bohong! Awas, akan kuselidiki” Shi Men hanya tertawa dan mengaku salah. Ketika melakukan penyelidikan dan merasa yakin memang baru sekali itu suaminya berjina dengan Lian Cu, Kim Lian merasa Iega. Dengan cerdik ia menggunakan kesempatan ini untuk menekan Shi Men sehingga suaminya itu terpaksa harus bersikap baik dan manis kepadanya, menuruti keinginannya karena Kim Lian mau membantunya untuk melanjutkan hubungannya dengan isteri Lai Wang Itu. Pertemuan gelap itupun dapat dilanjutkan berkat bantuan Kim Lian.
Beberapa bulan telah lewat semenjak Shi Men menikmati hubungan gelapnya dengan Lian Cu, isteri pegawainya sendiri yang dipercaya. Hampir setiap hari dia mengadakan pertemuan penuh kehangatan dengan Lian Cu, sekali ini tidak lagi sembunyi-sembunyi seperti pada pertemuan pertama kali di pondok Musim Semi, melainkan di pondok Kim Lian! Pada suatu hari, selagi para isteri Shi Men bersenang- senang di dalam taman, ayun-ayunan, penjaga melaporkan akan kembalinya Lai Wang, pegawai yang diutus ke kota Hang-Chouw itu. Ketika Lai Wang menuju ke bagian belakang dari perumahan itu, ketika mencari isterinya, dia bertemu dengan Sun Siu Oh isteri ke empat Shi Men yang seperti biasa bertugas di dapur karena kepandaianya dalam hal memasak. Melihat pegawai yang dipercaya ini, Siu Oh menegurnya dan menyuguhkan teh.
“Apakan engkau sudah makan?”
“Belum. Saya ingin memberi hormat dan menghadap Goat Toanio, akan tetapi ia bersama para nyonya majikan lain berada di taman. Di manakah isteri saya? Kenapa ia tidak kelihatan di dapur membantumu seperti biasa?” Siu Oh mencibirkan bibirnya.
“Membantu di dapur? Huh, isterimu akan menjadi seorang nyonya besar semenjak engkau pergi. Tugas satu-satunya hanyalah untuk menemani...” Percakapan itu terhenti dengan munculnya Goat Toanio. Nyonya ini menyalam dan menanyakan berita tentang tugasnya, lalu menghadiahkan. dua guci arak. Kemudian muncul pula Lian Cu dan diiringkan isterinya, Lai Wang kembali ke kamarnya sendiri untuk bertukar pakaian dan makan.
“Wah, agaknya engkau bersenang-senang dalam perjalananmu, engkau menjadi semakin gemuk” kata Lian Cu. Pada sore harinya, Shi Men pulang dan menerima laporan yang lengkap dari Lai Wang tentang perjalanannya. Shi Men menyatakan kepuasannya dan memberinya hadiah beberapa ons perak. Pada keesokan harinya, Lai Wang dapat bertemu empat mata dengan Sun Siu Oh dan dia menuntut keterangan lebih jelas mengenai isterinya. Untuk membuka mulut isteri ke empat majikannya itu, Lai Wang memberi oleh-oleh saputangan sutera halus, bedak Hang-Chouw yang terkenal sebanyak empat dos, beberapa dos gincu dan alat-alat kecantikan. Sun Siu Oh yang merasa iri dan tidak senang kepada Lian Cu yang berjina dengan suaminya, lalu menceritakan segala hal yang telah terjadi Semenjak Lai wang pergi.
“Selama, empat bulan ini isterimu bermain gila dengan Shi Men. Pelayan Siau Giok menjadi perantaranya, dan Kim Lian bahkan memberikan kamarnya kepada mereka untuk bermain gila. hampir setiap hari, dari pagi sampai malam atau dari malam sampai pagi, isterimu melayani Shi Men di sana. la menerima banyak pakaian, perhiasan dan uang yang banyak.” Lai Wang merasa terkejut, marah dan berduka. Dia suka minurn arak, maka untuk menghibur hatinya, dia minum sampai mabuk. Malam itu, dalam keadaan mabuk, dia menggeledah tempat pakaian isterinya dan menemukan kain sutera biru yang berkembang indah.
“Dari mana kau memperoleh kain ini?” tanyanya kepada isterinya. Lian Cu tertawa menyembunyikan perasaan hatinya yang tidak enak.
“Pertanyaan bodoh! Tentu saja kudapat dari Nyonya Pertama. Lalu dari mana lagi kau kira? la memberi kepadaku untuk membuat gaun, akan tetapi, aku belum mempunyai Waktu untuk mengerjakannya.” Lai Wang menampar muka isterinya.
“Perempuan tak tahu malu! Engkau masih mencoba untuk Menyangkal dan menutup-nutupi kebusukan itu dengan kebohongan? Aku mempunyai saksi-saksi bahwa selama ini engkau telah menyerahkan dirimu kepada seekor babi hutan yang tidak berprikemanusiaan!” Lian Cu mulai menangis.
“Laki-laki jahat! Kesalahan apa yang telah kulakukan kepadamu maka engkau berani memukul dan memaki aku? Mulut-mulut jahat telah membujukmu memusuhi isterimu sendiri. Aku datang dari keluarga baik-baik, dan jika aku pernah melakukan penyelewengan selangkah saja, biar aku terkutuk dan nama kehormatanku menjadi ternoda!” Lai Wang menjadi ragu-ragu dan diapun pergi tidur karena kepalanya terasa pening oleh mabuknya. Akan tetapi, hatinya yang masih penasaran membuat Lai Wang suka bicara tidak karuan selagi dia mabuk. Hari-hari berikutnya, dalam keadaan mabuk, di ruangan para pegawai dan pelayan, di depan para pegawai lainnya, dia memaki-maki Shi Men. Pegawai lain yang bernama Lai Seng, mendengar semua ini cepat pergi melaporkan kepada Kim Lian dan Yu Lok.
“Dia memaki-maki majikan Shi Men sebagai babi hutan, bahkan menyatakan Nyonya Ke Lima sebagai racun yang jahat, dan dia bicara tentang pisau yang akan masuk dalam keadaan putih kemudian keluar dalam keadaan merah.” mendengar ini, tentu saja Kim Lian dan Yu Lok menjadi ngeri dan ketakutan. Cepat Kim Lian menemui suaminya dan dengan wajah lesu dan ketakutan, ia menceritakan tentang ancaman Lai Wang terhadap mereka.
“Ah, dari siapa dia dapat mengetahui itu?” Shi Men bertanya marah, dan dari para pelayan, akhirnya dia tahu bahwa Lai Wang mendengar tentang keserongan isterinya itu dari Sun Siu Oh, isterinya yang ke empat. Dengan marah Shi Men lalu menghukum Siu Oh dengan cambukan, kemudian menyuruh isteri ke empat itu menanggalkan baju atasnya sehingga ia tidak dapat pergi ke mana-mana kecuali di dapur bersama para pelayan wanita lainnya. Kemudian Shi Men mencari kesempatan untuk bertemu dengan Lian Cu dan membicarakan urusan itu.
“Ah, tidak perlu diperhatikan orang seperti dia itu. Kalau dia sedang mabuk, apapun diucapkannya. Dia seperti seekor anjing yang banyak menggonggong akan tetapi tidak menggigit. Hidupnya bergantung kepadamu, dia tidak begitu tolol untuk memotong putus cabang di mana dia sendiri duduk. Harap jangan perdulikan ucapan-ucapannya. Saya tanggung dia tidak akan melakukan sesuatu yang jahat!” kata Lian Cu.
“Siapa sih yang mengabarkan begitu?”
“Lai Seng yang mengatakannya kepada isteriku ke lima.”
“Ah, si Lai Seng! Tentu saja, dan aku mengerti mengapa dia menyebarkan desas-desus itu. Dia merasa iri setengah mati karena engkau agaknya lebih percaya kepada suamiku daripada dia. Akan tetapi sebaiknya kalau engkau dapat memberi suamiku sedikit modal agar dia dapat bekerja sendiri di luar rumah ini. Dengan demikian kita dapat mengadakan pertemuan setiap saat tanpa merasa terganggu.”
“Agaknya engkau benar,” kata Shi Men dan beberapa hari kemudian Shi Men memanggil Lai Wang dan memberinya enam bungkus perak.
“Ambillah enam bungkus perak ini yang isinya tiga ratus ons perak. Bukalah sebuah kedai arak di ujung jalan agar engkau dapat bekerja sendiri dan memperoleh penghasilan yang baik.” Tentu saja Lai Wang merasa girang bukan main, menghaturkan terima kadih berkali-kali kemudian membawa bungkusan- bungkusan itu dan menemui isterinya yang menyambutnya dengah gembira.
“Aih, kiranya Kongcu Shi Men amat baik kepada kita. Lihat, dia memberi tiga ratus ons perak dan dengan modal ini aku dapat membangun sebuah rumah dan berdagang sendiri.”
“Nah, lihat saja betapa salahnya dugaanmu semula. Akan tetapi mulai sekarang jangan lagi engkau berjudi dan jangan suka bermabuk-mabukkan.” Lai Wang menyanggupi dan mulai mencari tempat dan seorang pengurus yang cakap. Akan tetapi, ternyata dia pulang dalam keadaan mabuk pula. Begitu Lai Wang pulas, seorang pelayan wanita memberi isyarat kepada Lian Cu yang segera diam-diam meninggalkan kamar untuk menemui panggilan Shi Men. ia sama sekali tidak mengira bahwa Shi Men memang sengaja mengatur agar ia meninggalkan suaminya malam itu. Kurang lebih jam sembilan malam, suara Sun Siu Oh, isteri ke empat dari Shi Men, menggugah Lai Wang.
“Bangunlah, saudara Lai Wang. Bangun dan lihat isterimu menyeleweng lagi dengan laki-laki itu di da!am taman. Bagaimana engkau bisa enak saja tidur?” Lai Wang terbangun dan tidak melihat Lian Cu di sisinya. Seketika dia menjadi berang dan penuh cemburu. Dia meloncat turun dan lari memasuki taman. Akan tetapi di dalam kegelapan itu, kakinya terjegal sesuatu yang membuat dia jatuh dan pada saat itu terdengar pula benda jatuh yang mengeluarkan bunyi seperti jatuhnya sebatang pisau. Kemudian, tiba- tiba muncul lima orang laki-laki pelayan yang segera mengeroyok dan memukulinya sambil berteriak “Maling!” berkali-kali.
“Akan tetapi aku adalah Lai Wang, pagawai di sini” Lai Wang meronta untuk melepaskan diri dari pegangan mereka.
“Aku hanya mencari isteriku. Apa maksud kalian menyerangku seperti ini?” Akan tetapi lima orang pelayan itu menyeretnya ke serambi depan yang terang dan di situ Shi Men sudah duduk menanti dangan wajah menunjukkan kemarahan.
“Bawa dia ke sini!” bentaknya. Lai Wang berlutut di depan majikannya, yakin bahwa dia tidak bersalah, dan memberi penjelasan.
“Saya terbangun dari tidur, karena tidak melihat isteri saya di samping saya, saya lalu keluar untuk mencarinya. Kesalahan apakah yang saya lakukan? Mengapa saya dituduh sebagai pencuri?” Mendengar ini, musuh dan saingannya, Lai Seng, orang kepercayaan Shi Men yang ke dua, melangkah maju dan sambil tersenyum mengejek dia menyerahkan sebatang golok kepada majikannya.