Kedua pedang ini mengayun cepat.
Kilau sinar pedang yang terpancar karena sinar matahari membentuk suatu lengkung cahaya yang indah.
"TRAAANGGG!!!" Kedua pedang beradu dengan keras.
Pedang Tu Liong terpental ke bawah karena kuatnya tebasan orang yang memegang pedang gigi gergaji.
Dia memanfaatkan hal ini untuk kembali mengangkat pedangnya memutar dari bawah.
Setelah pedangnya berada setinggi kepala, dia segera menyabetkannya secara mendatar ke arah kepala orang yang memegang pedang gigi gergaji.
Orang yang memegang pedang gigi gergaji segera menghindar menunduk.
Pedang Tu Liong nyaris mengenai topi yang dikenakannya.
Orang yang memegang pedang gigi gergaji segera menusukkan kembali pedang gigi gergajinya ke arah Tu Liong.
Tu Liong sangat gesit.
Dia meloncat dan menginjak pedang yang melaju ke arahnya.
Dia menggunakan pedang ini sebagai pijakan untuk meloncat jauh ke belakangnya.
Tu Liong bersalto indah di atas punggung orang yang memegang pedang gigi gergaji.
Namun belum sempat Tu Liong mendarat, orang yang memegang pedang gigi gergaji sudah membalikkan tubuh dan kembali menyerbunya.
Baru saja Tu Liong mendarat ketika orang itu kembali mengayunkan pedang gigi gergaji dari atas kebawah.
Tu Liong merasa kewalahan.
Segera dia melintangkan pedang yang dibawanya diatas kepala untuk menahan tebasan pedang yang mematikan ini.
"TRAAANGGG" Kedua pedang kembali beradu.
Kepala Tu Liong nyaris terbelah dua....
lagi....
Serangan orang yang memegang pedang gigi gergaji tidak berhenti sampai disini.
Dia menarik pegangan pedang gigi gergaji.
Pedang Tu Liong bergetar hebat ketika gigi gergaji pedang mengiris pedangnya dengan mudah seperti sebuah gergaji yang memotong sebatang kayu yang melintang.
Kedua orang ini kembali berdiri berhadapan.
Pedang Tu Liong rompal cukup dalam.
Untung pedang itu belum belah menjadi dua.
Tampaknya nafas kedua orang ini sudah mulai memburu.
Ini adalah sebuah pertarungan dahsyat yang menghabiskan banyak tenaga.
Segera kedua orang berusaha mengatur nafas-nya.
Saat istirahat tidak berlangsung lama.
Mendadak orang yang memegang pedang gigi gergaji kembali berteriak pada Tu Liong..
"BAHU-MUU!!!...." Kembali dia meluncur berlari ke arahTu Liong.
Tu Liong mengerang singkat.
Istirahat singkat itu belum cukup baginya.
Sebentar saja pedang gigi gergaji sudah ditusukkan kembali ke arah dadanya.
Tu Liong segera menepis pedang gergaji sekuat tenaga.
"TRANGGG!!!" Pedang gigi gergaji terpental ke arah kanan dengan keras.
Gang itu sangat sempit.
Dinding gang segera menyambut pedang gigi gergaji.
"BRAAAKKK!!!" Debu-debu berterbangan, pecahan dinding batu berjatuhan kebawah.
Tu Liong mengambil kesempatan ini untuk menerjang dengan cepat ke arahnya.
Dia menapakkan kakinya dengan keras dan berusaha menyundul orang yang memegang pedang gigi gergaji.
Itulah jurus bertarung jarak dekat yang menjadi keahliannya.
Namun orang yang memegang pedang gigi gergaji benar benar tangguh.
Dia segera meloncat mundur cukup jauh untuk menghindari serangannya.
Setelah mendarat, Tu Liong menusukkan pedangnya ke arah dada orang yang memegang pedang gigi gergaji.
Orang itu segera mengangkat pedangnya melintang di dada untuk menangkis serangan.
Tu Liong melihat ada kesempatan emas.
Dia segera memanfaatkannya.
Tu Liong menusuk-nusuk dengan cepat berulang kali ke arah depan.
Orang yang memegang pedang gigi gergaji segera melompat mundur sangat jauh untuk menghindar.
Kembali mereka beristirahat singkat.
Tampaknya tidak satupun diantara mereka yang masih kuat untuk terus bertarung dengan kepala dingin.
Mereka terjebak dalam kondisi yang menyulitkan.
Jika mereka ingin menyelesaikan pertarungannya, sekarang mereka harus mengerahkan semua tenaga yang tersisa.
Tu Liong terengah-engah, keringat dingin terus mengucur turun di tubuhnya, tubuhnya terasa panas, kabut asap putih terlihat di sekelilingnya karena udara masih sangat dingin.
Dia melihat orang yang memegang pedang gigi gergaji menurunkan pedangnya menyentuh tanah.
Pertarungan segera akan dimulai kembali.
"BAHU-MUUUUU!!!! ..." orang itu kembali berteriak sambil berlari menyeret pedangnya di lantai.
Pedang itu membuat percikan bunga api kecil di tanah.
"HIAAAAHHH!!!" Tu Liong pun ikut mengerahkan sisa-sisa tenaganya untuk melawan.
Kedua pedang berayun bersamaan saling menyilang.
Terdengar suara benturan dua logam yang sangat keras.
Tu Liong terpental kebelakang nyaris kehilangan keseimbangan....
Tenaga orang yang memegang pedang gigi gergaji memang luar biasa kuat.
Tu Liong segera siaga.
Namun dia terkejut, ternyata orang itu sudah dekat dengannya.
Dia sedang meloncat dan mengayunkan pedangnya kuat-kuat ke arahnya.
"GAWAT!!" Tu Liong meloncat lagi kebelakang jauh-jauh untuk menghindari tebasan maut ini.
Pedang gigi gergaji menghantam tanah dengan sangat keras.
Batu dan debu bertebaran kemana-mana.
"Bagus., satu kesempatan emas lagi." pikir Tu Liong.
Dia menghentakkan kaki kanannya dan segera meluncur kedepan menyerang orang yang memegang pedang gigi gergaji.
, Namun alangkah kagetnya Tu Liong..
Ternyata orang yang memegang pedang gigi gergaji sudah menghilang.
Tu Liong bengong sesaat.
Mendadak dia mendengar suara dari atas.
Dia segera menegadah ke atas.
Ternyata orang yang memegang pedang gigi gergaji sudah meloncat tinggi dan kembali menghujamkan pedangnya kebawah.
"TRAAAANNGGG!!!" Untunglah Tu Liong masih sempat meng-angkat pedangnya menangkis.
Kepalanya sudah nyaris terbelah tiga kali berturut-turut Orang itu mendarat dengan mulus, dan kembali menarik pedang gergajinya.
Tu Liong pikir ini adalah saat istirahat selanjutnya.
Ternyata orang itu tidak menghentikan serangan.
Dia kembali meluncur menuju Tu Liong sambil menebaskan pedang gergajinya melintang ke arah pedangnya.
Kali pedang yang di pegang Tu Liong patah menjadi dua karena tebasan terakhir ini.
Saking kerasnya tebasan pedang gergaji, pedang Tu Liong sampai terlepas dari tangannya.
Pedang gergaji kembali menusuk ke arahnya.
Tu Liong berusaha meloncat mundur.
Tapi pedang lawan masih mengenai pinggang kirinya dan membuat sedikit terluka.
Darah segar membasahi baju yang dikena-kannya.
"Hahahahahahaha!" Orang yang memegang pedang gigi gergaji tertawa melihat sekarang Tu Liong sudah tidak berdaya.
Tidak menanti lama dia kembali melaju menyerbunya.
Pedang gigi gergaji teracung kedepan melesat dengan cepat.
Kali ini terpaksa Tu Liong menggunakan jurus bantingannya.
Ketika sudah dekat, tubuh Tu Liong menggeliat ke sebelah sisi menghindari pedang dan pergelangan tangan kanannya meliuk bagaikan seekor naga menyambar ke arah pergelangan tangan kanan orang yang sedang menyerangnya.
PLAK! Pergelangan tangan yang memengang pedang gergaji digenggam dengan erat.
Siapa sangka tangan kiri orang yang juga sedang menggenggam pedang gergaji, tiba-tiba saja mengeluarkan sebuah pisau kecil yang panjangnya tidak lebih dari tiga puluh senti meter.
Dengan secepat kilat pisau itu menyambar bagian-bagian penting di tubuh Tu Liong.
Serangan ini benar benar diluar dugaan Tu Liong.
Jangankan dirinya, seorang pendekar ternama di kalangan persilatan pun tidak akan menyangka akan mendapatkan serangan seperti ini.
Ditengah tengah situasi yang sangat genting seperti ini, Tu Liong hanya bisa melepaskan genggaman tangan kanannya dan segera meloncat mundur menjauh, untung dia masih sempat meng-hindari serangan pisau kecil yang bertubi- tubi.
Walaupun dapat menghindari sebagian besar serangan pisau kecil, namun bahu kanannya sekarang sudah terluka parah, segumpal daging terpapas dari bahu kanannya.
Sebelumnya Tu Liong sudah berada dalam situasi yang buruk, sekarang ini darah segar mengalir dari bahunya.
Situasi semakin genting saja.
"Saudara!" dari awal orang ini sama sekali tidak menampakkan raut muka aslinya, "julurkanlah bahu kananmu, aku berjanji selain mengambil bahu kananmu, kau tidak akan mendapatkan luka apapun lagi." Tu Liong menelan ludah, otaknya segera berputar memikirkan bagaimana cara mengatasi masalah yang sekarang ini sedang terjadi didepan matanya.
0-0-0
Rahasia Dari kejauhan seseorang berdiri.
Dia mengawasi semua kejadian yang terjadi didalam gang sempit itu.
Dia sepertinya sedang menimbang-nimbang, apakah dia harus ikut campur tangan dalam urusan ini atau tidak.
Dia tidak terlihat seperti orang yang hanya menonton kebakaran, (tidak mau menolong ketika terjadi musibah), karena sepanjang peristiwa dia tampak sangat tegang.
Pada akhirnya dia perlahan-lahan berjalan mendekat.
Orang yang memegang pedang gergaji mendengar suara langkah mendekat.
Dia segera berteriak dengan suara tinggi "Orang yang lewat harap berhenti!" "Kenapa" Kau ingin menyuruhku pergi?" Orang yang membawa pedang gergaji berkata dengan hambar...
"Maaf !" ditengah tengah sambaran pedang gergaji, gerakannya berhenti diudara, "disini kami sedang menyelesaikan dendam amarah antara dua orang pendekar kalangan persilatan, aku harap sahabat tidak ikut campur" Pada waktu pedang gergaji itu berhenti ditengah udara, penjagaan orang yang memegang pedang gergaji sangat lemah, sebenarnya itu adalah kesempatan emas bagi Tu Liong untuk menyerang balik.
Tapi dia tidak melakukan hal ini.
Tu Liong benar benar seorang pendekar jantan.
Orang itu semakin lama berjalan semakin mendekat.
Setelah dekat, tampaknya orang itu tidak menunjukan akan menghentikan langkahnya.
Dia terus berjalan maju.
Pedang gergaji segera berbalik arah, kecepatan gerakannya tidak berkurang sedikitpun, segera saja pedang gergaji sudah ditebaskan ke arah pinggang orang yang datang.