Cangkir ini kembali melesat cepat ke arah Boh Tan-ping, jauh lebih cepat dari pada lemparan yang pertama kali.
Namun tampaknya Boh Tan-ping tidak gentar.
Dia hanya menjulurkan kaki kanannya.
Cangkir yang melayang cepat segera terhenti setelah menghantam telapak sepatunya.
Dengan lincah, Boh Tan-ping menggerakkan kakinya sehingga sekarang cangkir itu sudah berdiri dengan tegak diatas jari kakinya.
Boh Tan-ping berdiri dengan kaki kiri.
Kaki kanannya ditekuk untuk menjaga keseimbangan cangkir, kedua tangannya terentang lebar untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.
Kemudian Boh Tan-ping mengayunkan kaki kanannya.
Cangkir teh kembali berayun ke arah Tu Liong dengan lembut, cangkir melayang membentuk sebuah lengkungan cantik, dan lalu mendarat tertelungkup diatas meja tanpa mengeluarkan banyak suara.
Tampaknya Boh Tan-ping tidak ingin balas menyerang Tu Liong.
Dia hanya mengembalikan cangkir ke atas meja.
Setelah itu dia membalikkan tubuh dan meneruskan perjalanannya ke luar.
Tu Liong segera berusaha mengejarnya.
Sebentar saja Boh Tan-ping sudah berjalan sampai ke pintu keluar.
Ketika Tu Liong berhasil mengejarnya, tiba-tiba ada empat orang pemuda yang bertubuh besar menghalangi jalannya.
Kalau dia berkeras melawan keempat orang ini, dia akan membuat keributan besar, dia pasti akan membuat nama baiknya tercemar.
Dari pertarungan kecil tadi, terbukti Boh Tan-ping memiliki ilmu silat yang tangguh.
Dari awal ke empat pemuda tidak turun tangan menyerangnya.
Ini menunjukkan bahwa mereka tidak menganggap Tu Liong sebagai lawan hebat.
Ini benarbenar sebuah penghinaan yang aneh.
Namun Tu Liong pun semen-tara waktu hanya bisa bersabar hati menerimanya.
Setelah beberapa lama, ke empat orang pemuda itu pun pergi meninggalkannya.
Masih dengan perasaan marah, Tu Liong kembali duduk ditempatnya semula.
Pertama tama dia berusaha memulihkan diri agar hatinya kembali tenang.
Setelah itu dia mengoreksi diri dan menimbang-nimbang.
Dia menyadari bahwa posisinya sangat bergantung keadaan, dia tidak bisa berinisiatif sendiri.
Tapi kalau tidak berusaha untuk merubah keadaan, selamanya dia tidak akan berhasil.
Dia membuat keputusan....memikirkan sebuah cara menyelidiki kediaman Thiat-yan, dan memberinya sedikit balasan padanya.
Dia lalu berdiri dan berjalan keluar.
Tidak disangka di pintu keluar sudah berdiri seseorang.
Orang ini berdiri tegak dan menghalangi jalannya...
Orang ini adalah seorang pemuda yang penampilannya sangat aneh.
Kedua alisnya berwarna putih, namun bola matanya berwarna merah.
Seolah-olah dia sudah tidak tidur selama tiga malam.
Satu-satunya yang terlihat menarik padanya adalah postur tubuhnya yang kekar dan ramping.
"Kau mau apa?" Tu Liong mendelik padanya dengan tatapan marah.
"Berunding denganmu" kata pemuda aneh ini sambil melangkah masuk kedalam.
Suaranya terdengar serak "Berunding apa?" "Jual beli" "Aku bukan pedagang" "Aku pedagang" dengan gaya sangat angkuh orang muda itu duduk tanpa dipersilahkan.
Dia langsung mengambil cawan teh milik Tu Liong dan langsung minum.
Dia sama sekali tidak perduli gelas itu bekas dipakai orang lain.
Dia juga tidak perduli orang lain akan marah padanya.
"Apa yang akan kau jual?" "Aku menjual nyawa!" "Kau punya berapa banyak nyawa?" "Satu nyawa" "Kalau begitu kau bisa jual berapa kali?" "Nyawaku ini tidak akan pernah habis dijual.
Tu Siauya, saat ini kau sedang membutuhkan orang semacam aku.
Asalkan kau membayar dengan uang yang tepat, aku pasti akan menjual nyawaku padamu." "Keahlian apa yang kau punya?" "Aku spesialis menghadapi orang yang tidak dapat dihadapi oleh orang lain" "Bicaramu sangatbesar" "Kau boleh mencobanya" setelah ditantang seperti itu bicaranya malah semakin besar.
Tu Liong mendadak menyerang dengan sangat cepat dan sangat brutal.
Kalau orang itu tidak waspada, dia pasti akan segera terluka dan mati.
Pemuda beralis putih itu tidak menghindar ataupun bergerak.
Dia hanya mengangkat tangan menahan pukulan.
Semenjak lahir, baru kali itu Tu Liong membuat serangan mendadak.
Sebentar kemudian pembunuh beralis putih balik menyerang tiga kali, Tu Long mundur tiga langkah menangkis serangan dengan tangan kosong tanpa bisa berkata apa apa.
Tangannya jadi gemetar dan kaku, hingga dia tidak bisa mengangkatnya "Lumayan, nyawamu itu tangguh juga" "Apakah sekarang kita bisa bicara?" "Siapa namamu?" "Aku tidak memiliki marga ataupun nama.
Orang orang memanggilku pembunuh beralis putih"
0-0-0
Pembunuh Seorang pembunuh bayaran lihai tidak mungkin membiarkan dirinya dikenali oleh orang lain.
Pembunuh beralis putih memiliki sepasang alis yang sangat jelas berbeda dan sepasang bola mata berwarna merah pekat seperti darah.
Tidak masalah betapapun beraninya, betapapun kejamnya dia membunuh orang lain, siapapun yang sudah melihat dirinya pasti akan selalu waspada dan memperketat penjagaan.
Dengan demikian dia pasti akan lebih sulit membunuh targetnya.
Dengan demikian kehebatannya membunuh pun akan tampak lemah.
Oleh karena itu, pembunuh beralis putih tidak dapat terhitung sebagai seorang pembunuh yang benar-benar jagoan.
Semua alasan tersebut sudah diketahui oleh Tu Liong.
Dia pun tidak ragu ragu untuk mengatakan semua yang ada didalam pikirannya.
"Salah!" dengan sangat angkuh, pembunuh beralis putih berkata padanya, "justru karena sepasang alis mata yang putih dan sepasang bola mata berwarna merah, aku bahkan lebih hebat dari pembunuh paling lihai manapun." "Mengapa demikian?" "Aku tidak ingin menjelaskannya padamu.
Tapi aku akan memperlihatkannya langsung padamu" Setelah selesai mengatakan demikian, dia langsung pergi ke kamar mandi.
Pada awalnya Tu Liong bermaksud ingin menarik tangan pembunuh beralis putih untuk terus bicara, namun rasa harga diri membuatnya menahan keinginannya untuk sementara waktu.
Pada saat yang bersamaan didalam hatinya terdapat sebuah firasat.
Dia merasa dirinya telah mencapai tingkat kemahiran ilmu silat yang lumayan tinggi dan mendalam, namun orang yang lebih hebat dari dirinya masih terlalu banyak.
Dia berdiri meninggalkan tempat duduknya, dia bermaksud akan langsung pergi meninggalkan kedai teh.
Namun sebelum keluar, dia sempat melihat pembunuh beralis putih sedang berjalan mendekat....bukan! Kali ini sudah tidak bisa disebut pembunuh beralis putih lagi, sekarang dia memiliki sepasang alis yang berwarna hitam dan sebuah bola mata putih bening dan memancarkan sinar mata yang sangat terang.
Kalau bukan pakaian yang dikenakannya masih sama dan masih diingat, dia tidak akan berani mengatakan kedua orang itu adalah orang yang sama.
"Apakah kau masih mengenali aku, sebagai pembunuh beralis putih?" Tu Liong memang tidak mengenalinya lagi.
Sepasang alisnya yang berwarna putih sudah dicat sampai berwarna hitam legam.
Sebenarnya dia bisa saja dengan mudah memalsukan alisnya yang putih dan dicat agar berwarna hitam, namun sepasang bola matanya yang berwarna merah" Bagaimana mungkin sekarang bisa menjadi putih" bukankah ini mengherankan" Pembunuh beralis putih tidak peduli rasa penasaran yang dimiliki Tu Liong, dia berkata seolah olah pada dirinya sendiri.
"Ada seseorang melihat pembunuh beralis putih di kedai teh bertemu dengan dirimu.
Setelah itu, tiba-tiba jalan hidup pembunuh beralis putih menjadi lebar.
Tidak lama pembunuh beralis putih tampak sedang mondar mandir di dalam rumah kediaman seseroang.
Hati orang lain pasti akan berpikir bahwa kau sudah mengeluarkan sejumlah uang dan menyuruh pembunuh beralis putih membunuhnya.
Karena itu dia sepenuh hatinya memperhatikan semua gerak gerik pembunuh beralis putih, tetapi sekarang mendadak penampilanku berubah seperti ini.
menurutmu apakah aku lebih lihai dibandingkan dengan pembunuh manapun yang kau tahu?" Sebenarnya menilai dari pandangan dan caranya berbicaranya, dia akan mudah menambah kecurigaan orang lain.
Seorang pembunuh belum tentu memiliki kepandaian paling tinggi di kolong langit.
Mereka hanya pandai menghindari rasa curiga orang lain.
Target yang dimiliki Seorang pembunuh adalah berhasil membunuh korbannya, tidak menunjukkan jati yang sesungguhnya pada orang lain.
Tapi orang ini tampaknya meragukan.
"Apa syaratmu?" akhirnya Tu Liong meng-ajukan pertanyaan padanya.
"Aku hanya akan membantumu mengerjakan satu tugas, ataukah aku akan mengabdi padamu dan membantumu mengerjakan beberapa tugas untuk waktu yang lama?" "Untuk waktu yang lama" "Biayanya untuk bayaran sebulan adalah tiga ratus uang kertas asing (barat)" "Murah sekali?" "Dengarkan dulu sampai habis....
setelah membunuh seseorang harus menambahkan seribu mata uang kertas asing.
Melukai kaki tangan orang yang pantas menjadi targetku, membantumu melarikan diri dari suatu masalah, membantumu mengerjakan sebuah tugas, tidak masalah apakah susah atau gampang, kau harus membayarku seratus lagi..." "Baiklah! Kalau begitu kau saat ini tinggal dimana?" "Kau menyuruhku tinggal dimana, aku akan tinggal ditempat yang kau tunjuk" "Kalau begitu apakah kau tahu dimana tempatku tinggal saat ini?" "Didalam rumah Cu Siau-thian" "Lalu dimana kediaman tuan Cu?" "Tentu saja tahu" "Baiklah kalau begitu.
Sekarang aku akan pulang.
Kau boleh ikut aku pulang.
Aku akan memberimu sedikit uang.
Tapi aku ada sedikit pekerjaan yang harus kujelaskan padamu sebelumnya.
Kalau kau tidak bisa melalui pintu masuk kediaman tuan Cu, perjanjian kita batal." "Apa" Kau mau menguji diriku?" "Tentu saja, karena sebentar lagi aku akan memberimu sebuah tugas" "Kau tenang saja, dalam mataku tidak ada tembok dan tidak ada pintu" "Kalau kau benar-benar memiliki kemampuan seperti itu, mengapa kau masih kekurangan uang?" "Aku tidak ingin mencuri, aku bukan maling rendahan.
Setiap sen uang yang kuhasilkan harus berdasarkan kerja keras sesuai kemampuanku.
Apakah kau mengerti?" Ini hanya sebuah alasan.
Di dunia ini banyak sekali orang yang menggunakan alasan yang serupa.
Namun bagaimanapun juga Tu Liong sudah menaruh sedikit kekaguman pada pembunuh beralis putih ini, tidak lama kedua orang ini berjalan keluar dari kedai minum teh.
Tu Liong segera naik kudanya, sementara pembunuh beralis putih ditinggalkan sendirian didepan kedai teh...