Mungkin ini tidak sengaja dilakukannya, karena orang yang sudah berkecimpung di dunia persilatan terlalu lama, kebanyakan pasti akan membuat sebuah kebiasa-an untuk tidak percaya pada siapapun.
Tu Liong masih sangat polos, dia sama sekali tidak berpikir seperti ini.
Dia masih penasaran, dia terus mengajukan pertanyaan pada Cu Siau-thian: "Sebenarnya Thiat-yan ingin mendapatkan barang apa?" "Tu Liong, aku tidak mampu menjawab pertanyaanmu.
Aku tidak tahu barang apa yang diinginkannya, atau Siapa yang memilikinya.
Thiat-yan pasti menyangka kalau aku mengetahui semuanya, itulah alasan yang paling masuk akal mengapa aku masih hidup sampai sekarang." "Berarti Tuan tidak punya petunjuk apa pun mengenai kasus ini.
Kalau memang begitu mengapa Tuan bisa tahu selain untuk membalas dendam, Thiat-yan juga sedang mencari sebuah barang?" "Aku tahu suatu saat kau pasti akan menanya-kan hal ini........dengan kesempatan ini, aku ingin memberitahu pandanganku.
Di dunia persilatan tidak mungkin terdapat rahasia.
Selalu ada kemungkinan, berita sekecil apapun bisa terdengar oleh orang lain sampai ribuan Li jauhnya.
Bagaimana ini terjadi" Karena para pendekar di dunia persilatan selalu berkelana ke tempat-tempat yang jauh.
Selain itu hubungan antar manusia pun dijaga dengan baik.
Kalau menuruti hati nurani, sesama teman akan selalu menjaga rahasia mereka dari musuh.
Namun orang itu mungkin tidak tahu bahwa temannya yang dipercaya itu juga adalah musuhnya.
Kau mengerti?" "Aku mengerti, Thiat-yan mungkin menga-takan hal ini pada orang lain, namun akhirnya Tuan mendengar tentang berita ini dari gosip yang beredar." "Betul." Pada wajah Cu Siau-thian terbersit rasa senang yang dalam, "kau benar benar sangat pintar, kau dapat mengerti banyak masalah dengan cepat.
Akutidak akan menghabiskan banyak tenaga untuk menjelaskan padamu" "Semenjak aku masih kecil, aku sudah meninggalkan kampung halamanku.
Tentang adat istiadat di tempat yang baru, aku sama sekali tidak mengerti, dalam pembuluh darahku mengalir darah bangsa Mongolia, namun aku merasa bahwa diriku tidak berbeda dengan bangsa Han.
Aku juga sangat menyukai festival yang diadakan tahunan disini.
Yang paling aku sukai adalah perayaan festival Goan-siau.
Cu Taiya! Apakah Tuan tahu mengapa aku menyukainya?" "Karena kau sangat menyukai teka-teki" "Betul! Cu Taiya sangat mengerti aku.
Aku sangat menyukai teka-teki semakin rumit teka-teki dan semakin sulit dipecahkan, aku semakin bersemangat.
Jika sedang berusaha memecahkannya, aku bahkan tidak ingat makan dan tidur.
Sekarang ini didepanku sudah ada satu teka teki." "Sedangkan solusi teka-tekinya ada dalam diri Thiat-yan" "Kata kata anda ini kurang tepat, mungkin juga Thiat-yan sedang memikirkan cara untuk menebak teka teki yang sama.
Kalau dia sudah memiliki jawabannya, situasinya mungkin tidak akan seperti ini." "Betul, mungkin juga Thiat-yan tidak dapat memecahkan teka teki ini ...." Cu Siau-thian lalu mengajukan pertanyaan dengan hati-hati, "apakah kau berencana untuk memecahkan misteri ini?" "Jika Tuan mengijinkan, aku ingin mencoba menebaknya." "Aku tidak mengijinkanmu" jawab Cu Siau-thian singkat Walaupun merasa berat hati, Tu Liong menatap majikannya, setelah terdiam beberapa lama, dia lalu bertanya: "Tuan...
tuan tidak mengijinkan?" "Betul.
Aku tidak mengijinkanmu" "Mengapa?" "Kesatu, teka-teki tingkat tinggi pasti memiliki banyak jebakan.
Ini akan menuntunmu berjalan ke tempat yang salah.
Mungkin kau akan merasa gembira karena merasa sudah menemukan pintu masuk pemecahan teka teki, dan kau akan berusaha sekuat tenaga untuk mendalaminya.
Akhirnya semakin kau berusaha, kau akan terlibat semakin jauh.
Terakhir kau akan terjebak di dalamnya.
Hanya beda sedikit saja kau mungkin akan merasa bahwa jawaban teka-teki sudah ada dalam genggamanmu.
Sebenarnya itu adalah pemecahan yang salah, jawaban dari teka teki yang sebenarnya mungkin jauh berbeda dari jawabanmu." "Aku mengerti...." "Tu Liong, kau mungkin masih belum mengerti.
Kalau kau sedang bermain tebak kata dan membuat kesalahan, kau dapat mengulang menebak-nya lagi, kalau salah, kau hanya membuang waktu dan tenaga.
Namun misteri yang sekarang ada didepan matamu bukanlah sebuah tebakan seperti itu, kau hanya memiliki satu kesempatan menebak saja.
Sekali salah tebak, kau tidak mungkin bisa mengulang lagi.
Apakah kau tahu konsekuensinya kalau salah tebak?" Setelah Cu Siau-thian berkata sampai disini, tiba-tiba saja dia menggunakan seluruh emosinya untuk menjawab garang.
"Kau akan MATI!" Tekanan suara, tatapan matanya, semuanya pasti sudah lebih dari cukup untuk membuat Tu Liong takut, namun diluar dugaan, Tu Liong hanya tertawa.
"Kenapa kau tertawa?" Ternyata yang terkejut malah Cu Siau-thian.
"Apakah kau pikir aku sedang bercanda" Apakah kau pikir aku sedang menakut-nakutimu untuk mencoba nyalimu?" "Aku mengerti setiap kata yang sudah Tuan ucapkan, aku juga mengerti apa maksud Tuan mengatakannya.
Aku tertawa karena hal itu malah membuatku merasa semakin bersemangat.
Siapa yang bisa bermain kucing-kucingan dengan dewa kematian?" Dalam sekejap, raut wajah Cu Siau-thian berubah-rubah tidak menentu.
Sangat sulit diduga bagaimana perasaannya, dia sangat senang memiliki anak buah yang demikian tangguh.
Namun dia juga mengkhawatirkan anak buah tangguh yang sangat pemberani ini.
Tidak bisa disangkal, dia memiliki perasaan sayang yang dalam terhadap Tu Liong.
"Tu Liong! sewaktu kau kecil, apakah kau pernah bermain kucing-kucingan?" "Ya, aku pernah" "Dalam permainan ini, sambil menghindari musuh, kau pun harus mencoba menangkapnya.
Namun permainan sekarang ini kau bermain dengan dewa kematian, tidak sama seperti kau waktu kecil, kau hanya bisa menghindari dia....Tu Liong! Kau masih sangat muda, jalan yang membentang dihadapan mu masih sangat panjang....
kau harus melahirkan anak, mengurus cucu..." "Tuan sudah merawatku sampai aku besar, tuan pun sudah melatihku ilmu silat, bagaimana aku bisa membalas budi besar ini" Aku sudah mem-bulatkan tekatku.
Namun demi menghormati dirimu, aku tetap mohon mengijinkanku." "Apakah kau benar-benar sudah membulatkan tekatmu?" "Tuan tentu tahu, aku bukanlah orang yang mudah berubah pikiran.
Aku tidak akan mengganti keputusanku begitu saja" "Baiklah!" Cu Siau-thian menggangguk-angguk kan kepala dengan sangat terpaksa.
Setelah itu dia berkata lagi, "tapi kau harus menepati sebuah janji, kau sangat senang memecahkan teka teki, Silahkan kau menebak sesuka hatimu.
Aku hanya tidak ingin kau bertanya tentang apapun padaku.
Apa kau dapat meluluskan permintaanku?" "Baiklah!" Tu Liong menyetujuinya, "aku tidak akan menanyakan apapun" Tu Liong segera bekerja dan menyusun siasat untuk bersiap, walaupun Cu Siau-thian merasa bahwa semua anak buahnya dapat dipercaya, Tu Liong tetap saja memilih para pendekar yang akan dipakainya.
Dia sangat mengutamakan kesetiaan, ketinggian ilmu silat tidak terlalu penting.
Terakhir, diantara semua pendekar tangguh tersebut, dia memilih sekitar dua puluh nama.
Kedua puluh nama ini dibagi lagi menjadi tiga kelompok.
Satu kelompok untuk berjaga jaga, kelompok berikutnya beristirahat, yang terakhir sebagai cadangan untuk menolong jika terjadi peristiwa yang tidak diinginkan.
Kecuali keempat orang pende-kar dalam kelompok ini semuanya ingin memberontak, sepertinya pengaturan ini tidak akan menimbulkan masalah.
Setelah selesai menyusun rencana, Tu Liong segera mengendarai kuda putihnya pergi ke empat blok rumah bertingkat didalam sepuluh gang kecil.
Tujuan pertamanya menemui Wie Kie-hong.
Melihat Tu Liong kembali datang kembali, Wie Kie-hong segera menyadari, tentu ada urusan penting.
Dia cepat-cepat menyambut Tu Liong dan membawa-nya ke dalam kamar tidurnya.
Mereka mulai bercakap-cakap.
"Kie-hong...
apakah kau ingat pada Gu Thian-beng" ketika suatu malam kau pernah mengajakku berburu babi hutan.
Alangkah baiknya jika kita mendapat kesempatan keluar dari sini dan pergi ke atas Tiang-pek-san, bersenang-senang berburu disana.
Bagaimana menurutmu?" "Tu Toako, kita hanya bisa membicarakan saja." Kata Wie Kie-hong sedikit murung, "kita berdua sama-sama tahu, kita tidak mungkin mendapatkan kesempatan itu lagi" "Sebenarnya aku ingin mengajakmu pergi berburu sekarang" "Sekarang?" Wie Kie-hong terlihat sangat kaget, "apakah kau sedang bergurau?" "Aku tidak bergurau, aku serius mengajakmu" "Mana mungkin kita bisa melakukan hal ini" sekarang...." "Kie-hong, aku tidak memintamu untuk pergi jauh.
Tempat perburuannya ada di dalam kota Pakhia ini.
Sasaran buruannya tidak lain perempuan muda yang dipanggil Thiatyan.
Kalau berhasil, perburuan kali ini pasti sangat memuaskan" Wie Kie-hong hanya bisa terbengong-bengong melihat ke arahnya.
Sepatah katapun tidak diucapkannya.
Dalam hatinya dia pasti sedang berpikir, mengapa Tu Toakonya bisa memiliki pikiran seperti itu sementara dia sama sekali tidak memikirkannya.
"Apakah kau tidak punya nyali menerima tantangan ini" "Seharusnya kau tahu, aku bukanlah seorang pengecut.
Lagipula aku juga ingin menangkap Thiat-yan dan memberinya pelajaran.
Namun aku tidak mengerti.
Mengapa Tu Toako bisa berpikir mengguna-kan perumpamaan berburu babi hutan?" "Kau jangan menanyakan dulu maksudku.
Sebelum aku menjelaskan semuanya, kau harus menjawab dulu pertanyaanku.
Apakah kau bersedia ikut perburuan yang mendebarkan hati ini?" "Aku pasti ikut!" Wie Kie-hong cepat-cepat menjawab.
Namun setelah itu dia masih menam-bahkan, "tapi sebelumnya aku harus bertanya dahulu pada ayah angkat, aku harus meminta persetujuannya dahulu...." "Kie-hong...! Leng Taiya sedang mendapat trauma yang parah dan shock yang berat.
Apakah kau tega menceritakan urusan ini padanya" Kau sekarang sudah menjadi seorang pria dewasa.